Kamis, 09 Februari 2012

Pengantar Komunikasi


MATA KULIAH PENGANTAR KOMUNIKASI
Oleh : Drs. Azhar Marwan, M.Si

A.   Pengertian Komunikasi


Secara etimologis komunikasi berasal dari kata communicatio bahasa latin dan bahasa Inggris Communication dari kata communis yang berarti sama dalam hal ini maksudnya yaitu sama makna. Jadi kalau ada dua orang yang terlibat dalam komunikasi, maka akan terjadi kesamaan makna mengenai apa yang diperbincangkan. Akan tetapi pengertian ini masih dalam taraf yang sangat sederhana, artinya baru memenuhi syarat minimal terjadinya sebuah kegiatan komunikasi. Kemudian secara terminologis pengertian komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian ini artinya kegiatan komunikasi paling tidak melibatkan dua orang yang melakukan kegiatan komunikasi, dan dikatakan adanya proses penyampaian sebuah pesan. Sedangkan pengertian secara lengkap yang disebut dengan pengertian secara paradigmatic atau komunikasi bertujuan. Maka komunikasi diartikan adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain baik langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk merubah sikap, pendapat dan perilaku orang. Hovland lebih tegas mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Kemudian ditambahkan oleh Lasswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Maka unsur komunikasi itu kata Lasswell terdiri dari :
-         Komunikator
-         Pesan
-         Media
-         Komunikan
-         Efek

Lasswell terkenal dengan paradigmanya bahwa komunikasi itu berlangsung secara linear, dimana unsur yang satu menentukan dan saling terkait satu sama lain dalam menciptakan efektivitas komunikasi yang kita lakukan, kemudian beliau tambahkan dengan adanya feed back ( umpan balik) sesudah proses komunikasi itu berlangsung.

B.   Proses Komunikasi

a.     Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang ( symbol ) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Berdasarkan paparan tersebut bahwa pikiran atau perasaaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tadi. Dengan kata lain pesan ( message ) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi ( the content ) dan lambang ( symbol ).Kata-kata mengandung dua jenis pengertian yaitu pengertian denotative sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum, dan pengertian konotatif yaitu pengertian yang mengandung emosi atau penilaian tetentu.
Wilbur Schrarmm seorang ahli kenamaan menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan  ( frame of reference ) yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan.

b.     Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh  seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua,  setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan yang dituju jaraknya jauh, berjumlah besar dan terpencar. Media ini adalah surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan media lainnya.
Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio atau televisi misalnya merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah besar/banyak. Karena dengan menyebarkan pesan satu kali saja,kita sudah bisa menjangkau khalayak dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi para ahli komunikasi mengakui bahwa efektivitas dan efisiensi penyebaran pesan melalui media hanya untuk penyebaran pesan yang bersifat informatif. Sedangkan untuk penyebaran pesan yang bersifat persuasif lebih efektif melalui komunikasi tatap muka, karena feed backnya bersifat langsung disaat komunikasi dilakukan. Umpan balik dalam komunikasi bermedia terutama media massa biasanya dinamakan umpan balik tertunda ( delayed feedback )., karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu.
Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa dan media nirmassa atau media nonmassa ( surat,telepon,telegram,poster, spanduk, papan pengumuman, bulletin, folder, majalah dll ).
Yang paling penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan itu dapat diklasifikasikan menurut kadarnya  yakni :
-         Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya, jadi tujuan komunikator berupaya merubah pikiran komunikan
-         Dampak afektif, tujuan komunikator bukan hanya sekadar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya iba, terharu, sedih, gembira, marah, dsb
-         Dampak konatif/behavioral, dampak yang muncul dari komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Selain itu dikenal pula dengan proses komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia. Komunikasi tatap muka ini disebut juga dengan komunikasi langsung ( direct communication ), dimana umpan balik atau arus balik terjadi secara langsung saat komunikasi berlangsung. Komunikasi tatap muka berdasarkan jumlah komunikannya dibagi kedalam dua jenis yaitu : Komunikasi antar persona dan komunikasi kelompok ( kelompok kecil dan kelompok besar ). Sedangkan komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan/atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia sering juga disebut dengan komunikasi tidak langsung ( indirect communication ), sebagai konsekuensinya arus balik tidak terjadi saat komunikasi dilancarkan. Komunikasi bermedia ini dibagi ke dalam dua jenis yaitu : Komunikasi bermedia massa dan komunikasi bermedia nirmassa.

Faktor-faktor Penghambat Komunikasi

1.     Hambatan Sosio-antro-psikologis

a.     Hambatan Sosiologis, seorang sosiolog Jerman Ferdinand Tonnies mengklasifikan kehidupan manusia ke dalam dua jenis pergaulan yaitu Gemeinschaft ( pergaulan hidup yangbersifat pribadi, statis dan tidak rasional seperti dalam kehidupan rumah tangga  ) dan Gesellschaft ( pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau organisasi ). Dalam pergaulan gemeinschaft maka kegiatan komunikasi akan berjalan lancar serta tidak mengalami hambatan, karena sifatnya personal hingga dapat dilakukan dengan santai. Sedangkan dalam gesellschaft, maka akan mengalami perbedaan karena perannya dalam suatu hirarki atau jabatan ( missal seorang camat sebagai penguasa wilayah di daeranya akan terganggu mentalnya bila bicara di depan bupati, demikian pula seterusnya ).
b.     Hambatan Antropologis, meskipun manusia sama sebagai makhluk “ homo sapiens” tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Misalnya postur tubuh, warna kulit, dan kebudayaan, gaya hidup, norma dan kebiasaan serta bahasa. Dalam melancarkan komunikasinya komunikator akan gagal apabila dia tidak mengenal siapa komunikan yang dihadapinya. Misalnya ras apa, bangsa apa, atau suku apa, sehingga komunikator akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidupnya, normanya, kebiasaan dan bahasanya.
c.      Hambatan Psikologis, hal ini umumnya disebabkan komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Misalnya komunikan lagi sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati serta kondisi psikologis lainnya. Hal lain juga bisa sebagai akibat komunikan menaruh prasangka ( prejudice ) kepada komunikator. Prasangka merupakan hambatan berat dalam komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan oleh factor sosiologis dan antropologis, terjadi terhadap ras, suku, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak menyenangkan.
2.     Hambatan Semantis

Faktor semantis menyangkut bahsa yang digunakan oleh seorang komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantic ini, sebab salah ucap atau slah tulis dapat menimbulkan salah pengertian ( misunderstanding ) atau salah tafsir ( misinterpretation ) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi ( miscommunication ). Misalnya pemilihan kata bermakna konotatif bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan kata denotative.

3.     Hambatan Mekanis

Hambatan ini biasanya berkaitan penggunaan media sebagai sarana dalam melancarkan komunikasi. Sebagai contoh suara telepon yang tidak jelas, ketikan yang buram, suara yang hilang timbul pada radio, surat kabar yang sulit dicari sambungannya, pesawat televise yang kabur dll.

4.     hambatan Ekologis

Hambatan ini terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi yang datangnya dari lingkungan. Misalnya suara gaduh, orang yang lalu lalang, suara bising bunyi kendaraan , hujan dan petir pada saat komunikasi berlangsung.
   
    C. Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi

Berlangsungnya proses komunikasi dalam mencapai efektivitasnya, sangat tergantung pada bekerjanya unsur-unsur komunikasi yang ada. Adapun unsur-unsur komkunikasi itu terdiri dari :
-         Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang
-         Encoding : Penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang
-         Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator
-         Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan
-         Decoding : Pengawassandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
-         Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
-         Respon : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan
-         Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan dari komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikatror
-         Noise : Gangguan yang tidak terencanakan terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampikan oleh komunikator kepadanya
Semua unsur tersebut satu sama lain memiliki keterkaitan, artinya masing-masing unsur  saling mempengaruhi, kelemahan salah satu dari keberfungsian unsur tersebut akan berdampak pada sukses tidaknya komunikasi yang kita lakukan. Umpamanya kita menhadirkan komunikator yang bagus saja tidak cukup apabila tidak ditunjang oleh pesan yang baik, begitu pula komunikator dan pesan yang baik belum menjamin komunikasi kita efektif apabila pemilihan media sebagai salurannya tidak tepat. Dengan demikian maka efektif tidaknya komunikasi yang kita lakukan sangat bergantung serta dipengaruhi oleh bagaimana  bekerjanya semua komponen tersebut.

Peranan Komunikator

1.     Etos Komunikator

Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan perpaduan dari kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi adalah proses memahami yang berkaitan dengan pikiran, Afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar, Konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Etos didukung oleh beberapa factor yaitu :

a.     Kesiapan, seorang komunikator harus menunjukkan kepada khalayak, bahwa ia muncul di depan forum dengan persiapan yang matang.
b.     Kesungguhan, Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topic dengan menunjukkan kesungguhan, akan menimbulkan kepercayaan pihak komunikan kepadanya.
c.      Ketulusan, Seorang komunikator harus membawakan kesan kepada khalayak, bahwa ia berhati tulus dalam niat dan perbuatannya.
d.     Kepercayaan, Seorang komunikator harus senantiasa memancarkan kepastian penguasaan diri dan situasi secara sempurna.
e.      Ketenangan, Seorang komunikator harus tampil dengan tenang dalam penampilan dan tenang dalam mengutarakan kata-kata.
f.       Keramahan, Sorang komunikator harus ramah dalam ekspresi wajah, gaya perilaku dan pengutarakan paduan pikiran dan perasaannya.
g.     Kesederhanaan, seorang komuikator harus tampil sederhana dalam berpakaian, sederhana dalam kata-kata dan sederhana pula dalam gaya mengkomunikasikannya.

Sikap Komunikator

Sikap adalah suatu kesiapan kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai social. Dalam hubungannya dengan kegiatan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya, pada diri komunikator terdapat lima jenis sikap, yakni :

a.     Reseptif, kesediaan untuk menerima gagasan dari orang lain dan staf pimpinan, karyawan, teman, bahkan tetangga, mertua dan istri.
b.     Selektif, kemampuan menyerap gagasan atau informasi dari orang lain, baik diperolehnya secara lisan maupun dari media massa.
c.      Dijestif, kemampuan komunikator dalam mencerna gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia komunikasikan.
d.     Asimilatif, kemampuan komunikator dalam mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang lain secara sistematis dengan apa yang telah ia miliki dalam benaknya, merupakan hasil pendidikan dan pengalamannya
e.      Transmisif, kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar