MATA KULIAH PENGANTAR KOMUNIKASI
Oleh : Drs. Azhar Marwan, M.Si
A.
Pengertian
Komunikasi
Secara etimologis komunikasi
berasal dari kata communicatio bahasa latin dan bahasa Inggris Communication
dari kata communis yang berarti sama dalam hal ini maksudnya yaitu sama makna.
Jadi kalau ada dua orang yang terlibat dalam komunikasi, maka akan terjadi
kesamaan makna mengenai apa yang diperbincangkan. Akan tetapi pengertian ini
masih dalam taraf yang sangat sederhana, artinya baru memenuhi syarat minimal
terjadinya sebuah kegiatan komunikasi. Kemudian secara terminologis pengertian
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.
Dalam pengertian ini artinya kegiatan komunikasi paling tidak melibatkan dua
orang yang melakukan kegiatan komunikasi, dan dikatakan adanya proses
penyampaian sebuah pesan. Sedangkan pengertian secara lengkap yang disebut
dengan pengertian secara paradigmatic atau komunikasi bertujuan. Maka
komunikasi diartikan adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain baik langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk merubah
sikap, pendapat dan perilaku orang. Hovland lebih tegas mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Kemudian ditambahkan
oleh Lasswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Maka unsur
komunikasi itu kata Lasswell terdiri dari :
-
Komunikator
-
Pesan
-
Media
-
Komunikan
-
Efek
Lasswell terkenal dengan
paradigmanya bahwa komunikasi itu berlangsung secara linear, dimana unsur yang
satu menentukan dan saling terkait satu sama lain dalam menciptakan efektivitas
komunikasi yang kita lakukan, kemudian beliau tambahkan dengan adanya feed back
( umpan balik) sesudah proses komunikasi itu berlangsung.
B.
Proses Komunikasi
a.
Proses Komunikasi
Secara Primer
Proses komunikasi secara
primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang ( symbol ) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Berdasarkan paparan tersebut
bahwa pikiran atau perasaaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada
dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media
primer tadi. Dengan kata lain pesan ( message ) yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi ( the content ) dan lambang (
symbol ).Kata-kata mengandung dua jenis pengertian yaitu pengertian denotative
sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum, dan pengertian
konotatif yaitu pengertian yang mengandung emosi atau penilaian tetentu.
Wilbur Schrarmm seorang ahli
kenamaan menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan ( frame of reference ) yakni paduan
pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan.
b.
Proses Komunikasi
Secara Sekunder
Proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua, setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan yang dituju jaraknya jauh, berjumlah
besar dan terpencar. Media ini adalah surat,
telepon, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dan media lainnya.
Pentingnya peranan media,
yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam
mencapai komunikan. Surat
kabar, radio atau televisi misalnya merupakan media yang efisien dalam mencapai
komunikan dalam jumlah besar/banyak. Karena dengan menyebarkan pesan satu kali
saja,kita sudah bisa menjangkau khalayak dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi
para ahli komunikasi mengakui bahwa efektivitas dan efisiensi penyebaran pesan
melalui media hanya untuk penyebaran pesan yang bersifat informatif. Sedangkan
untuk penyebaran pesan yang bersifat persuasif lebih efektif melalui komunikasi
tatap muka, karena feed backnya bersifat langsung disaat komunikasi dilakukan.
Umpan balik dalam komunikasi bermedia terutama media massa biasanya dinamakan umpan balik tertunda
( delayed feedback )., karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada
komunikator memerlukan tenggang waktu.
Karena proses komunikasi
sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi
ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi
pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat
media yang akan digunakan. Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder
itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa dan media nirmassa atau media nonmassa ( surat,telepon,telegram,poster,
spanduk, papan pengumuman, bulletin, folder, majalah dll ).
Yang paling penting dalam
komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan
komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak
yang ditimbulkan itu dapat diklasifikasikan menurut kadarnya yakni :
-
Dampak kognitif,
dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau
meningkat intelektualitasnya, jadi tujuan komunikator berupaya merubah pikiran
komunikan
-
Dampak afektif,
tujuan komunikator bukan hanya sekadar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya;
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya iba, terharu, sedih, gembira, marah,
dsb
-
Dampak
konatif/behavioral, dampak yang muncul dari komunikan dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau kegiatan.
Selain itu dikenal pula
dengan proses komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia. Komunikasi tatap
muka ini disebut juga dengan komunikasi langsung ( direct communication ),
dimana umpan balik atau arus balik terjadi secara langsung saat komunikasi
berlangsung. Komunikasi tatap muka berdasarkan jumlah komunikannya dibagi
kedalam dua jenis yaitu : Komunikasi antar persona dan komunikasi kelompok (
kelompok kecil dan kelompok besar ). Sedangkan komunikasi bermedia adalah
komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan
kepada komunikan yang jauh tempatnya dan/atau banyak jumlahnya. Komunikasi
bermedia sering juga disebut dengan komunikasi tidak langsung ( indirect communication
), sebagai konsekuensinya arus balik tidak terjadi saat komunikasi dilancarkan.
Komunikasi bermedia ini dibagi ke dalam dua jenis yaitu : Komunikasi bermedia massa dan komunikasi
bermedia nirmassa.
Faktor-faktor Penghambat
Komunikasi
1.
Hambatan Sosio-antro-psikologis
a.
Hambatan
Sosiologis, seorang sosiolog Jerman Ferdinand Tonnies mengklasifikan kehidupan
manusia ke dalam dua jenis pergaulan yaitu Gemeinschaft ( pergaulan hidup
yangbersifat pribadi, statis dan tidak rasional seperti dalam kehidupan rumah
tangga ) dan Gesellschaft ( pergaulan
hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis dan rasional, seperti pergaulan di
kantor atau organisasi ). Dalam pergaulan gemeinschaft maka kegiatan komunikasi
akan berjalan lancar serta tidak mengalami hambatan, karena sifatnya personal
hingga dapat dilakukan dengan santai. Sedangkan dalam gesellschaft, maka akan
mengalami perbedaan karena perannya dalam suatu hirarki atau jabatan ( missal
seorang camat sebagai penguasa wilayah di daeranya akan terganggu mentalnya bila
bicara di depan bupati, demikian pula seterusnya ).
b.
Hambatan
Antropologis, meskipun manusia sama sebagai makhluk “ homo sapiens” tetapi
ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Misalnya postur tubuh, warna kulit, dan
kebudayaan, gaya
hidup, norma dan kebiasaan serta bahasa. Dalam melancarkan komunikasinya
komunikator akan gagal apabila dia tidak mengenal siapa komunikan yang
dihadapinya. Misalnya ras apa, bangsa apa, atau suku apa, sehingga komunikator
akan mengenal pula kebudayaannya, gaya
hidupnya, normanya, kebiasaan dan bahasanya.
c.
Hambatan
Psikologis, hal ini umumnya disebabkan komunikator sebelum melancarkan
komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Misalnya komunikan lagi sedih,
bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati serta kondisi psikologis
lainnya. Hal lain juga bisa sebagai akibat komunikan menaruh prasangka (
prejudice ) kepada komunikator. Prasangka merupakan hambatan berat dalam
komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap
menentang komunikator. Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan
oleh factor sosiologis dan antropologis, terjadi terhadap ras, suku, agama,
partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan perangsang
disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak menyenangkan.
2.
Hambatan Semantis
Faktor semantis menyangkut
bahsa yang digunakan oleh seorang komunikator sebagai alat untuk menyalurkan
pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Seorang komunikator harus benar-benar
memperhatikan gangguan semantic ini, sebab salah ucap atau slah tulis dapat
menimbulkan salah pengertian ( misunderstanding ) atau salah tafsir (
misinterpretation ) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (
miscommunication ). Misalnya pemilihan kata bermakna konotatif bisa menimbulkan
penafsiran yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan kata denotative.
3.
Hambatan Mekanis
Hambatan ini biasanya
berkaitan penggunaan media sebagai sarana dalam melancarkan komunikasi. Sebagai
contoh suara telepon yang tidak jelas, ketikan yang buram, suara yang hilang
timbul pada radio, surat
kabar yang sulit dicari sambungannya, pesawat televise yang kabur dll.
4.
hambatan Ekologis
Hambatan ini terjadi
disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi
yang datangnya dari lingkungan. Misalnya suara gaduh, orang yang lalu lalang,
suara bising bunyi kendaraan , hujan dan petir pada saat komunikasi
berlangsung.
C. Unsur-Unsur Dalam Proses
Komunikasi
Berlangsungnya proses
komunikasi dalam mencapai efektivitasnya, sangat tergantung pada bekerjanya unsur-unsur
komunikasi yang ada. Adapun unsur-unsur komkunikasi itu terdiri dari :
-
Sender :
Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang
-
Encoding :
Penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang
-
Message : Pesan
yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator
-
Media : Saluran
komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan
-
Decoding :
Pengawassandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
-
Receiver :
Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
-
Respon :
Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan
-
Feedback : Umpan
balik, yakni tanggapan dari komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan
kepada komunikatror
-
Noise : Gangguan
yang tidak terencanakan terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat
diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampikan
oleh komunikator kepadanya
Semua unsur tersebut satu
sama lain memiliki keterkaitan, artinya masing-masing unsur saling mempengaruhi, kelemahan salah satu
dari keberfungsian unsur tersebut akan berdampak pada sukses tidaknya
komunikasi yang kita lakukan. Umpamanya kita menhadirkan komunikator yang bagus
saja tidak cukup apabila tidak ditunjang oleh pesan yang baik, begitu pula
komunikator dan pesan yang baik belum menjamin komunikasi kita efektif apabila
pemilihan media sebagai salurannya tidak tepat. Dengan demikian maka efektif
tidaknya komunikasi yang kita lakukan sangat bergantung serta dipengaruhi oleh
bagaimana bekerjanya semua komponen
tersebut.
Peranan Komunikator
1.
Etos Komunikator
Etos adalah nilai diri
seseorang yang merupakan perpaduan dari kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi
adalah proses memahami yang berkaitan dengan pikiran, Afeksi adalah perasaan
yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar, Konasi adalah aspek psikologis yang
berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Etos didukung oleh beberapa factor
yaitu :
a.
Kesiapan, seorang
komunikator harus menunjukkan kepada khalayak, bahwa ia muncul di depan forum
dengan persiapan yang matang.
b.
Kesungguhan,
Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topic dengan menunjukkan
kesungguhan, akan menimbulkan kepercayaan pihak komunikan kepadanya.
c.
Ketulusan,
Seorang komunikator harus membawakan kesan kepada khalayak, bahwa ia berhati
tulus dalam niat dan perbuatannya.
d.
Kepercayaan,
Seorang komunikator harus senantiasa memancarkan kepastian penguasaan diri dan
situasi secara sempurna.
e.
Ketenangan,
Seorang komunikator harus tampil dengan tenang dalam penampilan dan tenang
dalam mengutarakan kata-kata.
f.
Keramahan, Sorang
komunikator harus ramah dalam ekspresi wajah, gaya perilaku dan pengutarakan paduan pikiran
dan perasaannya.
g.
Kesederhanaan,
seorang komuikator harus tampil sederhana dalam berpakaian, sederhana dalam
kata-kata dan sederhana pula dalam gaya
mengkomunikasikannya.
Sikap Komunikator
Sikap adalah suatu kesiapan
kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai social. Dalam hubungannya dengan
kegiatan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya, pada
diri komunikator terdapat lima
jenis sikap, yakni :
a.
Reseptif,
kesediaan untuk menerima gagasan dari orang lain dan staf pimpinan, karyawan,
teman, bahkan tetangga, mertua dan istri.
b.
Selektif,
kemampuan menyerap gagasan atau informasi dari orang lain, baik diperolehnya
secara lisan maupun dari media massa.
c.
Dijestif,
kemampuan komunikator dalam mencerna gagasan atau informasi dari orang lain
sebagai bahan bagi pesan yang akan ia komunikasikan.
d.
Asimilatif,
kemampuan komunikator dalam mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia
terima dari orang lain secara sistematis dengan apa yang telah ia miliki dalam
benaknya, merupakan hasil pendidikan dan pengalamannya
e.
Transmisif,
kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan
secara kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar