TUGAS KELOMPOK
EVALUASI HASIL
BELAJAR FISIKA
“ Menskor Dan Menilai”
Disusun Oleh:
Sri Wahyu Widyaningsih (A1E007012)
Dwi Handayani
(A1E0070)
Putri
Rahayuningsih (A1E0070)
Meyriana Raja
Guk Guk (A1E0070)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2009
MENSEKOR DAN MENILAI
1.
MENSEKOR
Sementara
orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting dari pekerjaan pengukuran
dengan tes adalah penyusunan tes. Jika alat tesnya sudah disusun sebak-baiknya
maka anggapan sudah tercapainya sebagia besar dari maksudnya. Tentu
sajaanggapan itu tidak benar sama sekali. Penyusnan es baru merupakan satu
bagian dari serentetan pekerjaan mengetes.
Di
samping penyusunsn dan pelasksanaan tes itu sendir, mensekor dan menilai
merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai,
ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain dari menkor
adalah member angka.
Dalam
ha pekerjaan mensekor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu
yaitu:
1)
Pembantu menentukan jawaban yang benar,
di sebut kunci jawaban.
2)
Pembantu penyeleksi jawaban yang benar
dan yang salah, disebut kunci scoring.
3)
Pembantu menentukan angka, disebut
pedoman penilaian.
Keterangan
dan penggunaannya dalam berbagai bentuk tes.
a.
Kunci
jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
Untuk
tes bentuk betul salah (true-false) yang di maksud dengan kunci jawaban adalah
deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang kita
susun, sedangkan kunci scoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat
pekerjaan menskoring.
Oleh
karena dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta melingkari huruf B atau S
maka kunci jaaban yang di sediakan hanya berbentuk urutan nomor serta huruf di
mana kita menghendaki untuk melingkari (atau dapat juga di beri tanda X).
Misalnya:
1.
B
2.
S
3.
S
4.
B
5.
B
6.
S
7.
B
8.
S
9.
S
10.
B
Dan seterusnya.
Ada baiknya
kunci jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum menyusun soal agar.
Pertama : dapat diketahui imbangan antara
jawaban B dan S.
Kedua :
dapat diketahui letak ataupola jawaban B dan S.
Bentuk jawaban
benar salah sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jmlah jawaban B hamper
sama banyaknya dengan jawaban S, dan tidak dapat ditebak karena tidak diketahui
pola jawabannya.
Kunci jawaban
untuk tes bentuk ini dapat diganti kunci scoring (scoring-key) yang
pembuatannya melalui langkah-langkah sebaga berikut:
Langkah 1:
Menentukan letak jawaban yang betul
Misalnya:
1.
B - S
2.
B - S
3.
B - S
4.
B - S
5.
B - S
6.
B - S
7.
B - S
8.
B - S
9.
B - S
10.
B – S
Langkah 2:
Melubangi tempat-tempat lingkaran
sedemikian rupa sehingga lingkaran yang dibuat oleh testee dapat dilihat.
Misalnya:
1.
B - S
2.
B - S
3.
B - S
4.
B - S
5.
B - S
6.
B - S
7.
B - S
8.
B - S
9.
B - S
10.
B – S
Catatan.
Dengan pengalaman ini
dapat diketahui bahwa lubang yang terlalu kecil berakibat tertutupnya jawaban
testeee, sedangkan lubang yang terlalu besar akan saling memotong.
Oleh karena itu, cara
menjawab dengan member tanda silang akan lebih baik dari pada melingkari.
Dengan demikian maka tanda yang dibuat testee akan tampak jelas seperti
terlihat pada contoh betikut.
Misalnya:
1.
B - S
2.
B - S
3.
B - S
4.
B - S
5.
B - S
6.
B - S
7.
B - S
8.
B - S
9.
B - S
10.
B – S
Dalam menentukan angka (skor) untuk
bentu B – S ini kita dapat menggunakan 2 cara seperti telah disinggung di depan
yaitu:
a)
Tanpa
hukuman atau tanpa denda.
Tanpa
hukuman adalah apabila banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban
yang cocok dengan kunci.
b) Dengan hukuman atau dengan denda.
Dengan hukuman
(karena diragukan adanya unsure tebakan), digunakan 2 macam rumus, tetapi
hasilnya sama.
Pertama,
dengan rumus:
Singkatan dari:
S = score
R = right
W = Wrong
Skor yang diperoleh siswa sebanyak
jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah soal yang salah.
Contoh:
-
Banyak soal = 10 buah
-
Yang betul = 8 buah
-
Yang salah = 2 buah
Angkanya adalah
: 8 – 2 = 6
Kedua
dengan rumus:
T singkatan dati Total, artinya jumlah
soal dalam tes.
Contoh diatas dihitung.
-
Banyaknya soal = 10 buah
-
Yang salah = 2 buah
Angkanya adalah : 10 – (2x2) = 10 – 4 =
6
b.
Kunci
jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple
choice)
Dengan
tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huruf di depan
pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau
tanda silang (X) pada tempat yang sesuai
dile mbar jawaban.
Untk
cara menjawab yang pertama, kita gunakan kunci jawaban misalnya sebagai
berikut:
1.
C
2.
A
3.
B
4.
B
5.
A
6.
C
7.
A
8.
A
9.
B
10.
C
Dalam
hal menentukan kunci jawaban untuk bentuk ini langkahnya sama dengan soal
bentuk betul salah. Hanya untuk soal yang jumlah nya lebih dari 30 buah,
sebaiknya mneggunakan lembar jawaban dan nomor-nomor urutannya dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak memakan tempat.
Kunci
pemberian skor untuk lembar jawaban misalnya sebagai berikut:
1.
a
b c d
2.
a
b c d
3.
a
b c d
4.
a
b c d
5.
a
b c d
6.
a
b c d
7.
a
b c d
8.
a
b c d
9.
a
b c d
10. a b
c d
Dalam menentukan
angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 macam cara pula yakni tanpa
hukuman dan dengan hukumanb. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung
dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
Dengan
hukuman menggunakan rumus:
Di mana
Di mana:
S
= score
R =
right
W =
Wrong
n =
banyaknya pilihan jawaban
(yang pada umumnya di Indonesia 3, 4, atau 5)
contoh:
-
Banyak soal = 10 buah
-
Banyaknya yang betul = 8 buah
-
Banyaknya yang salah = 2 buah
-
Banyaknya pilihan = 3 buah
Maka skornya adalah:
c. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor
untuk tes bentuk jawaban singkat (short answer test)
Test bentuk jawaban singkat adalah
bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat pendek. Melihat
namanya, maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat
pabnjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian. Dengan
persyaratan inilah maka bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes
objektif.
Tes
dengan bentuk isian, dianggap setaraf denganb tes jawaban singkat ini.
Kunci
jawaban tes bentuk ini merupakan deretan jawaban sesuai dengan nomornya.
Contoh:
1.
Berat jenis
2.
Mengembun
3.
Komunitas
4.
Populasi
5.
Energy
Bagaimana
kunci pemberian skormya?
Dengan
menginga jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap nomor
soal mudah ditebak. Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit
dari pada tes bentuk betul salah atau bentuk pilihan ganda. Sebaiknya setiap
soal diberi angka 2 (dua) dapat juga angka itu kita samakan dengan angka pada
bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda jika memang jawaban yang
diharapkan ringan dan mudah. Tetapi sebaliknya jika jawabanya bervariasi
misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkpa, maka angkanya dapat dibuat
bervariasi pula misalnya2; 1, 5; dan 1.
d. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor
untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan
ganda, di mana jawaban-jawaban dijadikan satu, demikian pua
pertanyaan-pertanyaannya. Dengan demikian, maka pilihan jawabannya akan lebih
banyak. Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih dibuat sedemikian
rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lan.
Kunsi jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan
jawaban yang dikehendaki atau detretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang
terdapat di depan alternative jawaban.
Contoh:
1.
Tahun 1922 1. F
2.
Imam Bonjol 2. C
3.
Perang padre 3. H
4.
Teuku Umar 4. A
5.
P. Diponegoro 5. B
Telah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah
tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. Maka angka yang diberikan sebagai
imbalan juga harus lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan bahwa
angka untuk setiap nomor adalah 2 (dua)
e. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor
untuk tes bentuk uraian (essay test)
Sebelum
menyusun sebuah test uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu
pokok-[pokok jawaban yang kita kehendaki, dengan demikian, maka akan
mempermudah kita dalam pekerjaanmengoreksi tes itu.
Tidak
ada jawaban yang pastiterhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang akan kita
peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa satu ke siswa lain. Untuk
menentukan standar lebih dahulu, tentulah sukar. Ada sebuah saran,
langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kitamengoreksi dan
member angka tes bentuk uraian. Saran tersebut adalah sebagai berikut.
1)
Membaca soal pertama dari seluruh siswa
untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita dapat
memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikasiswa secara
keseluruhan/
2)
Menentukan angka untuk soal pertama
tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkapdiberi angka 5, kurang sedikit diberi
angka 4begitu seterusnya sampai pada jawaban yang paling minim jika jawabannya
meleset sama sekali. Dalam menentukan angka pada hal yang terakhir ini umumnya
kita perlu berfikir bahwa tidak ada unsurtebakan. Dengan demikian maka ada dua
pendapat, satu pendapat menentukan angka 1 atau 2 bagi jawaban yang salah,
tetapi angka lain menentukan angka 0 untuk jawaban itu. Tentu saja bagi jawaban
yang kosongdiberi angka 0.
3)
Memberikan angjka bagi soal pertama.
4)
Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk
mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal
kedua.
5)
Mengulang langkah-langkah tersebut bagi
soal-soal tes ketiga, keempat dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka.
6)
Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh
oleh masing-masing siswa untuktes bentu uraian.
Setelah
mempelajari langkah-langkah tersebut kita tahu bahwa dengan membaca terlebih
dahulu seluruh jawaban yang diberikan oleh siswa, kita menjadi tahu bahwa
mungkin tidak ada seorangpun dari siswa yang menjawab dengan betul untuk suatu
nomor soal.
Menghadapi
situasi seperti ini, kita gunakan cara pemberian angka yang relative. Misalnya
untuk sesuatu nomor soal jawaban yang paling lengkap hanya mengandung 3 unsur,
padahal kita menghendaki 5 unsur, maka kepada jawaban yang paling lengkap
itulah kita berikan angka 5, sedangkan untuk yang mnjawab hanya 2 dan 1 unsur,
kita beri angka lebih sedikit, yaitu misalnya 3,5; 2; 1,5; dan seterusnya.
Dengan
cara ini maka pemberian angka pada tes bentuk uraian tidak akan dapat konsisten
atau tetap dari kelas ke kelas atau dari tahun ke tahun.
Apa
yang telah diterangkan di atas ini adalah cara pemberian angka dengan
menggunakan atau mendasarka pada norma kelompok (norm referenced test). Apabila
dalam memberikan angka menggunakan atau mendasarkan pada standar mutlak
(criterion referenced test), maka langkah-lagkahakan lain. Apa yang dilalui di
atas, tidak diperlukan.
Yang dilakukan haruslah demikian:
1)
Membaca setiap jawaban yang memberikan
oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah kita susun.
2)
Membubuhkan skor di sebelah kiri setiap
jawaban ini lakukan per nomor soal.
3)
Memjumlahkan
skor-skor yang telah di tuliskan pada setiap soal, dan terdapatlah skor untuk
bagian soal yang terbentuk uraian.
Dengan cara kedua ini
maka skor siswa tidak dibandingkan dengan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar