Kamis, 09 Februari 2012

CARA-CARA MEMOTIVASI DALAM MENGAJARKAN IPA

TUGAS
DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
“CARA-CARA MEMOTIVASI DALAM MENGAJARKAN IPA”


 



                                    
                                


Disusun oleh:
1.   Diya Novarina (A1E007002)
2.   Meyriana Raja Guk-guk (A1E007008)
3.   Sri Wahyu Widyaningsih (A1E007012)
4.   Cariti Dassa Urra (A1E007017)

                         
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008
Telah kita ketahui betapa pentingnya motivasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar perlu mempertahankan semangat belajar siswa. Bukti-bukti menunjukkan bahwa siswa hanya giat belajar jika ia termotivasi untuk belajar. Dengan demikian maka guru perlu mengenal cara-cara untuk memotivasi siswa untuk belajar.
Di antara motivasi yang telah kita kenal bahwa motivasi yang terpenting adalah membangkitkan motivasi belajar intrinsik. Dengan dikenalnya beberapa penyebab timbulnya motivasi belajar intrinsik, maka seorang guru dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat merangsang timbulnya motivasi belajar intrinsik siswa.
Motivasi ekstrinsik lebih mudah dibangkitkan dari pada motivasi intrinsik, biasanya dimanfaatkan sebagai pembuka jalan ke arah motivasi intrinsik. Sejalan dengan ini maka sebagai usaha dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik untuk belajar, khususnya dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Beberapa masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajr di kelas, diantaranya adalah:
a.       Masalah yang berhubungan dengan interaksi diantara para siswa:
1)      Hubungan antarsiswa di kelas harus terjalin baik. Siswa yang merasa tidak diterima oleh kelompoknya, tidak kerasan tinggal di kelas tersebut, sehingga tidak mempunyai motivasi untuk belajar di antara teman-teman yang memusuhinya. Dalam hal ini guru wajib menciptakan kondisi yang menumbuhkan kerjasama yang baik antara seluruh anggota kelas, misalnya dengan memberikan tugas kerja kelmpok dalam metode proyek.
2)      Persaingan antara para siswa, hendaknya berupa persaingan yang sehat. Iklim persaingan dapat mempertinggi semangat belajar siswa untuk meraih hasil yang lebih baik. Kelas tanpa suasana persaingan merupakan kelas yang statis dan tidak bersemangat belajar. Persaingan menimbulkan konflik dalam diri setiapindividu untuk berusaha menjadikan dirinya lebih baik. Namun persaingan yang berlebih-lebihan akan berakibat negatif terhadap kemajuan belajar siswa, khususnya bagi mereka yang tidak pernah menang dalam persaiangan tersebut. Untuk menciptakan suasana persaingan ini diperlukan kelas yang homogen dalam hal tingkat kecerdasannya, karena para siswa yang kurang pandai pada umumnya selalu rendah diri dan tak ada harapan menang. Dalam hal ini guru perlu menentukan kelompok-kelompok siswa yang homogen untuk menciptakan persaingan ini dan menjaga agar persaingan tetap sehat, dan tak ada rasa ingin menghancurkan sesama siswa.
3)      Rasa keterlibatan diri (egoinvolvement) yang menyebabkan setiap siswa yang ada di kelas tersebut merasa dirinya ikut berperan penting dalam kelasnya. Hal ini dapat diwujudkan jika diberikan suatu tugas yang melibatkan harga diri anak untuk dipertaruhkan dalam penyelesaian tugas tersebut. Pemilihan tugas seperti ini harus berhati-hati dan guru harus dapatmemperkirakan bahwa seluruh siswa yang terlibat pasti mempunyai kesempatan untuk berhasil. Kegagalan dalam tugas seperti ini menyebabkan harga diri siswa rusak serta timbul perasaan berdosa terhadap kelompoknya. Hal ini merupakan rasa kegagalan atau sense of failure pada anak yang merupakan motifasi belajar intrinsik yang negatif dapat dihindarkan. Adanya sense of failure ini menyebabkan anak akan menarik diri dari tugas-tugas selanjutnya karena takut kegagalan akan berulang lagi, sehingga motivasi belajar siswa akan mati.
b.      Masalah yang melibatkan hubungan antara guru dengan siswa
1)      Guru yang bersifat tertutup pasti ditakuti siswa, sehingga siswa tidak berani bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya. Huungan antara guru dan siswa menjadi sangat tegang. Meskipun kelas dalam keadaan tenang, namun suasana belajar berlangsung dalam keadaan terpaksa dan siswa tidak merasa termotivasi dalamkeadaan terpaksa dan tidak merasa termotivasi belajar, melainkan semata-mata hanya belajar karena kepatuhan kepada guru.
2)      Peraturan yang terlalu ketat yang diberikan guru, yang menyebabkan siswa berlaku seperti robot-robot tanpa kreasi berfikir sama sekali. Para siswa hanya belajar untuk menjalankan semua aturan-aturan yang telah digariskan guru tanpa mendapat kesempatan untuk menanggapi apalagi mengkritik. Keadaan ini akan memberikan dua macam akibat yaitu menghasilkan siswa yang penurut tanpa kreatifitas, atau siswa yang selalu memusuhi guru karena ingin membebaskan diri dari peraturan-peraturan yang berlebihan yang ditentukan guru.
3)      Hadiah yang diberikan guru atas prestasi tinggi yang dicapai siswa dalam belajar belum tentu menimbulkan otivasi belajar siswa. Pada umumnya hadias justru akan merusak motivasi belajar siswa karena dapat mengalihkan pikiran siswa dari belajar sesungguhnya. Orang mempunyai harapan untuk memperolehnya, semua orang tertarik untuk mendapatkannya.
4)      Pujian yang diberikan guru kepada siswa merupakan penguatan atas tugas yang dilakukan dengan benar, sehingga akan menimbulkan motivasi untuk melakukan tugas-tugas lain sebaik mungkin. Pujian yang diberikan terus-menerus sebaliknya akan merusak motivasi belajar siswa, karena siswa terlalu bosan dengan pujian yang diberikan secara terus-menerus, bahkan menimbulkan. Tanggapan yang negatif dari siswa. Pujian pada hakikatnya merupakan hadiah bagi siswa dalam bentuk kata-kata. Guru kadang-kadang perlu memberikan pujian kepada siswa, dalam hal ini perlu diperhitungkan saat yang tepat untuk menyampaikannya, agar dapat memperkuat motivasi belajar siswa.
5)      Tugas-tugas yang diberikan guru hendaknya terjangkau oleh siswa, tidak terlalu sulit atau berat. Tugas-tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa hanya menimbulkan motivasi belajaryang negative pada diri siswa. Tenggang waktu antara pemberian tugas yang satu dengan yang lainnya juga perlu dipikirkan agar tidak terlalu sering ataupun jarang, agar semangat belajar siswa tetap tinggi. Tugas-tugas yang terlalu sering diberikan membosankan siswa dan menimbulkan rasa ingin menghindarkan diri dari tugas-tugas tersebut. Sebaliknya tugas yang terlalu jarang diberikan akan menimbulkan kemalasan dalam memecahkan masalah, karena jarang mendapatkan tantangan yang menyebabkan siswa terbiasa berfikir untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dikemukakan guru, sehingga siswa menjadi pasif.
6)      Hukuman yang diberikan guru dapat dalam berbagai bentuk, seperti pengasingan, celaan, kecaman, sindiran terhadap kesalahan siswa. Hukuman bertujuan menunjukkan kesalahan siswa. Siswa yang mendapatkan hukuman dapat mengetahui kekeliruannya dan memperbaiki diri dalam pengalaman selanjutnya. Motivasi belajar dapat timbul melalui hukuman yang tidak berlebihan dan diterapkan pada saat yang tepat. Dalam hal ini yang terpenting ialah menunjukkan kepada siswa jalan keluar untuk mengatasi hukuman itu. Bentuk hukuman yang sering digunakan guru ialah teguran. Teguran yang sesungguhnya merupakan hukuman juga, dan tidak dirasakan siswa sebagai hukuman jika disampaikan secara kekeluargaan dan cukup halus. Cara ini akan lebih efektif untuk memperbaiki kesalahan siswa jika dibandingkan dengan sindiran ataupun kecaman keras. Hukuman dalam bentuk celaan sedapat mungkin dihindarkan guru, karena kemungkinan besar dapat menimbulkan rasa putus asa dalam diri siswa, sehingga motivasi belajarnya mati.
7)      Hal-hal lain ynag ikut mewarnai timbulnya motivasi belajar siswa dikelas diantaranya:
ü  Tulisan guru harus terbaca oleh seluruh siswa;
ü  Sikap guru harus dapat menghargai siswa sebagai individu, tidak bersikap meremehkan pendapat siswa;
ü  Suara guru harus terdengar oleh seluruh kelas dengan jelas;
ü  Berpakaian dengan sopan agar tidak menjadi bahan cemoohan siswa; dan
ü  Adanya kewibawaan guru dalam menangani pengolahan kelas agar dapat dipatuhi siswa secara spontan.
c.       Masalah yang berhubungan dengan proses belajar mengajar
Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu :
1)      Ke mana siswa menuju pada akhir kegiatan belajar
2)      Bagaimana caranya agar siswa tiba pada sasaran yang dituju
3)      Bagaimana dapat diketahui apakah sasaran yang dituju itu sudah tercapai atau belum.
Ketiga hal tersebut dapat pula mempengaruhi timbulnya motivasi belajar siswa sehingga memotivasi siswa belajar melalui kegiatan belajar-mengajar perlu dikembangkan ketiga hal tersebut; agar melalui ketiga hal tersebut guru menciptakan kondisi yang dapat merangsang timbulnya moyivasi belajar siswa.

1)      Ke mana siswa akan menuju pada akhir kegiatan belajar ?
Kegiatan belajar mirip dengan suatu perjalanan dari suatu titik awal kegiatan yaitu siswa tidak tahu tentang hal yang akan dipelajari, menuju pada akhir kegiatan yaitu siswa menjadi tahu, melalui proses belajar-mengajar. Suatu perjalanan akan lebih menarik jika mengetahui ke mana arah yang kita tuju. Demikian pula halnya dengan proses belajar-mengajar mengetahui kemana tujuan belajar tersebut; yaitu apa yang diharapkan akan dicapai siswa melalui kegiatan belajar. Tujuan belajar dalam proses belajar-mengajar di kelas kita kenal sebagai Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Dengan memberitahukan TIK kepada siswa pada awal pelajaran, maka motivasi belajar siswa akan timbul, karena siswa akan mengetahui ke mana ia akan dibawa dalam proses belajar-mengajar tersebut. Dengan mengenal tujuan belajar, maka siswa akan lebih giat berusaha untuk mencapai tujuan itu. Jadi  
Menurut Gagne, tujuan belajar ini dapat menggambarkan hasil-hasil belajar yang akan diraih siswa. Hasil-hasil belajar tersebut menurut Gagne dikelompokkan lima kategori pokok yaitu :
ü  Informasi verbal
Informasi yang diterima melalui berbagai program pendidikan, yang hasil belajarnya berupa kemampuan untuk menyebutkan kembali informasi dengan ungkapan siswa sendiri ;
ü  Keterampialn intelektual
Berupa keterampilan berinteraksi dengan lingkungan melalui simbol-simbol. Beberapa contoh keterampilan intelektual diantaranya ialah kemampuan menyatakan perbedaan-perbedaan, mempelajari konsep-konsep, aturan-aturan;
ü  Atrategi kognitif
Kemampuan yang diatur secara internal yang dapat digunakan untuk membimbing seseorang dalam menentukan apa yang dipelajari. Strategi kognitif menjadikan orang mampu belajar sendiri dan menjadi pemikir yang independen yang dapat menentukan apa yang perlu dipelajari untuk memecahkan masalah,
ü  Sikap
Yang dapat dikelompokkan lagi menjadi sikap yang dipelajari sejak di rumah atau situasi sosial di lingkungan anak-anak lain, sikap yang menyangkut masalah kewarganegaraan; sikap yang dihubungkan dengan nilai-nilai, misalnya sikap-sikap yang mempengaruhi penampilan.
ü  Keterampilan motor
Merupakan hal yang berhubungan erat dengan kegiatan-kegiatan manusia, meliputi cara melakukan dan ketepatan dalam melakukan keterampilan.

Tujuan belajar hendaknya jelas, menarik, dan berarti serta berharga bagi siswa, serta sejalan dengan keperluan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2)      Bagaimana caranya agar siswa tiba pada sasaran yang dituju?
Setelah siswa mengetahui tujuan pelajaran itu, maka masalah yang perlu dilakukan selanjutnya ialah bagaimana membimbing siswa untuk sampai pada tujuan tersebut.atau dengan perkataan lain bagaimana caranya guru mempertahankan motivasi belajar siswa yang telah timbul ketika mengetahui tujuan belajar, selama berlangsungnya proses belajar menuju tujuan tersebut.
Dalam memperhatikan motivasi belajar ini, menurut Bruner perlu dikemukakan pada anak suatu jaminan bahwa proses belajar yang berlangsung tidak akan berbahaya baginya atau pun tidak akan menyakitkannya, sehingga dalam diri anak akan timbul keberanian untuk melanjutkan proses belajar sampai tujuan belajar tercapai dengan bimbingan guru. Siswa perlu merasakan keuntungan-keuntungan dari cara pencapaian tujuan yang telah ditunjukkan guru. Dalam memberikan bimbingan kepada siswa k mencapai tujuan belajar ini guru perlu menguasai berbagai pembahasan tentang metode dan pendekatan dalam proses belajar mengajar. Pembahasan tentang metode dan pendekatan dalam proses belajar mengajar IPA akan dapat anda pelajari secara lebih terperinci pada modul-modul berikutnya. Jadi dalam perjalanan menuju tujuan belajar ini metivasi berfungsi mempertahankan semangat belajar dan mengarahkan langkah-langkah siswa menuju tujuan. Dalam mengarahkan langkah-langkah siswa ini, guru dapat menggunakan suatu teknik bertanya; yang secara khusus dapat anda pelajari melalui modul berikut.

3)      Bagaimana dapat diketahui apakah sasaran belajar yang dituju sudah tercapai atau belum?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam proses belajar-mengajar, maka kita kenal adanya evaluasi belajar. Evaluasi berfungsi untuk mengenal sejauh mana tujuan belajar telah dapat dicapai siswa, sebagai umpan balik bagi guru untuk menilai keberhasilan program belajar-mengajar yang telah dilaksanakan. Sejalan dengan tujuan belajar yang dirumuskan berdasarkan berbagai perubahan tingkah laku yang oleh Gagne disebutkan sebagai hasil belajar, maka program evaluasi harus dapat mengukur semua hasil belajar tersebut.
      Evaluasi belajar dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan dengan istilah ulangan, dan sebagai hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai. Sehubungan dengan penialaian hasil belajar ini, timbul beberapa permasalahan yang sering ditemukan di kelas. Beberapa masalah yang sering menyebabkan hilangnya motivasi belajar siswa ialah:      
a.       Ulangan yang terlalu sering diberikan guru, sehingga tidak menimbulkan belajar lagi bagi para siswa, karena mereka merasakan sebagai sesuatu yang rutin dan tidak menimbulkan tantangan lagi.
b.      Hasil ulangan yang baru dikembalikan kepada siswa setelah tenggang waktu yang sangat lama (lebih dari satu minggu), tidak menimbulkan motivasi belajar lagi; karena siswa sudah lama lupa akan permasalahan yang dibahas dan tidak berminat lagi untuk memperbaiki dan mencari jawaban yang seharusnya. Dengan demikian tidak akan memperbaiki prestasi belajar siswa.
c.       Soal-soal dalam ulangan yang aspeknya terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan jangkauan pemikiran siswa, akan menimbulkan frustasi dalam diri siswa yang merasa tidak mampu untuk menjawabnya, walaupun telah dalam mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Soal-soal ulangan harus sesuai dengan tingkat kesukarannya dengan aspek TIK yang telah ditentukan sebelumnya.
d.      Nilai-nilai ulangan yang selalu kurang bagi siswa-siswa tertentu akan menghancurkan motivasi belajar siswa, karena ia merasa tidak mampu mengikuti program pelajaran itu, sehingga ia akan menarik diri dari kelompoknya dan tidak berminat lagi mempelajari pelajaran yang dianggapnya sukar itu. Karena itu perlu adanya variasi dalam tingkat kesukaran soal dan kemudahan untuk mencapai hasil belajar yang baik.
e.        Pembahasan bahan ulangan yang hasilnya kurang memuaskan dapat pula meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan diketahuinya secara pasti apa jawaban serta bagaimana menjawab soal tersebut dengan benar, maka siswa termotivasi untuk belajar lebih giat untuk meraih sukses pada ulangan berikutnya. Berdasarkan tentang hasil-hasil belajar Gagne, perlu kita ingat bahwa evaluasi tidak cukup bila hanya dapat mengukur keberhasilan siswa dalam domain kognitif saja, tapi perlu pula dapat mengukur tercapainya tujuan yang terdapat dalam domain afektif dan psikomotor. Jadi seluruh kemampuan siswa mendapat kesempatan berkembang yang wajar dan dapat dievaluasi secara menyeluruh pula.
f.       Waktu pemberian evaluasi tidak perlu selalu berdasarkan perjanjian. Pemberian tes secara tiba-tiba dapat pula memotivasi siswa untuk terus-menerus belajar. Tetapi teknik ini umumnya kurang dapat diharapkan hasilnya.

Dalam kehidupan pada kenyataannya sehari-hari banyak ditemukan masalah bagi siswa. Sedikit sekali siswa yang tertarik pada pelajaran IPA. Hal ini disebabkan anggapan sebagian besar siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA sangat sukar dipahami. Siswa jarang termotivasi untuk mempelajari IPA karena alas an tersebut diatas. Tidaklah mengherankan jika hasil belajar IPA rendah, karena siswa belajar IPA tanpa motivasi. Yang menjadi masalah bagi guru IPA ialah bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar IPA. Agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan pandangan siswa tentang IPA yang dianggap sangat sukar itu dapat diubah.




Untuk memotivasi siswa dalambelajar IPA ini kita dapat berpedoman pada beberapa prinsip kebermaknaan:
1.   Prinsip kebermaknaan
Siswa termotivasi belajar jika merasakan bahwa hal-hal yang dipelajarinya bermakna baginya. Menurut teori belajar Ausubel pelajaran yang bermakna bagi siswa ialah pelajaran yang dihubungkan dengan hal-hal yang telah diketahui siswa, telah dialaminya,dihubungkan dengan minatnya, dan kegunaanya pada masa depan kelak.
2.   Prinsip prasyarat
Siswa termotivasi belajar jika telah memiliki bekal untuk menghadapi pelajaran yang akan diterimanya. Bekal pengetahuan yang telah dimiliki ini dapat mengaitkan apa yang akan diterima siswa dengan hal-hal yang diketahuinya, sehingga pelajaran baru akan bermakna baginya dan ia akan termotivasi untuk belajar.
3.   Prinsip modeling
Siswa akan termotivasi untuk menunjukkan sikap seperti yang dilakukan oleh guru sebagai pembawa pesan dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru merupakan model bagi siswa untuk dijadikan tokoh panutan. Adapun nasihat guru yang disampaikan melalui kata-kata, tidak akan sebesar pengaruh perbuatan guru yang dilakukannya, terhadap sikap yang akan ditunjukkan oleh siswa kelak.
4.   Prinsip menarik
Siswa akan termotivasi belajar jika pelajaran disajikan secara menarik.
5.   Prinsip partisipasi dan keterlibatan
      Siswa akan termotivasi belajar jika ia merasa terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
6.   Prinsippenarikan bimbingan secara langsung
      Siswa akan termotivasi belajar jika bimbingan guru secara berangsur-angsur ditarik. Dengan penarikan bimbingan secara berangsur ini siswa akan merasakan kemajuan belajarnya dan adanya pertambahan kemampuan dalam dirinya, sehingga keyakinannya akan penguasaan pelajaran menambah motivasi untuk belajar. Pertambahan kemampuan yang dirasakannya merupakan sukses yang telah berhasil diraihnya secara tahap demi tahap sampai ia tidak memrlukan bimbingan guru lagi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
7.      Prinsip penyebaran jadwal
Siswa termotivasi untuk belajar bila program-program praktek dan latihan dijadwalkan antara tenggang waktu yang tidak terlalu pendek ataupun tidak terlalu panjang. Penjadwalan yang berturut-turut dan terlalu lama akan menimbulkan kebosanan dalam diri siswa.
8.   Prinsip konsekuen dan kondisi yang menyenangkan
Siswa akan termotivasi belajar jika guru konsekuen dengan peraturan-peraturan yang telah diberikannya, khususnya yang berhubungan dengan masalah disiplin kelas. Misalnya untuk tidak datang terlambat,dalam hal ini guru pun tidak boleh datang terlambat. Siswa akan termotivasi pula belajar jika kondisi instruksionalnya menyenangkan, misalnya memberikan suasana gembira kepada siswa.
9.   Prinsip komunikasi terbuka
Siswa termotivasi untuk belajar jika pesan dan harapan yang dititipkan padanya terstruktur dengan baik dan komunikatif. Sebagai contoh siswa pelu diberitahu tentang tujuan instruksional yang ingin dicapai dan telah dirumuskan dengan jelas apa yang dipesankan kepadanya dan apa tujuan yang akan dicapainya pada akhir proses belajar-mengajar tersebut. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
            Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang telah dikemukakan di atas yang mana menimbulkan motivasi belajar siswa, marilah ita ikuti contoh-contoh berikut yang akan mencoba menguraikan bagaimana kita memotivasi siswa untuk belajar, khususnya dalamproses belajar-mengajar IPA.
            Pak Ali akan mengajarkan topik pemancaran di kelasnya. Ia ingin agar siswa termotivasi untuk belajar, maka ia akan menggunakan prinsip partisipasi dan keterlibatan, serta memotivasi siswa untuk belajar. Ia melihat penduduk desanya menggunakan insektisida dengan jumlah yang berlebihan di sawah untuk membunuh serangga perusak padi. Ia mulai memberitahukan kepada siswa tujuan istruksional khusus dari pelajaran tersebut, diantaranya sesuai dengan hasil-hasil belajar menurut teori belajar Gagne: setelah menyelesaikan pelajaran, diharapkan siswa dapat:
1)      Menyebutkan arti dari pemancaran air.
2)      Menyebutkan ciri-ciri air tercemar.
3)      Menyarankan cara-cara penanggulangan pencemaran air.
4)      Menyadari bahaya yang timbul dari pencemaran air.
5)      Menunjukkan cara sederhana untuk mengenal beberapa hal tentang pencemaran.
Setelah siswa mengetahui TIK dari pelajaran yang akan ditempuhnya dan termotivasi untuk belajar, maka pak Ali memberikan tugas kepada siswa untuk membawa bermacam-macam air yang terdapat dalam lingkungan tempat tinggal siswa dikelas,untuk diperiksa apakah air tersebut telah tercemar atau belum.Contoh air yang dibawa siswa diambil dari lingkungan tempat tinggalnya dengan tujuan untuk menjadikan siswa yang membawanya merasa terlibat langsung dengan masalah pencemaran yang akan dipelajarinya itu. Dengan diketahuinya apakah air itu sudah tercamar atau belum, selanjutnya Pak Ali akan menjelaskan sebab-sebab timbulnya pencemaran dengan menggunakan metode Tanya jawab dengan siswa yang bersangkutan tentang kebiasaan apa yang dilakukan penduduk sekitar terhadap air tersebut. Secara tidak langsung siswa dapat menyimpulkan sendiri kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang harus dihindarkan karena dapat mencemari air. Disamping hal itu dapat pula ditambahkan sikap hidup yang harus ditempuh  agar pencemaran air itu dapat dihindarkan. Akibat dari pencemaran dapat pula digali dari pengetahuan siswa sendiri berdasarkan gejala yang dapat diamatinya dalam kehidupan sehari-hari yang berupa kerusakan di sekitar air yang tercemar.
Karena yang dipilijh Pak Ali untuk menanamkan konsep pencemaran itu  adalah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, siswa merasa terlibat langsung, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Pada contoh lain Pak Badu ingin memotivasi siswanya untuk mempelajari topic larutan elektrolit, maka ia memulai pelajarannya dengan bertanya “anak-anak”, mengapa kita tidak boleh menangkap belut disawah dengan menggunakan arus listrik yang diambil langsung dari kawat jaringan arus PLN?
Para siswa mulai mencoba mereka-reka kea rah mana jawaban yang diingankan Pak Guru. Ada siswa yang mengatakan hal itu sangat berbahaya, karena kemungkinan besar orang menangkap ikan itu akan meninggal karena tersengat arus listrik yang bertegangan tinggi. Kemudian Pak Badu meneruskan bertanya, “ Apakah air itu dapat menghantarkan listrik”? Pertanyaan ini dijawab “Ya”, oleh sebagian siswa dan “tidak” oleh yang lain. Mulailah Pak Badu mengajak siswanya untuk memperhatikan percobaan dengan menggunakan penguji elektrolit yang telah disiapkan sejak semula. Berdasarkan pertanyaan tentang peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berbahagia, Pak Badu memotivasi siswanya untuk mempelajari  sifat-sifat larutan terhadap arus listrik. Pada akhir pelajaran Pak Badu menjelaskan pula tentang kegunaan sifat elektolit ini dengan contoh-contoh yang digali dari pengalaman siswa, melalui pertanyaan kepada siswa. Karena merasa bahwa pelajaran tersebut ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan bermanfaat dalam kehidupan., maka siswa termotifasi untuk belajar. Dengan memotivasi siswa, Pak Badu telah menggunakan prinsip kebermaknaan, karena dengan mempelajari topik tersebut siswa dapat memanfaatkan kegunan larutan elaktrolit dalam kehidupan sehari-hari dan menghindari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan larutan elektrolit yang salah
Ibu Ani ingin mengajarkan tentang terjadinya gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Untuk itu sebelumnya ia memperkenalkan tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Berdasarkan pengetahuan bahwa cahaya merambat menurut garis lurus maka ia mengkaitkan prinsip tersebut dengan peristiwa terbentuknya bayangan, kemudian baru memasuki pembahasan tentang gerhana. Karena siswa telah mengenal sifat-sifat cahaya dan prinsip pembentukan bayangan, maka siswa termotivasi untuk mempelajari terjadinya gerhana yang mempunyai prinsip dasar sama dengan konsep yang telah dikenal sebelumnya.
Ibu Ida mempunyai cara lain untuk memotivasi siwanya untuk mempelajari tentang sifat asam-asam larutan. Ia membawa 2 gelas piala yang kosong yang sebelumnya telah dibubuhi dengan setetes phenolptalin tanpa diketahui siswa. Ia juga membawa beberapa botol asam dan beberapa botol asam basa, yang tidak berwarna dan setiap botolnya diberi etiket dengan jelas. Kemudian ia mengajak siswa untuk menduga-duga apa yang akan terjadi jika larutan dalam botol-botol itu dituangkan dalam gelas piala. Siswa menjawab bahwa pada gelas piala akan  terdapat larutan yang tidak berwarna yang berasal dari botol-botol tersebut. Jawaban siswa itu dibuktikan dengan menuangkan satu macam asam kedalam gelas piala, maka siswa gembira karena jawabannya benar, bahwa dalam gelas piala tersebut terdapat larutan yang tidak berwarna. Kemudian ibu Ida membawa gelas piala yang kedua, dan menuangkan larutan basa kedalamnya. Larutan basa yang mulanya tidak berwarna dalam botol semula, pada saat tertuang dalam gelas piala berubah warnanya menjadi merah. Para siswa sangat terkejut dan mulai termotivasi belajar karena ingin mengetahui penjelasan terjadinya peristiwa ajaib tersebut.
Dalam hal ini ibu Ida telah berhasil memotivasi siswanya untuk belajar melalui prinsip menarik perhatian siswa, dengan sebuah kejutan. Selanjutnya motivasi belajar siswa ini dapat dipertahankan dengan cara mencampurkan larutan dalam gelas piala yang pertama dan kedua dan diamati kejutan berikut yang terjadi, larutan campuran menjadi tidak berwarna lagi. Dari sini maka dikembangkan konsep reaksi asam basa. Mengapa? Phenolptalin dalam basa berwarna merah sedangkan dalam larutan asam bersifat netral tidak berwarna. Hasil reaksi antara asam dan basa bersifat netral, karena itu larutan menjadi tidak berwarna jika terdapat phenolptalin didalamnya.
Masih banyak contoh lain yang dapat menunjukkan bagaimana cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA yang dapat Anda cari, terutama  yang dihubungkan dengan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat  mempengaruhi timbulnya motivasi belajar. Masalah-masalah tersebut bersumber pada interaksi antara para siswa di kelas, hubungan antara guru dengan siswa dan hal-hal pokok yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan interaksi antara para siswa meliputi hubungan antara siswa, persaingan antara siswa dan rasa keterlibatan diri siwa dalam lingkungannya.
Masalah yang melibatkan hubungan antara guru dengan siwa meliputi sikap guru terhadap siswa, peraturan dan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, ganjaran terhadap usaha siswa  belajar yang meliputi hadiah, pujian dan hukuman terhadap siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan pribadi guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar secara langsung dikelas diantaranya meliputi informasi tentang tujuan belajar kepada siswa, pengelolaaan proses belajar mengajar. Dan cara mengevaluasi hasil belajar siswa. Tujuan belajar dapat dinyatakan dalam perubahan tingkah laku siswa yang diharapkan terjadi setelah proses balajar-mengajar, dan merupakan hasil-hasil belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motor. Dalam pengelolaan proses belajar-mengajar perlu dipilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan masalah yang dipelajari . Evaluasi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan memperhatikan selang waktuy pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada waktunya, aspek soal perlu sesuai dengan TIK, cara penilaian yang memadai dan perlu diadakan pengukuran yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Untuk memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA kita dapat berpedoman pada prinsip-prinsip kebermaknaan, prasyarat, modeling, menarik, partisipasi dan keterlibatan, penarikan bimbingan secara berangsur, penyebaran jadwal, konsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi terbuka.




















JAWABAN PERTANYAAN
1. Penanya      : Vanora Armavita
    Pertanyaan : Bagaimanakah cara-cara khusus untuk memotivasi dalam belajar IPA?
Jawaban   : Untuk memotivasi siswa dalambelajar IPA ini kita dapat berpedoman pada beberapa prinsip kebermaknaan:
a.   Prinsip kebermaknaan
b.   Prinsip prasyarat
c.   Prinsip modeling
d.   Prinsip menarik                            
e.   Prinsip partisipasi dan keterlibatan
f.   Prinsippenarikan bimbingan secara langsung
g.      Prinsip penyebaran jadwal
h.   Prinsip konsekuen dan kondisi yang menyenangkan
i.   Prinsip komunikasi terbuka
2. Penanya      : Titis Dwi Iryani
Pertanyaan : Mengapa pujian yana berlebihan kurang baik bagi siswa?
Jawaban   : Karena pujian yang diberikan terus-menerus akan merusak motivasi belajar siswa, karena siswa terlalu bosan dengan pujian yang diberikan secara terus-menerus, bahkan menimbulkan. Tanggapan yang negatif dari siswa. Pujian pada hakikatnya merupakan hadiah bagi siswa dalam bentuk kata-kata. Guru kadang-kadang perlu memberikan pujian kepada siswa, dalam hal ini perlu diperhitungkan saat yang tepat untuk menyampaikannya, agar dapat memperkuat motivasi belajar siswa.

3. Penanya       : Afries Eko Saputra
Pertanyaan : Apa pengertian motivasi menurut anda?
Jawaban   : Motivasi adalah dorongan yang timbul untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dapan datang dari diri sendiri (intrinsic) dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik).


4. Penanya       : Lesma Harliyanti
Pertanyaan : Motivasi apakah yang lebih penting, motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik?
Jawaban : Motivasi yang terpenting adalah motivasi belajar intrinsik. Dengan dikenalnya beberapa penyebab timbulnya motivasi belajar intrinsik, maka seorang guru dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat merangsang timbulnya motivasi belajar intrinsik siswa.
Motivasi ekstrinsik lebih mudah dibangkitkan dari pada motivasi intrinsik, biasanya dimanfaatkan sebagai pembuka jalan ke arah motivasi intrinsik. Sejalan dengan ini maka sebagai usaha dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik untuk belajar, khususnya dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.

5.  Penanya      : Apri Haryanto     
Pertanyaan : Bagaimana cara menumbuhkan motivasi intrinsic sedangkan motivasi ekstrinsiknya tidak mendukung?
Jawaban   : Kita semestinya mencari lingkungan yang mendukung, sebenarnya kita sendiri yang tahu bagaimana cara membangkitkan motivasi atau semangat dalam diri kita sendiri  

6.   Penanya      : Winda Putri Yani
Pertanyaan : Pelajaran IPA sangat sukar dipahami oleh siswa, bagaimanakah kita sebagai guru untuk mengatasinya?
Jawaban    : Kita sebagai guru harus memberikan motivasi kepada murid-murid dan memberikan pemahaman bahwa pelajaran IPA itu tidak sulit, sangat menyanangkan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengajarannya, seorang guru sebaiknya memberikan pelajaran dalam bentuk yang bervariasi dan tidak monoton. Agar siswa menjadi semangat dan tidak bosan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar