TUGAS
DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
“CARA-CARA MEMOTIVASI DALAM
MENGAJARKAN IPA”
Disusun oleh:
1. Diya
Novarina (A1E007002)
2. Meyriana
Raja Guk-guk (A1E007008)
3. Sri
Wahyu Widyaningsih (A1E007012)
4. Cariti
Dassa Urra (A1E007017)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2008
Telah kita ketahui betapa pentingnya
motivasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru sebagai pengelola proses
belajar-mengajar perlu mempertahankan semangat belajar siswa. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa siswa hanya giat belajar jika ia termotivasi untuk belajar.
Dengan demikian maka guru perlu mengenal cara-cara untuk memotivasi siswa untuk
belajar.
Di antara motivasi yang telah kita kenal
bahwa motivasi yang terpenting adalah membangkitkan motivasi belajar intrinsik.
Dengan dikenalnya beberapa penyebab timbulnya motivasi belajar intrinsik, maka
seorang guru dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat merangsang timbulnya
motivasi belajar intrinsik siswa.
Motivasi ekstrinsik lebih mudah
dibangkitkan dari pada motivasi intrinsik, biasanya dimanfaatkan sebagai
pembuka jalan ke arah motivasi intrinsik. Sejalan dengan ini maka sebagai usaha
dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik untuk belajar, khususnya
dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Beberapa masalah yang dapat mempengaruhi
timbulnya motivasi belajr di kelas, diantaranya adalah:
a. Masalah yang berhubungan dengan interaksi
diantara para siswa:
1) Hubungan antarsiswa di kelas harus
terjalin baik. Siswa yang merasa tidak diterima oleh kelompoknya, tidak kerasan
tinggal di kelas tersebut, sehingga tidak mempunyai motivasi untuk belajar di
antara teman-teman yang memusuhinya. Dalam hal ini guru wajib menciptakan
kondisi yang menumbuhkan kerjasama yang baik antara seluruh anggota kelas,
misalnya dengan memberikan tugas kerja kelmpok dalam metode proyek.
2) Persaingan antara para siswa, hendaknya
berupa persaingan yang sehat. Iklim persaingan dapat mempertinggi semangat
belajar siswa untuk meraih hasil yang lebih baik. Kelas tanpa suasana
persaingan merupakan kelas yang statis dan tidak bersemangat belajar. Persaingan
menimbulkan konflik dalam diri setiapindividu untuk berusaha menjadikan dirinya
lebih baik. Namun persaingan yang berlebih-lebihan akan berakibat negatif
terhadap kemajuan belajar siswa, khususnya bagi mereka yang tidak pernah menang
dalam persaiangan tersebut. Untuk menciptakan suasana persaingan ini diperlukan
kelas yang homogen dalam hal tingkat kecerdasannya, karena para siswa yang
kurang pandai pada umumnya selalu rendah diri dan tak ada harapan menang. Dalam
hal ini guru perlu menentukan kelompok-kelompok siswa yang homogen untuk
menciptakan persaingan ini dan menjaga agar persaingan tetap sehat, dan tak ada
rasa ingin menghancurkan sesama siswa.
3) Rasa keterlibatan diri (egoinvolvement)
yang menyebabkan setiap siswa yang ada di kelas tersebut merasa dirinya ikut
berperan penting dalam kelasnya. Hal ini dapat diwujudkan jika diberikan suatu
tugas yang melibatkan harga diri anak untuk dipertaruhkan dalam penyelesaian
tugas tersebut. Pemilihan tugas seperti ini harus berhati-hati dan guru harus
dapatmemperkirakan bahwa seluruh siswa yang terlibat pasti mempunyai kesempatan
untuk berhasil. Kegagalan dalam tugas seperti ini menyebabkan harga diri siswa
rusak serta timbul perasaan berdosa terhadap kelompoknya. Hal ini merupakan
rasa kegagalan atau sense of failure pada anak yang merupakan motifasi
belajar intrinsik yang negatif dapat dihindarkan. Adanya sense of failure ini
menyebabkan anak akan menarik diri dari tugas-tugas selanjutnya karena takut
kegagalan akan berulang lagi, sehingga motivasi belajar siswa akan mati.
b. Masalah yang melibatkan hubungan antara
guru dengan siswa
1) Guru yang bersifat tertutup pasti ditakuti
siswa, sehingga siswa tidak berani bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya.
Huungan antara guru dan siswa menjadi sangat tegang. Meskipun kelas dalam
keadaan tenang, namun suasana belajar berlangsung dalam keadaan terpaksa dan
siswa tidak merasa termotivasi dalamkeadaan terpaksa dan tidak merasa
termotivasi belajar, melainkan semata-mata hanya belajar karena kepatuhan
kepada guru.
2) Peraturan yang terlalu ketat yang
diberikan guru, yang menyebabkan siswa berlaku seperti robot-robot tanpa kreasi
berfikir sama sekali. Para siswa hanya belajar untuk menjalankan semua
aturan-aturan yang telah digariskan guru tanpa mendapat kesempatan untuk
menanggapi apalagi mengkritik. Keadaan ini akan memberikan dua macam akibat
yaitu menghasilkan siswa yang penurut tanpa kreatifitas, atau siswa yang selalu
memusuhi guru karena ingin membebaskan diri dari peraturan-peraturan yang
berlebihan yang ditentukan guru.
3)
Hadiah yang
diberikan guru atas prestasi tinggi yang dicapai siswa dalam belajar belum
tentu menimbulkan otivasi belajar siswa. Pada umumnya hadias justru akan
merusak motivasi belajar siswa karena dapat mengalihkan pikiran siswa dari belajar
sesungguhnya. Orang mempunyai harapan untuk memperolehnya, semua orang tertarik
untuk mendapatkannya.
4)
Pujian yang
diberikan guru kepada siswa merupakan penguatan atas tugas yang dilakukan
dengan benar, sehingga akan menimbulkan motivasi untuk melakukan tugas-tugas
lain sebaik mungkin. Pujian yang diberikan terus-menerus sebaliknya akan
merusak motivasi belajar siswa, karena siswa terlalu bosan dengan pujian yang
diberikan secara terus-menerus, bahkan menimbulkan. Tanggapan yang
negatif dari siswa. Pujian pada hakikatnya merupakan hadiah bagi siswa dalam
bentuk kata-kata. Guru kadang-kadang perlu memberikan pujian kepada siswa,
dalam hal ini perlu diperhitungkan saat yang tepat untuk menyampaikannya, agar
dapat memperkuat motivasi belajar siswa.
5) Tugas-tugas
yang diberikan guru hendaknya terjangkau oleh siswa, tidak terlalu sulit atau
berat. Tugas-tugas yang tidak sesuai
dengan kemampuan siswa hanya menimbulkan motivasi belajaryang negative pada
diri siswa. Tenggang waktu antara pemberian tugas yang satu dengan yang lainnya
juga perlu dipikirkan agar tidak terlalu sering ataupun jarang, agar semangat
belajar siswa tetap tinggi. Tugas-tugas yang terlalu sering diberikan
membosankan siswa dan menimbulkan rasa ingin menghindarkan diri dari tugas-tugas
tersebut. Sebaliknya tugas yang terlalu jarang diberikan akan menimbulkan
kemalasan dalam memecahkan masalah, karena jarang mendapatkan tantangan yang
menyebabkan siswa terbiasa berfikir untuk menemukan jawaban terhadap masalah
yang dikemukakan guru, sehingga siswa menjadi pasif.
6) Hukuman yang diberikan guru dapat dalam
berbagai bentuk, seperti pengasingan, celaan, kecaman, sindiran terhadap
kesalahan siswa. Hukuman bertujuan menunjukkan kesalahan siswa. Siswa yang
mendapatkan hukuman dapat mengetahui kekeliruannya dan memperbaiki diri dalam
pengalaman selanjutnya. Motivasi belajar dapat timbul melalui hukuman yang
tidak berlebihan dan diterapkan pada saat yang tepat. Dalam hal ini yang
terpenting ialah menunjukkan kepada siswa jalan keluar untuk mengatasi hukuman
itu. Bentuk hukuman yang sering digunakan guru ialah teguran. Teguran yang
sesungguhnya merupakan hukuman juga, dan tidak dirasakan siswa sebagai hukuman
jika disampaikan secara kekeluargaan dan cukup halus. Cara ini akan lebih
efektif untuk memperbaiki kesalahan siswa jika dibandingkan dengan sindiran
ataupun kecaman keras. Hukuman dalam bentuk celaan sedapat mungkin dihindarkan
guru, karena kemungkinan besar dapat menimbulkan rasa putus asa dalam diri
siswa, sehingga motivasi belajarnya mati.
7) Hal-hal lain ynag ikut mewarnai timbulnya
motivasi belajar siswa dikelas diantaranya:
ü Tulisan guru harus terbaca oleh seluruh
siswa;
ü Sikap guru harus dapat menghargai siswa
sebagai individu, tidak bersikap meremehkan pendapat siswa;
ü Suara guru harus terdengar oleh seluruh
kelas dengan jelas;
ü Berpakaian dengan sopan agar tidak menjadi
bahan cemoohan siswa; dan
ü Adanya kewibawaan guru dalam menangani
pengolahan kelas agar dapat dipatuhi siswa secara spontan.
c. Masalah yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar
Dalam kegiatan belajar di
kelas ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu :
1) Ke mana siswa menuju pada akhir kegiatan
belajar
2) Bagaimana caranya agar siswa tiba pada
sasaran yang dituju
3) Bagaimana dapat diketahui apakah sasaran
yang dituju itu sudah tercapai atau belum.
Ketiga hal
tersebut dapat pula mempengaruhi timbulnya motivasi belajar siswa sehingga
memotivasi siswa belajar melalui kegiatan belajar-mengajar perlu dikembangkan
ketiga hal tersebut; agar melalui ketiga hal tersebut guru menciptakan kondisi
yang dapat merangsang timbulnya moyivasi belajar siswa.
1) Ke mana siswa akan menuju pada akhir
kegiatan belajar ?
Kegiatan belajar
mirip dengan suatu perjalanan dari suatu titik awal kegiatan yaitu siswa tidak
tahu tentang hal yang akan dipelajari, menuju pada akhir kegiatan yaitu siswa
menjadi tahu, melalui proses belajar-mengajar. Suatu perjalanan akan lebih menarik jika
mengetahui ke mana arah yang kita tuju. Demikian pula halnya dengan proses
belajar-mengajar mengetahui kemana tujuan belajar tersebut; yaitu apa yang
diharapkan akan dicapai siswa melalui kegiatan belajar. Tujuan belajar dalam
proses belajar-mengajar di kelas kita kenal sebagai Tujuan Instruksional Khusus
(TIK). Dengan memberitahukan TIK kepada siswa pada awal pelajaran, maka
motivasi belajar siswa akan timbul, karena siswa akan mengetahui ke mana ia
akan dibawa dalam proses belajar-mengajar tersebut. Dengan mengenal tujuan
belajar, maka siswa akan lebih giat berusaha untuk mencapai tujuan itu. Jadi
Menurut Gagne,
tujuan belajar ini dapat menggambarkan hasil-hasil belajar yang akan diraih
siswa. Hasil-hasil belajar tersebut menurut Gagne dikelompokkan lima kategori
pokok yaitu :
ü Informasi verbal
Informasi yang diterima
melalui berbagai program pendidikan, yang hasil belajarnya berupa kemampuan
untuk menyebutkan kembali informasi dengan ungkapan siswa sendiri ;
ü Keterampialn intelektual
Berupa keterampilan
berinteraksi dengan lingkungan melalui simbol-simbol. Beberapa contoh
keterampilan intelektual diantaranya ialah kemampuan menyatakan
perbedaan-perbedaan, mempelajari konsep-konsep, aturan-aturan;
ü Atrategi kognitif
Kemampuan yang diatur secara
internal yang dapat digunakan untuk membimbing seseorang dalam menentukan apa
yang dipelajari. Strategi kognitif menjadikan orang mampu belajar sendiri dan
menjadi pemikir yang independen yang dapat menentukan apa yang perlu dipelajari
untuk memecahkan masalah,
ü Sikap
Yang dapat dikelompokkan lagi
menjadi sikap yang dipelajari sejak di rumah atau situasi sosial di lingkungan
anak-anak lain, sikap yang menyangkut masalah kewarganegaraan; sikap yang
dihubungkan dengan nilai-nilai, misalnya sikap-sikap yang mempengaruhi
penampilan.
ü Keterampilan
motor
Merupakan hal yang berhubungan erat dengan kegiatan-kegiatan manusia,
meliputi cara melakukan dan ketepatan dalam melakukan keterampilan.
Tujuan belajar hendaknya jelas, menarik, dan berarti serta berharga bagi
siswa, serta sejalan dengan keperluan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Bagaimana caranya agar siswa tiba pada sasaran yang
dituju?
Setelah siswa mengetahui tujuan pelajaran itu, maka masalah
yang perlu dilakukan selanjutnya ialah bagaimana membimbing siswa untuk sampai
pada tujuan tersebut.atau dengan perkataan lain bagaimana caranya guru
mempertahankan motivasi belajar siswa yang telah timbul ketika mengetahui
tujuan belajar, selama berlangsungnya proses belajar menuju tujuan tersebut.
Dalam memperhatikan motivasi belajar ini, menurut Bruner
perlu dikemukakan pada anak suatu jaminan bahwa proses belajar yang berlangsung
tidak akan berbahaya baginya atau pun tidak akan menyakitkannya, sehingga dalam
diri anak akan timbul keberanian untuk melanjutkan proses belajar sampai tujuan
belajar tercapai dengan bimbingan guru. Siswa perlu merasakan
keuntungan-keuntungan dari cara pencapaian tujuan yang telah ditunjukkan guru.
Dalam memberikan bimbingan kepada siswa k mencapai tujuan belajar ini guru
perlu menguasai berbagai pembahasan tentang metode dan pendekatan dalam proses
belajar mengajar. Pembahasan tentang metode dan pendekatan dalam proses belajar
mengajar IPA akan dapat anda pelajari secara lebih terperinci pada modul-modul
berikutnya. Jadi dalam perjalanan menuju tujuan belajar ini metivasi berfungsi
mempertahankan semangat belajar dan mengarahkan langkah-langkah siswa menuju
tujuan. Dalam mengarahkan langkah-langkah siswa ini, guru dapat menggunakan
suatu teknik bertanya; yang secara khusus dapat anda pelajari melalui modul
berikut.
3)
Bagaimana dapat diketahui apakah sasaran belajar yang
dituju sudah tercapai atau belum?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam proses
belajar-mengajar, maka kita kenal adanya evaluasi belajar. Evaluasi berfungsi
untuk mengenal sejauh mana tujuan belajar telah dapat dicapai siswa, sebagai
umpan balik bagi guru untuk menilai keberhasilan program belajar-mengajar yang
telah dilaksanakan. Sejalan dengan tujuan belajar yang dirumuskan berdasarkan
berbagai perubahan tingkah laku yang oleh Gagne disebutkan sebagai hasil
belajar, maka program evaluasi harus dapat mengukur semua hasil belajar
tersebut.
Evaluasi belajar
dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan dengan istilah ulangan, dan sebagai
hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai. Sehubungan dengan penialaian
hasil belajar ini, timbul beberapa permasalahan yang sering ditemukan di kelas.
Beberapa masalah yang sering menyebabkan hilangnya motivasi belajar siswa
ialah:
a.
Ulangan yang terlalu sering diberikan guru, sehingga
tidak menimbulkan belajar lagi bagi para siswa, karena mereka merasakan sebagai
sesuatu yang rutin dan tidak menimbulkan tantangan lagi.
b.
Hasil ulangan yang baru dikembalikan kepada siswa
setelah tenggang waktu yang sangat lama (lebih dari satu minggu), tidak menimbulkan
motivasi belajar lagi; karena siswa sudah lama lupa akan permasalahan yang
dibahas dan tidak berminat lagi untuk memperbaiki dan mencari jawaban yang
seharusnya. Dengan demikian tidak akan memperbaiki prestasi belajar siswa.
c.
Soal-soal dalam ulangan yang aspeknya terlalu tinggi
dan tidak sesuai dengan jangkauan pemikiran siswa, akan menimbulkan frustasi
dalam diri siswa yang merasa tidak mampu untuk menjawabnya, walaupun telah
dalam mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Soal-soal ulangan harus sesuai
dengan tingkat kesukarannya dengan aspek TIK yang telah ditentukan sebelumnya.
d.
Nilai-nilai ulangan yang selalu kurang bagi siswa-siswa
tertentu akan menghancurkan motivasi belajar siswa, karena ia merasa tidak
mampu mengikuti program pelajaran itu, sehingga ia akan menarik diri dari
kelompoknya dan tidak berminat lagi mempelajari pelajaran yang dianggapnya
sukar itu. Karena itu perlu adanya variasi dalam tingkat kesukaran soal dan
kemudahan untuk mencapai hasil belajar yang baik.
e.
Pembahasan bahan
ulangan yang hasilnya kurang memuaskan dapat pula meningkatkan motivasi belajar
siswa. Dengan diketahuinya secara pasti apa jawaban serta bagaimana menjawab
soal tersebut dengan benar, maka siswa termotivasi untuk belajar lebih giat
untuk meraih sukses pada ulangan berikutnya. Berdasarkan tentang hasil-hasil
belajar Gagne, perlu kita ingat bahwa evaluasi tidak cukup bila hanya dapat
mengukur keberhasilan siswa dalam domain kognitif saja, tapi perlu pula dapat
mengukur tercapainya tujuan yang terdapat dalam domain afektif dan psikomotor.
Jadi seluruh kemampuan siswa mendapat kesempatan berkembang yang wajar dan
dapat dievaluasi secara menyeluruh pula.
f.
Waktu pemberian evaluasi tidak perlu selalu berdasarkan
perjanjian. Pemberian tes secara tiba-tiba dapat pula memotivasi siswa untuk
terus-menerus belajar. Tetapi teknik ini umumnya kurang dapat diharapkan
hasilnya.
Dalam kehidupan pada kenyataannya sehari-hari banyak
ditemukan masalah bagi siswa. Sedikit sekali siswa yang tertarik pada pelajaran
IPA. Hal ini disebabkan anggapan sebagian besar siswa yang menyatakan bahwa
pelajaran IPA sangat sukar dipahami. Siswa jarang termotivasi untuk mempelajari
IPA karena alas an tersebut diatas. Tidaklah mengherankan jika hasil belajar
IPA rendah, karena siswa belajar IPA tanpa motivasi. Yang menjadi masalah bagi
guru IPA ialah bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar IPA. Agar hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan dan pandangan siswa tentang IPA yang dianggap
sangat sukar itu dapat diubah.
Untuk memotivasi siswa dalambelajar IPA
ini kita dapat berpedoman pada beberapa prinsip kebermaknaan:
1. Prinsip kebermaknaan
Siswa termotivasi belajar jika
merasakan bahwa hal-hal yang dipelajarinya bermakna baginya. Menurut teori
belajar Ausubel pelajaran yang bermakna bagi siswa ialah pelajaran yang
dihubungkan dengan hal-hal yang telah diketahui siswa, telah
dialaminya,dihubungkan dengan minatnya, dan kegunaanya pada masa depan kelak.
2. Prinsip prasyarat
Siswa termotivasi belajar jika
telah memiliki bekal untuk menghadapi pelajaran yang akan diterimanya. Bekal
pengetahuan yang telah dimiliki ini dapat mengaitkan apa yang akan diterima
siswa dengan hal-hal yang diketahuinya, sehingga pelajaran baru akan bermakna
baginya dan ia akan termotivasi untuk belajar.
3. Prinsip modeling
Siswa akan termotivasi untuk
menunjukkan sikap seperti yang dilakukan oleh guru sebagai pembawa pesan dalam
kegiatan belajar-mengajar. Guru merupakan model bagi siswa untuk dijadikan
tokoh panutan. Adapun nasihat guru yang disampaikan melalui kata-kata, tidak
akan sebesar pengaruh perbuatan guru yang dilakukannya, terhadap sikap yang
akan ditunjukkan oleh siswa kelak.
4. Prinsip menarik
Siswa akan termotivasi belajar
jika pelajaran disajikan secara menarik.
5. Prinsip partisipasi dan keterlibatan
Siswa akan termotivasi belajar jika ia
merasa terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
6. Prinsippenarikan bimbingan secara langsung
Siswa akan termotivasi belajar jika
bimbingan guru secara berangsur-angsur ditarik. Dengan penarikan bimbingan
secara berangsur ini siswa akan merasakan kemajuan belajarnya dan adanya
pertambahan kemampuan dalam dirinya, sehingga keyakinannya akan penguasaan
pelajaran menambah motivasi untuk belajar. Pertambahan kemampuan yang
dirasakannya merupakan sukses yang telah berhasil diraihnya secara tahap demi
tahap sampai ia tidak memrlukan bimbingan guru lagi dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
7. Prinsip penyebaran jadwal
Siswa termotivasi untuk
belajar bila program-program praktek dan latihan dijadwalkan antara tenggang
waktu yang tidak terlalu pendek ataupun tidak terlalu panjang. Penjadwalan yang
berturut-turut dan terlalu lama akan menimbulkan kebosanan dalam diri siswa.
8. Prinsip
konsekuen dan kondisi yang menyenangkan
Siswa akan termotivasi belajar
jika guru konsekuen dengan peraturan-peraturan yang telah diberikannya,
khususnya yang berhubungan dengan masalah disiplin kelas. Misalnya untuk tidak
datang terlambat,dalam hal ini guru pun tidak boleh datang terlambat. Siswa
akan termotivasi pula belajar jika kondisi instruksionalnya menyenangkan,
misalnya memberikan suasana gembira kepada siswa.
9. Prinsip
komunikasi terbuka
Siswa termotivasi untuk
belajar jika pesan dan harapan yang dititipkan padanya terstruktur dengan baik
dan komunikatif. Sebagai contoh siswa pelu diberitahu tentang tujuan
instruksional yang ingin dicapai dan telah dirumuskan dengan jelas apa yang
dipesankan kepadanya dan apa tujuan yang akan dicapainya pada akhir proses
belajar-mengajar tersebut. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan
prinsip-prinsip belajar yang telah dikemukakan di atas yang mana menimbulkan
motivasi belajar siswa, marilah ita ikuti contoh-contoh berikut yang akan
mencoba menguraikan bagaimana kita memotivasi siswa untuk belajar, khususnya
dalamproses belajar-mengajar IPA.
Pak
Ali akan mengajarkan topik pemancaran di kelasnya. Ia ingin agar siswa
termotivasi untuk belajar, maka ia akan menggunakan prinsip partisipasi dan
keterlibatan, serta memotivasi siswa untuk belajar. Ia melihat penduduk desanya
menggunakan insektisida dengan jumlah yang berlebihan di sawah untuk membunuh
serangga perusak padi. Ia mulai memberitahukan kepada siswa tujuan istruksional
khusus dari pelajaran tersebut, diantaranya sesuai dengan hasil-hasil belajar
menurut teori belajar Gagne: setelah menyelesaikan pelajaran, diharapkan siswa
dapat:
1) Menyebutkan arti dari pemancaran air.
2)
Menyebutkan ciri-ciri air tercemar.
3)
Menyarankan cara-cara penanggulangan pencemaran air.
4)
Menyadari bahaya yang timbul dari pencemaran air.
5) Menunjukkan cara sederhana untuk mengenal
beberapa hal tentang pencemaran.
Setelah siswa
mengetahui TIK dari pelajaran yang akan ditempuhnya dan termotivasi untuk
belajar, maka pak Ali memberikan tugas kepada siswa untuk membawa
bermacam-macam air yang terdapat dalam lingkungan tempat tinggal siswa
dikelas,untuk diperiksa apakah air tersebut telah tercemar atau belum.Contoh
air yang dibawa siswa diambil dari lingkungan tempat tinggalnya dengan tujuan
untuk menjadikan siswa yang membawanya merasa terlibat langsung dengan masalah
pencemaran yang akan dipelajarinya itu. Dengan diketahuinya apakah air itu
sudah tercamar atau belum, selanjutnya Pak Ali akan menjelaskan sebab-sebab
timbulnya pencemaran dengan menggunakan metode Tanya jawab dengan siswa yang
bersangkutan tentang kebiasaan apa yang dilakukan penduduk sekitar terhadap air
tersebut. Secara tidak langsung siswa dapat menyimpulkan sendiri
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang harus dihindarkan karena dapat
mencemari air. Disamping hal itu dapat pula ditambahkan sikap hidup yang harus
ditempuh agar pencemaran air itu dapat
dihindarkan. Akibat dari pencemaran dapat pula digali dari pengetahuan siswa
sendiri berdasarkan gejala yang dapat diamatinya dalam kehidupan sehari-hari
yang berupa kerusakan di sekitar air yang tercemar.
Karena
yang dipilijh Pak Ali untuk menanamkan konsep pencemaran itu adalah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari,
siswa merasa terlibat langsung, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Pada
contoh lain Pak Badu ingin memotivasi siswanya untuk mempelajari topic larutan
elektrolit, maka ia memulai pelajarannya dengan bertanya “anak-anak”, mengapa
kita tidak boleh menangkap belut disawah dengan menggunakan arus listrik yang
diambil langsung dari kawat jaringan arus PLN?
Para
siswa mulai mencoba mereka-reka kea rah mana jawaban yang diingankan Pak Guru.
Ada siswa yang mengatakan hal itu sangat berbahaya, karena kemungkinan besar
orang menangkap ikan itu akan meninggal karena tersengat arus listrik yang
bertegangan tinggi. Kemudian Pak Badu meneruskan bertanya, “ Apakah air itu
dapat menghantarkan listrik”? Pertanyaan ini dijawab “Ya”, oleh sebagian siswa
dan “tidak” oleh yang lain. Mulailah Pak Badu mengajak siswanya untuk
memperhatikan percobaan dengan menggunakan penguji elektrolit yang telah
disiapkan sejak semula. Berdasarkan pertanyaan tentang peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari yang berbahagia, Pak Badu memotivasi siswanya untuk
mempelajari sifat-sifat larutan terhadap
arus listrik. Pada akhir pelajaran Pak Badu menjelaskan pula tentang kegunaan
sifat elektolit ini dengan contoh-contoh yang digali dari pengalaman siswa,
melalui pertanyaan kepada siswa. Karena merasa bahwa pelajaran tersebut ada
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari dan bermanfaat dalam kehidupan., maka
siswa termotifasi untuk belajar. Dengan memotivasi siswa, Pak Badu telah
menggunakan prinsip kebermaknaan, karena dengan mempelajari topik tersebut
siswa dapat memanfaatkan kegunan larutan elaktrolit dalam kehidupan sehari-hari
dan menghindari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan larutan elektrolit yang
salah
Ibu
Ani ingin mengajarkan tentang terjadinya gerhana, baik gerhana bulan maupun
gerhana matahari. Untuk itu sebelumnya ia memperkenalkan tentang cahaya dan
sifat-sifatnya. Berdasarkan pengetahuan bahwa cahaya merambat menurut garis
lurus maka ia mengkaitkan prinsip tersebut dengan peristiwa terbentuknya
bayangan, kemudian baru memasuki pembahasan tentang gerhana. Karena siswa telah
mengenal sifat-sifat cahaya dan prinsip pembentukan bayangan, maka siswa
termotivasi untuk mempelajari terjadinya gerhana yang mempunyai prinsip dasar
sama dengan konsep yang telah dikenal sebelumnya.
Ibu
Ida mempunyai cara lain untuk memotivasi siwanya untuk mempelajari tentang
sifat asam-asam larutan. Ia membawa 2 gelas piala yang kosong yang sebelumnya
telah dibubuhi dengan setetes phenolptalin tanpa diketahui siswa. Ia juga
membawa beberapa botol asam dan beberapa botol asam basa, yang tidak berwarna
dan setiap botolnya diberi etiket dengan jelas. Kemudian ia mengajak siswa
untuk menduga-duga apa yang akan terjadi jika larutan dalam botol-botol itu
dituangkan dalam gelas piala. Siswa menjawab bahwa pada gelas piala akan terdapat larutan yang tidak berwarna yang
berasal dari botol-botol tersebut. Jawaban siswa itu dibuktikan dengan
menuangkan satu macam asam kedalam gelas piala, maka siswa gembira karena
jawabannya benar, bahwa dalam gelas piala tersebut terdapat larutan yang tidak
berwarna. Kemudian ibu Ida membawa gelas piala yang kedua, dan menuangkan
larutan basa kedalamnya. Larutan basa yang mulanya tidak berwarna dalam botol
semula, pada saat tertuang dalam gelas piala berubah warnanya menjadi merah.
Para siswa sangat terkejut dan mulai termotivasi belajar karena ingin
mengetahui penjelasan terjadinya peristiwa ajaib tersebut.
Dalam
hal ini ibu Ida telah berhasil memotivasi siswanya untuk belajar melalui
prinsip menarik perhatian siswa, dengan sebuah kejutan. Selanjutnya motivasi
belajar siswa ini dapat dipertahankan dengan cara mencampurkan larutan dalam
gelas piala yang pertama dan kedua dan diamati kejutan berikut yang terjadi,
larutan campuran menjadi tidak berwarna lagi. Dari sini maka dikembangkan
konsep reaksi asam basa. Mengapa? Phenolptalin dalam basa berwarna merah
sedangkan dalam larutan asam bersifat netral tidak berwarna. Hasil reaksi
antara asam dan basa bersifat netral, karena itu larutan menjadi tidak berwarna
jika terdapat phenolptalin didalamnya.
Masih
banyak contoh lain yang dapat menunjukkan bagaimana cara-cara memotivasi siswa
dalam proses belajar-mengajar IPA yang dapat Anda cari, terutama yang dihubungkan dengan berbagai peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari.
Cara-cara
memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan
pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi timbulnya motivasi belajar. Masalah-masalah tersebut
bersumber pada interaksi antara para siswa di kelas, hubungan antara guru
dengan siswa dan hal-hal pokok yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
Masalah
yang berhubungan dengan interaksi antara para siswa meliputi hubungan antara
siswa, persaingan antara siswa dan rasa keterlibatan diri siwa dalam
lingkungannya.
Masalah
yang melibatkan hubungan antara guru dengan siwa meliputi sikap guru terhadap
siswa, peraturan dan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, ganjaran terhadap
usaha siswa belajar yang meliputi
hadiah, pujian dan hukuman terhadap siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan
langsung dengan pribadi guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar.
Masalah
yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar secara langsung dikelas
diantaranya meliputi informasi tentang tujuan belajar kepada siswa,
pengelolaaan proses belajar mengajar. Dan cara mengevaluasi hasil belajar
siswa. Tujuan belajar dapat dinyatakan dalam perubahan tingkah laku siswa yang
diharapkan terjadi setelah proses balajar-mengajar, dan merupakan hasil-hasil
belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, sikap dan keterampilan motor. Dalam pengelolaan proses
belajar-mengajar perlu dipilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan masalah
yang dipelajari . Evaluasi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan
memperhatikan selang waktuy pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada
waktunya, aspek soal perlu sesuai dengan TIK, cara penilaian yang memadai dan
perlu diadakan pengukuran yang meliputi domain kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Untuk
memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA kita dapat berpedoman pada
prinsip-prinsip kebermaknaan, prasyarat, modeling, menarik, partisipasi dan
keterlibatan, penarikan bimbingan secara berangsur, penyebaran jadwal,
konsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi terbuka.
JAWABAN
PERTANYAAN
1. Penanya :
Vanora Armavita
Pertanyaan
: Bagaimanakah cara-cara khusus untuk memotivasi dalam belajar IPA?
Jawaban : Untuk memotivasi siswa dalambelajar IPA
ini kita dapat berpedoman pada beberapa prinsip kebermaknaan:
a. Prinsip kebermaknaan
b. Prinsip prasyarat
c. Prinsip modeling
d. Prinsip menarik
e. Prinsip partisipasi dan keterlibatan
f. Prinsippenarikan bimbingan secara langsung
g. Prinsip penyebaran jadwal
h. Prinsip konsekuen dan kondisi yang
menyenangkan
i. Prinsip komunikasi terbuka
2. Penanya :
Titis Dwi Iryani
Pertanyaan : Mengapa pujian yana
berlebihan kurang baik bagi siswa?
Jawaban : Karena
pujian yang diberikan terus-menerus
akan merusak motivasi belajar siswa, karena siswa terlalu bosan dengan pujian
yang diberikan secara terus-menerus, bahkan menimbulkan. Tanggapan yang
negatif dari siswa. Pujian pada hakikatnya merupakan hadiah bagi siswa dalam
bentuk kata-kata. Guru kadang-kadang perlu memberikan pujian kepada siswa,
dalam hal ini perlu diperhitungkan saat yang tepat untuk menyampaikannya, agar
dapat memperkuat motivasi belajar siswa.
3.
Penanya : Afries Eko Saputra
Pertanyaan : Apa pengertian motivasi
menurut anda?
Jawaban : Motivasi adalah dorongan yang timbul untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi dapan datang dari diri sendiri (intrinsic) dan
motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik).
4. Penanya : Lesma Harliyanti
Pertanyaan : Motivasi apakah yang
lebih penting, motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik?
Jawaban : Motivasi yang terpenting adalah motivasi belajar
intrinsik. Dengan dikenalnya beberapa penyebab timbulnya motivasi belajar
intrinsik, maka seorang guru dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat
merangsang timbulnya motivasi belajar intrinsik siswa.
Motivasi
ekstrinsik lebih mudah dibangkitkan dari pada motivasi intrinsik, biasanya
dimanfaatkan sebagai pembuka jalan ke arah motivasi intrinsik. Sejalan dengan
ini maka sebagai usaha dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik
untuk belajar, khususnya dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.
5.
Penanya : Apri Haryanto
Pertanyaan : Bagaimana cara
menumbuhkan motivasi intrinsic sedangkan motivasi ekstrinsiknya tidak
mendukung?
Jawaban : Kita semestinya mencari lingkungan yang
mendukung, sebenarnya kita sendiri yang tahu bagaimana cara membangkitkan
motivasi atau semangat dalam diri kita sendiri
6. Penanya : Winda Putri Yani
Pertanyaan : Pelajaran IPA sangat
sukar dipahami oleh siswa, bagaimanakah kita sebagai guru untuk mengatasinya?
Jawaban : Kita
sebagai guru harus memberikan motivasi kepada murid-murid dan memberikan
pemahaman bahwa pelajaran IPA itu tidak sulit, sangat menyanangkan dan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengajarannya, seorang guru
sebaiknya memberikan pelajaran dalam bentuk yang bervariasi dan tidak monoton.
Agar siswa menjadi semangat dan tidak bosan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar