BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung
ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya
sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia
menduduki fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi
di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi
di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain
ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan,
buruh dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya.
Dalam hubungan antar manusia (interpersonal),
ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan dihormati rakyatnya, ada juga yang hanya
ditakuti bukan dihormati, begitupun guru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan
dihormati, ada juga orang tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak pula
dihormati.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian hubungan manusiawi?
2. Bagaimana teknik hubungan manusiawi?
3. Bagaimana teknik pendekatan hubungan
manusiawi?
4. Apa saja teori hubungan antar manusiawi?
5. Apa saja aliran hubungan antar manusiawi?
1.3
Batasan Masalah
Dalam
makalah ini dibatasi hanya pada materi yang bersesuaian dengan hubungan
manusiawi.
1.4
Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1.Untuk mengetahui pengertian hubungan
manusiawi.
2.Untuk mengetahui teknik hubungan
manusiawi.
3.Untuk mengetahui teknik pendekatan
hubungan manusiawi.
4.Untuk mengetahui teori hubungan antar
manusiawi.
5.Untuk mengetahui aliran hubungan antar
manusiawi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hubungan Manusiawi
Hubungan
manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan
hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan
manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya
terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat
mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi
hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis.
Dikatakan bahwa hubunngan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action
oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang.
Ada dua
pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan
hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a.
Hubungan Manusiawi dalam arti Luas
Hubungan
manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain
dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi
dilakukan dimana saja: dirumah, di jalan, di dalam bis, dalam kereta api dan
sebagainya.
Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan
manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh
penghargaan dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.
Bahwa manusia harus bersikap demikian
sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa, secara kodratiyah, selain homo sapiens
sebagai makhluk berfikir yang membedakannya dengan hewan manusia juga merupakan
homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain.
Dan sebagai makhluk sosial ia harus berusaha menciptakan keserasian dan
keselarasan dengan lingkungannya.
Sebagai anggota masyarakat, manusia hidup
dalam dua jenis pergaulan yang sebagaimana telah diterangkan di bab terdahulu,
oleh Ferdinand Tonnies disebut Gemeinschaft dan gesellschaft. Dalam
gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu kehidupan yan sangat akrab,
sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau kebahagiaan yang dialami orang
lain dirasakan olehnya seperti penderitaan atau kebahagiaannya sendiri.
Kehidupan keluarga atau kehidupan berteman yang sangat akrab termasuk ke dalam
gemeinschaft.
Ciri lain
dari gemeinschaft ialah bahwa seseorang anggota gemeinschaft tidak bisa keluar
masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Seorang ayah, misalnya, walau
apapun yang terjadi tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa membebaskan
diri dari status ayah itu. Sifat pergaulan gemeinschaft ialah statis,pribadi,
tak rasional. Dikatakan statis karena pergaulan hidup dalam masyarakat demikian
tidak mengalami banyak perubahan. Interaksi yang terjadi dalam suatu rumah
tangga setiap hari antara ayah, ibu, dan anak tidak mengalami dinamika.
Sifatnya pribadi (personal) jika terjadi perselisihan, dapat diselesaikan
segera. Tidak rasional maksudnya tidak ada tata cara yang mengatur
pergaulannya.
Lain sekali dengan pergaulan hidup
gesellschaft, yakni kehidupan dalam suatu organisasi yang sifatnya dinamis,
tidak pribadi, dan rasional. Dinamis artinya hubungannya dengan orang banyak
bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab sehingga jika terjadi benturan
psikologis, tidak mudah menyelesaikannya. Rasional artinya ada aturan-aturan
ketat yang mengikat. Dalam gesellschaft orang bergaul berdasarkan perhitungan
untung rugi. Seseorang baru memasuki pergaulan hidup gesellschaft apabila
diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk dan keluar dari
gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya.
Akan tetapi, pergaulan hidup seperti yang
dikemukakan Ferdinand Tonnies itu sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal. Pada
kenyataanya tipe-tipe ekstrem 100% tidaklah mutlak ada, yang ada hanyalah
tekanan atau titik berat pada salah satu dari jenis pergaulan hidup itu.
Artinya: jika titik beratnya
rasio,dinamakan gesellschaft; jika titik beratnya perasaan, disebut
gemeinschaft. Dalam gesellschaft tujuan pergaulan lebih banyak ditekankan
pada keuntungan; dalam gemeinsgaft untuk mendapat hubungan kekeluargaan atau
kekerabatan. Kalaupun dalam gemeinschaft ada keuntungan yang dapat diperoleh,
keuntungan itu datang dengan sendirinya; dalam gesellschaft datang karena
kewajiban yang dipaksakan dari luar. Dalam gemeinschaft kewajiban datang bukan dari
luar, melainkan dari dalam diri sendiri. Apapun sifat pergaulan itu, apakah
gemeinschaft atau gesellschaft, tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati
masing-masing yang terlibat dalam kegiatan itu.
Eduard C. Lindeman dalam bukunya yang
terkenal, The Democratic Way of Life, mengatakan
bahwa “ Hubungan manusiawi adalah komunikasi antarpersonal (interpersonal
Communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Orang
akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini William James,
seorang ahli ilmu jiwa dari Harvard University, AS, mengatakan bahwa ” tiap
manusia dalam hati kecilnya ingin dihargai dan dihormati”.
Dalam pada itu, Keith Davis mengatakan bahwa
human dignity (harga diri) merupakan etika dan dasar moral bagi hubungan
manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal wants (keinginan pribadi) telah
menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlukan sebagai human being (manusia)
dengan respect (kehormatan) dan dignity (penghargaan).
Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai
sebagai layaknya manusia dapat menunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada
situasi, kondisi, dan tujuan dilakukannya human relations itu.
b.
Hubungan Manusiawi dalam Arti Sempit
Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah
juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi, interaksi
disini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work
organization).
“Dipandang dari sudut pemimpin yang
bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah
interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka
untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis,
psikologis maupun sosial”. Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human relations at Work. Dikatakan oleh
Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu
pengetahuan terapan (applied arts and science).
Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi
adalah interaksi atau komunikasi antar personal yang sifatnya manusiawi. Karena
manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan rohani, yang berakal dan
berbudi, yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk social, maka dalam
melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan
segala kompleksitasnya itu.
Seperti telah disinggung sebelumnya, dalam
organisasi kekaryaan manusia merupakan strategic component karena mempunyai
peranan yang sangat penting. Organisasi kekaryaan dewasa ini cenderung menganut
filsafat yang people centered, yakni bahwa dalam organisasi kekaryaan manusia
bukan pelaksana atau alat produksi belaka, melainkan merupakan faktor pendorong
dalam mencapai tujuan.
Hubungan manusiawi dalam organisasi kekaryaan
inilah yang banyak dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan di negara-negara yang
sudah maju sebab faktor manusia ini sangat berpengaruh pada usaha mencapai
tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat. Dengan hubungan
manusiawi, para pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah yang timbul dalam
situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat menggairahkan dan
menggerakkannya ke arah yang lebih produktif.
Itulah hubungan manusiawi dalam arti luas dan
arti sempit yang kedua-duanya perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin
organisasi dan kepala humas dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2.2
Teknik Hubungan Manusiawi
“Hubungan manusiawi dapat
dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah
pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia. “Demikian
kata R.F. Mainer dalam bukunya, Principle
of Human Relations.
Dalam derajat intensitas yang tinggi,
hubungan manusiawi dilakukan untuk menyembuhkan orang yang frutasi. Frustasi
timbul pada diri seseorang akibat suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan
olehnya. Dalam kehidupan sehari-hari siapa pun akan menjumpai masalah : ada
yang mudah dipecahkan, ada yang sukar. Akan tetapi, masalah bagaimana pun akan diusahkan
supaya hilang. Orang tidak akan
membiarkan dirinya digumuli masalah. Dan masalah orang yang satu tidak sama
dengan masalah orang lain. Sakit, tidak lulus ujian, lamaran pekerjaan tidak
diterima, mobil rusak, istri menyeleweng, anak morfinis, tidak mampu
menyelesaikan tugas, permohonan tidak terima dan lain-lain itu semua bisa
menyebabkan seseorang frutasi.
Orang menderita frutasi dapat dilihat dari
tingkah lakunya : ada yang merenung murung, lunglai tak berdaya, putus asa,
mengasikan diri, mencari dalih menutupi ketidakmampuannya, mencari kompensasi,
berfantasi, atau bertingkah laku kekanak-kanakan. Yang lebih parah bagi
seseorang ialah apabila frutasi disertai
agresi sehingga tingkah lakunya
menjadi agresif. Ia mengambinghitamkan orang lain, menyebarkan fitnah, merusak
benda, bahkan menyerang orang, baik dengan kata-kata yang menyakitkan maupun
dengan tinju.
Apabila frutasi itu diderita oleh karyawan,
apabila jika jumlah banyak ini akan mengganggu jalannya organisasi akan menjadi
rintangan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi. Tidaklah bijaksana
jika seseorang pemimpin menagani pegawai yang frutasi dengan tindakan
kekerasan. Disilah pentingnya peranan kepada problem situasi kepada problem
solving behavior.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi ada cara
untuk teknik yang bisa digunakan untuk pembantu mereka yang menderita frutasi,
yakni apa yang disebut counseling (karena
tidak ada perkataan bahsa Indonesia yang tepat, dapat diindonesiakan menjadi
konseling). Yang bertindak sebagai konselor (counselor) bisa pemimpin
organisasi, kepala humas atau kepala-kepala lainnya (kepala bagian, seksi dan
lain-lain)
Tujuan
konseling ialah membantu konseli, yakni karyawan yang menhadapi masalah
atau yang menderita frutasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau
mengusahakan terciptanya suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan
masalahnya. Ini tidak berarti bahwa koselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti
oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasihat. Konseli sendiri yang harus
mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnya sendiri.
Jadi, konselor membatu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama
masalahnya belum di mengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak
akan dapat diambil langkah-langkah pemecahannya. Aspek ini menyangkut perasaan.
Koselor akan berhasil apabila ia memahami benar-benar frame of refence konseli: pengalamannya, taraf pengetahuannya,
agamannya, pandangan hidupnya dan sebagainnya.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi terdapat
dua jenis konseling, bergantung pada pendekatan (approach) yang dilakukan.
Kedua jenis konseling tersebut ialah directive
counseling, yakni konseling yang langsung terarah dan non-directive, yakni
konseling yang tidak langsung terarah.
a.
Konseling Langsung
Konseling langsung kadang-kadang disebut juga counselor center approanch, yakni
konseling yang pendekatan terpusat pada konselor. Dalam teknik konseling
seperti ini aktivitas utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor
berusaha agar terjadi hubungan akrab sehingga konseli menaruh kepercayaan
padanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka
mengumpulkan informasi. Informasi yang diperolehnya itu berusaha memahami
masalah yang memberati konseli.
Untuk mengetahui diagnosis
yang tepat, konseli mengemukakan fakta yang berhubungan dengan masalah itu.
Jika konseli mengemukkan kesulitannya, konselor harus merasa pasti bahwa itulah
amsalah yang dihadapi oleh konseli, yang menyebabkan ia menderita frustasi.
Konselor harus mengerti benar-benar mengenai informasi yang diperolehnya itu
sehingga ia dapat melakukan interpretasi. Hanya bisa ia mengerti dan melakukan
interpretasi, ia akan dapat memberikan nasihat dan sugesti kepada konseli.
Syarat sugesti ialah kepercayaan. Koseli akan kena sugesti kalau ia menaruh
kepercayaan kepada konselor, kalau konselor mempunyai kelebihan pengalaman dan
pengetahuan daripada konseli dan bila tingkah laku konselor tidak tercelah.
b. Konseling Tidak Langsung
Non-directive counseling atau tidak langsung disebut juga counselee centered approach, pendekatan
yang terpusat kepada konseli. Jenis ini dapat digunakan oleh konselor yang
tidak memiliki pengetahuan mendalam mengenai psikologi.
Dibandingkan dengan counselor approach counseling yang tradisonal itu, counselor approach counseling lebih ampu dalam membantu seseorang yang
menderita frutasi. Dalam konseling jenis ini, aktivitas utama terletak pada
pihak konseli, sedangkan konselor hanya berusaha agar koseli merasa mudah
memimpin dirinya sendirinya sendiri. Konseli dibantu untuk merasa dirinya bebas
untuk menyatakan isi hatinya dan sebagainya. Dalam mengemukakan semua itu ia
tidak merasa dipaksa.
Meskipun dikatakan non-directive, maksud konselor tetap
hendak membantu konseli untuk mendiagnosis gangguan jiwanya dan berusaha
menghilangkan motif-motif buruk yang menyebebkan gangguan itu. Konselor beruhasa
agar konseli menacri jalan keluar sendiri dari kesukaran-kesukarannya. Untuk
itu konselor mencipkan suasana psikologis yang memungkinkan adanya saling
mengerti, antusiasme dan sikap ramah-tamah, suasana yang memungkinkan konseli
menyatakan segala dan perasaanya. Dalam dialog dari hati ke hati itu konselor
mendorong konseli untuk menyelidiki dirinya lebih dalam. Dengan mencetuskan isi
hatinya konseli akan mengoreksi dirinya, mengingat-ingat hal-hal yang pernah
dialaminya dan memahami pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian, motif-motif
yang konstruktif akan lebih jenis baginya dan ia merasa kebutuhan akan
motif-motif tersebut. Berdasarkan
motif-motif itu ia akan memilih dengan bebas cara bertingkah laku yang
lebih baik dan meninggalkan cara-cara laku yang sebelumnya telah menggagunya.
Dalam tanya-jawab itu, tugas
konselor memang tidak mudah. Ia harus menyingkirkan sikap super atau perasaan
diri berpangkat lebih tinggi, lebih pintar, lebih pengalaman dan sebagainya.
Masalah yang sedang
diperbincangkannya harus dinjau dari dasar pihak konseli yang sedang
dibantunya. Konselor harus bersikap empati, yakni turut merasakan yang sedang
dirasakan oleh konseli, ingin membebaskan dia dari ganjalan jiwanya. Hanya
dengan bersikap demikian pimpinan organinasi atau kepala humas yang berfungsi
sebagai konselor itu akan berhasil dalam tugasnya.
Demikian beberapa hal mengenai
hubungan manusiawi sebagai kegiatan yang termasuk kedalam hubungan masyarakat
dalam rangka membina hubungan yang harmonis antara organisasi yang diwakili
pimpinannya sendiri atau kepala humas dengan khalayak, baik khayak dalam maupun
khayak luar. Dan itulah pula pembahasan sederhana mengenai hubungan masyarakat
sebagai objek studi ilmu komunikasi.
2.3 Teknik Pendekatan Hubungan Manusiawi
Hubungan manusia pada umumnya dilakukan
untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian
dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa
teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan
social budaya (sosio-cultur approach).
- Pendekatan Emosional (Emosional Approach)
Teknik
penekatan yang biasanya digunakan dalam pendekatan semacam ini biasanya
bersifat icing (baca: aising), yaitu seni menata pesan dengan emotional appeal
sedemikian rupa, sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa
dianalogikan dengan kue yang baru dikeluarkan dari panggangan yang ditata
dengan lapisan gula warna-warni sehingga kue yang tadinya tidak menarik menjadi
indah dan memikat. Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan
komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara “mengiming-imingi” komunikan
dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini
menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh
perasaan komunikan.
- Pendekatan Sosial-Budaya (Sosio Culture Approach)
Salah satu
tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada
komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi
komunikan. hal ini bertujuan agar
komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh
komunikator, selain hal tersebut
masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya. oleh karena itu pesan akan lebih mudah diterima
jika tidak menghilangkan aspek–aspek seni budaya yang berada di sekitar
komunikan berada. Jika komunikator tidak memperhatikan kerangka budaya yang berkembang di tengah-tengah komunkan.
maka tidak menutup kemungkinan pesan yang disampaikan akan mendapatkan
penolakan penolakan, pasalnya budaya yang digunakan oleh masyarakat berasal
dari falsafah hidupnya, serta menjadi
suatu aturan yang secara tidak langsung digunakan dalam kehidupannya
sehari-hari termasuk ketika seseorang
mengaplikasikan pesan–pesan yang disampaikan.
Jika pesan tersebut dapat selaras dengan budaya komunikan maka pesan
tersebut dapat menjadi suatu behavioral,
yakni suatu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan,
atau kegiatan.
2.4 Teori Hubungan Antar Manusia
Ada tiga teori yang dapat membantu
menerangkan model dan kualitas hubungan antar manusia itu.
A. Teori Transaksional (Model Pertukaran
Sosial)
Menurut
teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti
kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan
dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka
hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan
terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan. Demikian juga rakyat
dan pemimpin, suami-isteri, mantu-mertua, direktur-anak buah, guru-murid,
mereka berfikir, kontribusi mereka sebanding dengan keuntungan yang diperoleh
atau malah rugi. Demikian juga hubungan antara daerah dengan pusat, antara satu
entitas dengan entitas lain.
B. Teori Peran
Menurut
teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang
disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang
dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah "tertulis" seorang
Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus
bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang
harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya.
Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan
harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton
dan ditegur sutradara. Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin
yang menyalahi scenario sehingga sering didemo public.
C. Teori Permainan
Menurut
teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang
dewasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak ngerti tanggungjawab, dan jika
permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau
ngambek. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar
akibat dan sadar resiko. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang
lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil
menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang akan
heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap
dan perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti runyam.
Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan.
Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah
jadi orang tua.
2.5 Aliran Hubungan manusiawi
- Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)
Hakikatnya
adalah sumber daya manusia. Aliran timbul karena pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efieiensi dalam produksi dan keselarasan kerja. Para
pakar mencoba melengkapi organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan
psikologi. . Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi
rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi. Ada tiga orang
pelopor aliran perilaku yaitu :
1.
Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Sebutannya
Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah berupa
pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna
seperti dengan teori-teori manajemen lainnya. Bukunya yaitu Psikology and
Industrial Efficiensy, menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas
harus melakukan tiga cara pertama penemuan best possible person, kedua
penciptaan best possible work dan ketiga penggunaan best possible effect.
2.
Elton Mayo (1880 -1949)
Gerakan
yang memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan yang
memiliki hubungan timbal batik manajer dan bawahan sehingga mereka secara
serasi mewujudkan kerjasama yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi
kerja yang memuaskan. Elton ini terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne,
dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi
dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi kerja memburuk, maka hubungan
manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
3.
William Ouchi (1981)
Memperkenalkan
teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku
Organisasi Jepang. Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam
organisasi. Jepang disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen dalam
perusahaan Amerika -disebut perusahaan tipe Amerika. Berikut adalah perbedaan
organisasi tipe Amerika dan tipe Jepang.
- Aliran Hubungan Modern (Ilmu Pengetahuan)
Dalam
pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran hubungan manusiawi (perilaku
organisasi), dan kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau manajemen operasi.
Perilaku
Organisasi
1.
Douglas
McGregor, terkenal dengan Teori X dan Teori Y
2.
Frederick
Herzberg, terkenal dengan Teori Motivasi Higenis atau Teori Dua Factor
3.
Chris
Argiris, mengatakan bahwa organisasi sebagai system social atau system antar
hubungan budaya
4.
Edgar
Schein, dinamika kelompok dalam organisasi
5.
Abraham
Maslow, mengemukakan tentang hirarki kebutuhan, perilaku manusia, dan dinamika
proses.
6.
Robert
Blak dan Jane Mouton, mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi
manajerial (managerial grid)
7.
Rensislikert,
mengemukakan empat system manajemen dari system explotatif otoritatif sampai
system partisipatif kelompok.
8.
Fred
Feidler, menerapkan pendekatan kontigensi pada studi kepemimpinan.
Prinsip
Dasar Perilaku Organisasi
1.
Manajemen
tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan,prosedur dan
prinsip).
2.
Manajemen
harus sistematis, pendekatannya harus dengan pertimbangan konservatif.
3.
Organisasi
sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan
harus sesuai dengan situasi.
4.
Pendekatan
motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi
sangat dibutuhkan.
- Aliran Kuantitatif
Perkembagannya
dimulai dengan digunakannya kelompok-kelompok riset operasi dalam memecahkan
permasalahan dalam industri. Teknik riset operasi sangat penting sekali dengan
semakin berkembangnya teknologi saat ini dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya dikenal
sebagai aliran manajemen science.
Langkah-langkah pendekatan
manajemen science yaitu :
1. Perumusan masalah dengan jelas dan
terperinci
2. Penyusunan model matematika dalam
pengambilan keputusan
3. Penyelesaian model
4. Pengujian model atas hasil penggunaan
model
5. Penetapan pengawasan atas hasil
6. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan
implementasi
- Pendekatan Sistem
Pendekatan
ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi yang
tak terpisahkan. Organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternal dalam
pengertian luas. Sebagai suatu pendekatan system manajemen meliputi sistem umum
dan sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka.
Pendekatan
sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan teknis, filosofis dan
sosiopsikologis. Analis system manajemen spesifik meliputi struktur organisasi,
desain pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme perencanaan serta
pengawasan.
- Pendekatan Kontingensi
Pendekatan
kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara teori dan praktek
senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek, maka harus memperhatikan
lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan
teknik manajemen yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Ada
dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan
hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a. Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah
interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam
semua bidang kehidupan.
b. Hubungan manusiawi dalam arti sempit
adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain.
·
Dalam
kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada
pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut ialah directive counseling, yakni konseling
yang langsung terarah dan non-directive, yakni konseling yang tidak langsung terarah.
·
Untuk
melakukan hubungan manusia biasanya
digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional
approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur approach).
·
Ada
tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar
manusia itu, yaitu:
a.
Teori
Transaksional (Model Pertukaran Sosial)
b. Teori Peran
c. Teori Permainan
·
Aliran hubungan manusiawi terdiri dari 5 yaitu :
a. Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)
b. Aliran Hubungan Modern (Ilmu Pengetahuan)
c. Aliran Kuantitatif
d. Pendekatan Sistem
e. Pendekatan Kontingensi
DAFTAR PUSTAKA
Effendy,
Onong Uchjana.1984. Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http://aditya.ngeblogs.com/2009/10/20/perkembangan-teori-manajemen/
Assalamu'alaikum kak,, ini aliran manusiawi untuk materi pelajaran manajemen ya kak??mohon dibalas. trimakasih
BalasHapus