ABSTRAK
MEDAN MAGNET INDUKSI
(Praktikum di Lab. Eksperimen Fisika I)
Apri Haryanto
A1E007001/ Pend. Fisika
2009
Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Eksperimen Fisika I, Jurusan Fisika MIPA Universitas
Bengkulu. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan getaran yang bebas dari
redaman dengan menggunakan medan magnet induksi yang terjadi karena kumparan
kawat yang dialiri arus listrik. Data dikumpulkan melalui teknik observasi,
yaitu pengamatan secara langsung. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif kualitatif.
Penelitian
menghasilkan medan magnet induksi dengan konstanta puntiran kawat, yaitu 17,39
x 10-3. Hasil ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan medan magnet
bumi, yaitu 1,7 x 10-5. Semakin besar arus listrik dan tegangan yang
digunakan maka waktu (t) yang diperlukan dalam 20 kali getaran akan semakin
kecil. Sebaliknya, jika semakin kecil arus listrik dan tegangan yang digunakan
maka waktu (t) yang diperlukan akan semakin besar. Nilai konstanta puntiran
sangat dipengaruhi oleh nilai perioda (T). Semakin kecil nilai perioda (T) maka
nilai konstanta puntiran akan semakin besar dan jika perioda (T) semakin besar
maka nilai konstanta puntirannya akan semakin kecil.
Kata kunci : arus listrik, konstanta puntiran,
medan magnet
Abstrac
This research was conducted in the physic Experimental
Laboratory I, department of physic MIPA of Universitas Bengkulu. The research
was aimed to investigate the vibration which free of damping by using inductive magnetic
area which occurred because of the wire fully loaded with electric. The datum
was collected by using observation technique, in which the researcher
investigated the source directly. The datum was analyzed using qualitatatively
description.
The research produced an inductive magnetic area with
a constant strand of metal torsion, which was 17,39 x 10-5. the
higher we give electric and voltage that
used, the time(t) that needed in 20 times
vibration will be smaller, vice versa.the score of wire constanta was really
influenced by the period (T). The less of (T), the higher the value of wire
constanta, and vice versa
Key Word : give electric, constanta torsion ,
magnetic area
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Abstrak........................................................................................................................
1
Daftar Isi.....................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang........................................................................................
3
1.2
Rumusan
Masalah...................................................................................
5
1.3
Tujuan
Penelitian
...................................................................................
5
1.4
Manfaat
Penelitian
.................................................................................
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Medan
Magnet .......................................................................................
6
2.2
Medan
Magnet Induksi
.......................................................................... 6
2.3
Medan
Magnet Bumi .............................................................................
7
2.4
Torka/
Momen Kakas (Torque)..............................................................
7
2.5
Perioda
(T)
.............................................................................................
8
2.6
Medan
Magnet yang Ditimbulkan oleh Loop Arus Tertutup ................ 8
2.7
Redaman
................................................................................................
9
BAB III METODE
PENELITIAN
3.1
Waktu
dan Tempat Penelitian ...............................................................10
3.2
Penjelasan
Tentang Alat
....................................................................... 10
3.3
Langkah
Kerja ......................................................................................
11
3.4
Teknik
Pengumpulan Data ...................................................................
12
3.5
Teknik
Analisis Data ............................................................................
12
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan .................................................................................
13
4. 1. 1 Analisis Data .........................................................................
14
4. 1. 2 Ralat Data ..............................................................................
14
4.2 Pembahasan
..........................................................................................
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ...........................................................................................18
5.2
Saran......................................................................................................18
Daftar Pustaka
.........................................................................................................19
Lampiran ..................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Semua magnet baik yang bentuknya batang
atau tapal kuda memiliki dua ujung atau muka yang disebut kutub, dimana efek
magnet paling kuat. Jika magnet digantungkan dengan benang, ternyata satu kutub
magnet akan selalu menunjuk ke utara. Merupakan fakta yang telah lama dikenal
jika dua magnet didekatkan, masing-masing akan memberikan gaya pada yang
lainnya. Gaya tersebut bisa berupa gaya tolak menolak atau tarik menarik dan
dapat dirasakan bahwa bahkan saat magnet-magnet tersebut tidak bersentuhan.
Jika kutub utara suatu magnet didekatkan ke kutub utara magnet yang lain maka
akan terjadi gaya tolak menolak. Begitu juga jika dua kutub selatan saling
didekatkan maka akan terjadi gaya tolak menolak. Tetapi ketika kutub utara
suatu magnet didekatkan dengan kutub selatan magnet lain maka akan terjadi gaya
tarik-menarik antara kedua kutub tersebut.
Gaya
yang diberikan suatu magnet terhadap magnet yang lainnya dapat dideskripsikan
sebagai interaksi antara suatu magnet dan medan magnet dari yang lain. Sama
seperti kita menggambarkan garis-garis medan listrik, kita juga dapat
menggambarakan garis-garis medan magnet. Garis-garis medan magnet dapat
digambarkan seperti garis-garis medan listrik sehingga arah medan magnet
merupakan tangensial garis singgung terhadap suatu garis di titik mana saja dan
jumlah garis persatuan luas sebanding dengan besar medan magnet. Arah medan
magnet pada suatu titik bisa didefinisikan sebagai arah yang ditunjuk kutub
utara sebuah jarum kompas ketika diletakkan di titik tersebut.
Fenomena
magnet yang mula-mula diamati orang adalah pada magnet alam, yaitu
butiran-butiran kasar dari biji besi yang ditemukan di dekat kota kuno Magnesia
di Asia kecil yang merupakan asal pertama magnet. Magnet-magnet alam bersifat
menarik terhadap besi-besi yang tidak dimagnetisasikan. Efek ini kantar sekali
pada bagian-bagiannya yang disebut dengan kutub-kutub. Bangsa Tionghoa telah
mengetahui bahwa sebatang besi jika diletakkan di dekat magnet alam akan
mempunyai sifat-sifat seperti magnet alam itu pula.
Selama
abad ke-18, banyak filsuf ilmu alam yang mencoba menemukan hubungan antara
listrik dan magnet. Muatan
listrik yang stasioner dan magnet tampak tidak saling mempengaruhi. Tetapi pada
tahun 1820, Hans Cristian Oersted (1777-1851) menemukan bahwa lketika jarum
kompas diletakkan di dekat kawat listrik, jarum akan menyimpang saat kawat
dihubungkan ke sumber tegangan dan arus mengalir. Jarum kompas dapat dibelokkan
oleh medan magnet. Apa yang ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik
menghasilkan medan magnet.
Pada
tahun 1830 Michael Faraday dan Joseph Henry
memperagakan dalam percobaan terpisah bahwa medan magnet yang berubah
aken menghasilkan medan listrik. Pada tahun 1860 James Clerk Maxwell
mengembangkan sebuah teori lengkap tentang listrik dan magnetisme yang
menunjukkan bahwa suatu perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet.
Sebuah
kumparan kawat panjang yang terdiri dari banyak loop disebut solenoida.
Solenoida adalah sebuah kawat panjang yang dililitkan dalam sebuah helix yang
terbungkus rapat dan yang mengangkut sebuah arus I. Medan magnet solenoida
merupakan jumlah vektor dari medan-medan yang ditimbulkan oleh semua
lilitanyang membentuk solenoida tersebut. Dengan kata lain setiap kumparan
menghasilkan medan magnet. Medan magnet total solenoida merupakan jumlah
medan-medan yang disebabkan oleh setiap loop arus jika kumparan-kumparan
solenoida tersebut berjarak sangat dekat. Medan magnet di dalam solenoida pada
dasarnya akan paralel dengan sumbu kecuali dibagian ujungnya. Solenoida dapat
berperilaku seperti magnet. Salah satu ujungnya dapat dianggap sebagai kutub
utara dan ujung yang lainnya sebagai kutub selatan , bergantung pada arah arus
di loop tersebut.
Penelitian
mikroskopis menunjukkan bahwa magnet sebenarnnya terbuat dari daerah-daerah
kecil yang sering disebut domain yang paling besar memiliki panjang atu lebar 1
mm. Setiap domain ini berperilaku seperti magnet kecil dengan dua kutub, uatara
dan selatan. Pada potongan besi yang tidak termagnetisasi, domain-domain ini
tersusun secara acak.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas maka
masalah yang akan diteliti pada eksperimen ini adalah:
1. Bagaimana cara untuk mendapatkan getaran yang
bebas dari redaman?
2. Bagaimana cara untuk mendapatkan perioda
getaran yang selanjutnya akan digunakan untuk mencari nilai konstanta puntiran
kawat (torsional)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menghitung konstanta puntiran kawat tembaga (torsional).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dari hasil penelitian diharapkan dapat
menentukan cara untuk mendapatkan getaran yang bebas dari redaman.
2. Diharapkan dapat mengetahui cara untuk
mendapatkan perioda getaran yang selanjutnya akan digunakan untuk mencari nilai
konstanta puntiran kawat (torsional).
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Medan Magnet
Ilmu pengetahuan magnetisme tumbuh dari
pengamatan bahwa ”batu-batu” (magnet) tertentu akan menarik potongan besi yang
kecil-kecil. Arus di dalam sebuah kawat dapat juga menghasilkan efek-efek
magnetik, yaitu bahwa arus tersebut dapat mengubah arah (orientasi) sebuah
jarum kompas. Kita dapat mengintensipkan (memperbesar) efek magnetik sebuah
arus di dalam sebuah kawat dengan membentuk kawat tersebut ke dalam sebuah koil
yang terdiri dari banyak lilitan dan dengan menyediakan sebuah teras (core)
besi. Kita dapat mendefinisikan ruang di sekitar sebuah magnet atau di sekitar
sebuah penghantar yang mengangkut arus sebagai tempat medan magnet (magnetic
field), sama seperti kita telah mendefinisikan ruang di dekat sebuah
tongkat bermuatan sebagai tempat tempat medan listrik. (Halliday Resnick,
1999: 250-251)
Medan
magnet di sembarang titik dapat didefinisikan sebagai vektor yang dinyatakan
dengan simbol B dan arahnya ditentukan dengan jarum kompas. Besar B
dapat didefinisikan dalam momen yang diberikan pada jarum kompas ketika
membentuk sudut tertentu terhadap medan magnet. Makin besar momen maka makin
besar kuat medan magnetnya. (Giancoli, 2001: 134)
2.2
Medan Magnet Induksi
Vektor medan magnet dasar B yang
kita definisikan disebut induksi magnet
(magnetic induction). Induksi medan magnet tersebut dapat dinyatakan
dengan garis-garis induksi (lines of induction), sama seperti menyatakan
medan listrik dengan garis-garis gaya. Vektor medan magnet dihubungkan kepada
garis-garis induksinya dengan cara berikut:
- Garis singgung kepada sebuah garis induksi pada setiap titik memberikan arah B di titik tersebut.
- Garis-garis induksi digambarkan sehingga banyaknya garis per satuan luas penampang adalah sebanding dengan besarnya B.
2.3
Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi memiliki pola
garis-garis medan yang menunjukkan seakan-akan ada magnet batang (imajiner) di
dalam bumi. Karena kutub utara jarum kompas menunjuk ke arah utara, maka kutub
magnet yang ada pada kutub utara geografis sebenarnya secara magnetisme
merupakan kutub selatan (kutub utara magnet tertarik ke kutub selatan magnet
kedua). Kutub ini masih sering disebut ” kutub magnet utara” hanya karena
berada di utara. Dengan cara yang sama, kutub selatan magnet bumi, di dekat
kutub selatan geografis, secara magnetisme merupakan kutub utara. Kutub-kutub
magnet bumi tidak berhimpit dengan kutub-kutub geografis, yang berada pada
sumbu rotasi bumi.
2.4
Torka/ Momen Kakas (Torque)
Saat arus listrik mengalir dalam loop
kawat tertutup yang diletakkan pada medan magnet, gaya magnet pada arus dapat
menghasilkan torsi. Torsi magnetik pada suatu arus listrik tertutup adalah
torsi yang terjadi karena gaya yang ditimbulkan oleh suatu medan magnet
terhadap suatu arus listrik tertutup. Torsi magnetik dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
F = I B L sin θ
Sebuah momen kakas pada sebuah simpal arus
adalah merupakan prinsip pengoperasian dasar dari motor listrik dan dari
kebanyakan alat-alat pengukur listrik yang digunakan untuk mengukur arus dan
perbedaan potensial.
Karena sebuah momen kakas bekerja pada
sebuah simpal arus listrik, atau dipol magnet lain, bila simpal arus tersebut
ditempatkan didalam sebuah medan magnet luar, maka didapatkan bahwa kerja
(positif atau negatif) harus dikerjakan oleh sebuah pengaruh luar untuk
mengubah arah (orientasi) dipol seperti itu. Jadi sebuah dipol magnet mempunyai
tenaga potensial yang diasosiasikan dengan orientasinya di dalam sebuah medan
magnet luar. (Halliday Resnick, 1999: 262-266)
Ketika
arus mengalir melalui loop yang permukaannya kita anggap paralel dengan B dan
berbentuk persegi panjang, medan magnet memberikan gaya pada kedua bagian
vertikal kawat dan dinyatakan dengan F1 dan F2.
Gaya-gaya ini menimbulkan torsi total yang cenderung merotasi kumparan sekitar
sumbu vertikal. (C. Giancoli, 2001: 150)
2.5
Perioda (T)
Perioda (T) atau waktu getar adalah waktu
yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran. Perioda satuannya adalah
sekon (s). Dalam satu perioda ada satu getaran. Pada gambar (a) ujung pegas
akan bergerak dari a-b-a-c-a (satu getaran) dan seterusnya, gerakan ini terjadi
terus-menerus.
Gerak bolak-balik benda
secara teratur melalui titik keseimbangan disebut getaran. Getaran yang
demikian disebut dengan getaran tunggal. Pada bandul (gambar b) satu getaran
adalah gerak dari a-b-a-c-a.
c a
b
c b
a
a b
Gambar Pegas (a) dan Bandul (b)
masing-masing satu getaran.
2.6
Medan Magnet yang Ditimbulkan oleh Loop Arus Tertutup
Adanya
medan magnetik diketahui dari adanya gaya yang ditimbulkan oleh medan magnet
tersebut ke suatu muatan yang bergerak. Ahli ilmu pengetahuan Inggris Michael
Faraday (1791-1867) melakukan percobaan yang sampai pada kesimpulan bahwa
garis-garis magnetik yang ditimbulkan oleh arus adalah tertutup dan
mengelilingi arus tersebut.
Setelah
beberapa percobaan dilakukan selama beberapa tahun akhirnya diperoleh
kesimpulan umum untuk menghitung medan magnetik yang ditimbulkan oleh suatu
loop arus tertutup dengan bentuk sembarang. Persamaan ini dikenal dengan hukum
Ampere-Laplace, yaitu:
B =
Hans
Christian Oersted (1777-1851) mengamati bahwa sebuah magnet yang dapat berputar
(jarum kompas) akan menyimpang apabila berada di dekat kawat yang dialiri arus.
Faraday menemukan bahwa akan ada aliran arus sebentar dalam suatu circuit,
apabila arus dalam circuit lain di dekatnya dimulai alirannya atau diputuskan.
Pekerjaan Oersted membuktikan bahwa efek-efek magnet dapat ditimbulkan oleh
gerakan muatan-muatan listrik, dan pekerjaan Faraday dan Henry menunjukkan
bahwa arus dapat ditimbulkan dengan menggerak-gerakkan magnet (Francis
Weston Sears dan Mark W Zemansky, 1954: 569).
2.7 Redaman
Sebegitu jauh kita belum menentukan arah
tegangan gerak elektron imbas, walaupun kita dapat mencari arah ini dari
analisa formal hukum Faraday. Namun kita lebih tertarik untuk mengetahuinya
dari prinsip kekekalan tenaga yang di dalam makna pengertian ini, mengambil
bentuk hukum Lenz, yang didiskusikan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804-1865)
pada tahun 1834.
Arus
imbas akan muncul di dalam arus yang sedemikian rupa sehingga arah tersebut
menentang pembawa yang menghasilkannya. Tanda negatif dalam hukum Faraday
menunjukkan penentang arah ini. Rumus hukum Induksi Faraday, yaitu:
ε = - N =
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23
Juni 2009 dan tempat penelitian di Laboratorium Eksperimen Fisika 1 MIPA
Universitas Bengkulu.
3.2 Penjelasan Tentang Alat
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat, yaitu:
1. Kumparan 800 lilitan dengan diameter kawat
1 mm. Kumparan ini berbentuk lingkaran.
2. Magnet batang dengan tipe 21.08 satu buah
dengan warna hitam
3. Statip dengan tipe LM (2) lengkap dengan
tiang, kaki, dan tangkainya.
4. Stopwatch yang digunakan untuk mengukur
banyaknya waktu yang diperlukan untuk melakukan 20 getaran sebanyak satu buah.
5. Sumber tegangan dengan tipe Lf/2. 7/4-3
yang berupa sumber tegangan DC sebanyak satu buah.
6. Amperemeter dengan tipe Lf. 22. ¼. (2)
sebanyak satu buah.
Amperemeter
3.3 Langkah Penelitian
1. Kita susun alat seperti pada gambar,
2. Sebelum sumber arus kita hidupkan, kita
amati getaran magnet batang (akan terlihat getarannya teredam,
3. Setelah magnet batang benar-benar diam
maka kita sambungkan sumber arus, akan terlihat getaran magnet batang menjadi
tidak teredam,
4. Dengan mengubah-ubah nilai I (arus
listrik) kita tentukan nilai I yang benar untuk mendapatkan harga medan magnet
induksi sama besar dengan medan magnet bumi.
5. Kita gunakan arus listrik pada pola di
atas untuk mengamati banyaknya waktu yang diperlukan magnet batang untuk
melakukan 20 kali getaran dan kita hitung nilai periodanya,
6. Kita ulangi pengamatan pada poin di atas
sampai 5 kali.
7. Hasil pengamatan kita isikan pada lembar
hasil penelitian.
Kumparan
Magnet Batang
Statip
Amperemeter Sumber
Arus
Gambar Rangkaian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui
teknik observasi, yaitu dengan pengamatan secara langsung. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data mengenai lama (banyaknya) waktu yang dibutuhkan magnet
batang untuk melakukan 20 kali getaran. Sehingga dari sini kita dapat
menghitung periodanya (T). Jika nilai periodanya (T) sudah diketahui, kita
dapat mengetahui nilai konstanta puntiran kawat dengan cara menghitungnya.
3. 5 Teknik Analisis Data
Teknik anaisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Analisis data
merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis yang disarankan oleh data. (Maleong, 2002: 103) Rumus yang digunakan,
yaitu: Untuk menghitung Momen Inersia magnet batang digunakan rumus: I = . m . L2
T = 2 π
sehingga konstanta (k) dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
k =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Massa
magnet batang = 77,8 x 10-3
kg
Ukuran
magnet batang: Panjang = 0,075 m, Lebar = 0,015 m, dan Tebal = 0,01 m.
Momen
Inersia (I) magnet batang:
I = . m . L2
= x 77,8 . 10-3 (0,075)
=
0,037908 x 10-3
= 3,7908 x 10-5 kg m2
Besar
arus yang digunakan dalam eksperimen ini adalah 0,2 mA.
No.
|
t
(20x ayunan)
|
Perioda (T)
|
No.
|
t
(20x ayunan)
|
Perioda (T)
|
1.
|
11,05
|
0,55
|
6.
|
10,50
|
0,52
|
2.
|
11,40
|
0,57
|
7.
|
11,13
|
0,56
|
3.
|
12,12
|
0,60
|
8.
|
10,62
|
0,53
|
4.
|
13,00
|
0,65
|
9.
|
11,11
|
0,55
|
5.
|
10,70
|
0,54
|
10.
|
11,45
|
0,57
|
4.1.1 Analisis Data
No.
|
T (s)
|
k (10-3)
|
No.
|
T (s)
|
k (10-3)
|
1.
|
0,55
|
494,21
|
6.
|
0,52
|
552,88
|
2.
|
0,57
|
460,14
|
7.
|
0,56
|
476,72
|
3.
|
0,60
|
415,28
|
8.
|
0,53
|
532,22
|
4.
|
0,65
|
353,84
|
9.
|
0,55
|
494,21
|
5.
|
0,54
|
512,69
|
10.
|
0,57
|
460,14
|
4.1.2
Ralat Data
No.
|
k ( 10-3 )
|
( k –Δk ) (10-3)
|
( k –Δk )2 (10-3)
|
1.
|
494,21
|
18,98
|
360,24
|
2.
|
460,14
|
-15,09
|
227,71
|
3.
|
415,28
|
-59,95
|
3594,00
|
4.
|
353,84
|
-121,39
|
14735,53
|
5.
|
512,69
|
37,46
|
1403,25
|
6.
|
552,88
|
77,65
|
6029,52
|
7.
|
476,72
|
1,49
|
2,22
|
8.
|
532,22
|
56,99
|
3247,86
|
9.
|
494,21
|
18,98
|
360,24
|
10.
|
460,14
|
-15,09
|
227,71
|
= =
= 475,23
|
|
=30188,28
|
Ralat Mutlak ΔX
ΔX = =
=
=
60,57.10-3
Ralat Nisbi ΔI
ΔI = =
= 12,74
%
Keseksamaan K
K = 100 % - ΔI
= 100 % - 12,74 %
= 87,26 %
Data Hasil Perhitungan
475,23 . 10-3 + 60,57
. 10-3 = 535,8.10-3
475,23 . 10-3 -
60,57 . 10-3 = 414,66.10-3
4.2 Pembahasan
Hasil pengamatan lamanya waktu yang dibutuhkan magnet
batang untuk melakukan 20 kali getaran (ayunan) akan dipengaruhi oleh besar
kecilnya arus listrik dan tegangan yang kita pergunakan pada saat dilakukannya
eksperimen. Dari data yang diperoleh dapat diketahui suatu hubungan bahwa arus
listrik dan tegangan yang kita pergunakan berbanding terbalik dengan perioda
yang kita dapatkan. semakin kecil arus listrik (I) dan tegangan (V) maka
perioda (T) akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar arus listrik (I) dan tegangan (V) maka perioda (T)
akan semakin kecil.
Berdasarkan teori hal ini bersesuaian. Karena getaran
magnet batang akan menjadi teredam apabila arus listrik dimatikan atau
diputuskan, artinya semakin kecil arus listrik (I) getarannya akan semakin
pelan atau lambat dan tentunya waktu (t) yang dibutuhkan akan semakin besar dan
periodanya (T) juga akan semakin besar. Sebaliknya jika arus (I) diperbesar
maka magnet batang akan bergetar semakin kencang dan waktu (t) yang dibuthkan
akan semakin kecil dan periodanya (T) juga akan semakin kecil.
Tidak hanya nilai arus listrik (I) yang dapat mempengaruhi
kecepatan getaran magnet batang, massa dari magnet batang itu sendiri juga
sangat berpengaruh terhadap kecepatan getaran magnet batang. Massa magnet
batang akan mempengaruhi momen inersia dari magnet batang yang kita pergunakan.
Dalam perhitungan, yang memberikan pengaruh besar terhadap
nilai konstanta puntiran (k) adalah periodanya (T) karena nilai momen inersia
magnet batang sama untuk setiap perhitungan nilai konstanta puntiran (k)
Dari perhitungan data kita peroleh nilai konstanta
puntiran (k) yang terdiri dari k1 sampai k10 karena data
diperoleh dengan melakukan pengulangan sebanyak 10 kali. Dapat dilihat bahwa
dari nilai konstanta puntiran (k) yang diperoleh tidak dapat diambil suatu
kesimpulan karena nilai k tersebut kadang naik dan kadang turun atau turun dua
kali kemudian naik lagi. Terlihat perbedaan yang cukup besar untuk nilai k dari
k yang ke-1 sampai dengan k yang ke-10. Hal ini dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh semakin kecilnya nilai perioda (T).
Setelah dilakukan ralat pada data yakni untuk
setiap nilai konstanta puntiran (k) diperolah ralat mutlak (ΔX)
= 60, 57 . 10-3, dan
ralat nisbi (ΔI) = 12,74
%. Dari niali ralat di atas yang dapat kita pergunakan untuk menyatakan bahwa
data kita mendekati nilai kebenaran atau tidak adalah berdasarkan nilai
keseksamaan (K) yang diperoleh. Dari perhitungan di atas diperoleh nilai
keseksaman (K) = 87,26 %. Berdasarkan keterangan bahwa jika
nilai keseksamaan (K) yang diperoleh
> 80 % maka data yang kita
peroleh mendekati nilai kebenaran, karena sangat jarang bagi kita untuk
mendapatkan nilai keseksamaan (K) = 100 %.
Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini tidak benar-benar sama dengan teori. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh beberapa
kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan kaliberasi, yakni pemberian
nilai skala pada alat ukur yang tidak tepat. Hal ini terjadi pada alat ukur
yang kita pergunakan, yaitu pada Amperemeter dan Voltmeter.
2. Gesekan, yaitu gesekan yang selalu timbul
antara bagian yang bergerak terhadap bagian yang lainnnya. Hal ini terjadi pada
getaran magnet batang di dalam kumparan yang ditiup oleh angin atau gerakan
meja.
3. Kesalahan pengamat, yakni kesalahan yang
terjadi pada saat menghitung jumlah getaran magnet sehingga berpengaruh pada
waktu (t) yang dibutuhkan.
4. Perubahan-perubahan kecil pada tegangan
listrik ketika dilakukannnya eksperimen ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
eksperimen yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Untuk menghitung nilai konstanta
puntiran kawat (k) digunakan rumus:
T = 2 π sehingga k
=
2. Dari data ralat diperoleh data
hasil perhitungan nilai konstanta puntiran kawat (k), yaitu berkisar antara
353,84.10-3 sampai dengan 552,88.10-3.
3. Nilai konstanta puntiran kawat
(k) dipengaruhi oleh nilai perioda (T). Nilai konstanta puntiran kawat
berbanding terbalik dengan nilai perioda. Semakin kecil nilai perioda maka
konstanta puntiran kawat akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar nilai perioda
maka konstanta puntiran kawat akan semakin kecil.
4. Nilai arus dan tegangan
berbanding terbalik dengan waktu (t). Semakin kecil arus listrik (I) dan tegangan (V) maka waktu (t) yang
dibutuhkan untuk melakukan 20 kali getaran (ayunan) akan semakin besar.
Sebaliknya jika arus listrik (I) dan tegangan (V) diperbesar maka waktu (t)
yang dibutuhkan akan semakin kecil.
5.2 Saran
Sebelum
melakukan penelitian hendaknya eksperimenter memperhatikan hal-hal berikut:
1. Memahami materi tentang eksperimen
yang akan dilakukan.
2. Menyiapkan buku catatan untuk
mencatat hasil pengamatan.
3. Apakah posisi alat yang akan
dipergunakan sudah tepat.
4. Memperhatikan desain alat-alat yang akan
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli,
Douglas C. 2001. Fisika
(Terjemahan) Edisi ke-5.
Jakarta: Erlangga.
Resnick, Halliday. 1999. Fisika Jilid 2 Edisi
ke-3. Jakarta: Erlangga.
Tipler, A Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan
Teknik (Terjemahan) Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
Zemansky, Mark, dan Francis Weston Sears. 1954. Fisika
Untuk Universitas II Listrik dan Magnet (terjemahan). Bandung: Binacipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar