Minggu, 20 Maret 2016

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM



PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


A.       Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum

Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjuk pada suatuhal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya ada atau terjadi pada situasi atau kondisi yang serupa. Pengertian dan mankna prinsip ini menunjukan bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Melalui pemahaman suatu prinsip orang bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil, dan bersifat membersihkan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk mencapai tujuan secara benar.
Pengertian dan fungsi prinsip di atas bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan arti dari fungsi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip-pronsip pengembangan kurikulum menunjukkan pada suatu pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam perencanaan kurikulum (curiculum plaining). Prinsip-prinsip tersebut menggambarkan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri.
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum jika proses pengembangan kurikulum ingin berjalan secara efektif dan efisien, maka para pengembang kurikulum harus memerhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, baik yang bersifat umum maupun khusus. Di samping itu, para pengembang kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, terarah dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. Produk dari aktifitas pengembangan kurikulum tersebut diharapkan bisa sesuai dengan harapan masyarakat yang bersifat dinamis dan zaman yang akan selalu berubah. Selain dari pada itu, adanya berbagai prinsip pengembangan kurikulum merupakan suatu ciri bahwa kurikulum merupakan suatu area atau suatu lapangan studi (field of study) tersendiri.

B.       Macam-Macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sumber prinsip menunjukan dari mana asal muasal lahirnya suatu prinsip. Dan dari berbagai literature tentang kurikulum dapat dikemukakan setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), dan ekperimen (experiment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curricuculum), dan akal sehat (common sense) (Olivia, 1992:28). Data empiris menunjukan pada pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif, data eksperimen menunjukan pada temuan-temuan hasil penelitian. Data hasil penemuan penelitian merupakan data yang dipandang vailid dan reliable, sehingga tingkat kebenarannya lebih meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
Namun demikian, dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Di samping itu, banyak data-data lainya yang diperoleh bukan dari hasil penelitian juga terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks, di antaranya adat yang hidup di masyarakat (folklore of curricuculum). Ada juga data hasil pemikiran umum atau akal sehat (common sense). Bahkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlabih dahuli.
Dengan demikian, pada prinsipnya kesemua jenis data di atas dapat digunakan atau dimanfaatkan hingga kegiatan pengembangan kurikulum sebagai sumber prinsip yang dijadikan pegangan.

C.       Tipe-Tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pada dasarnya, tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum merupakan tingkat ketepatan (vailidity) dan ketepatan (reabillity) prinsip yang digunakan. Hal ini ada kaitanya dengan sumber-sumber dari prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri. Ada data, konsep, dan prinsip yang tingkat kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah dibuktikan secara empiris melalui suatu penelitian yang berulang-ulang. Ada pula data yang sudah terbukti secara empiris, tetapi masih terbatas dalam kasus-kasus tertentu sehingga belum bisa digeneralisasikan. Bahkan, ada pula data yang belum dibuktikan dalam suatu penelitian, tetapi sudah terbukti dalam kehidupan dan menurut pertimbangan akal sehat dipandang logis, dan berguna.
Merujuk pada hal di atas, maka prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa didefinisikan menjadi tiga prinsip, yaitu: anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan yang kebenarannya masih memerlukan pembuktian (hypothesis). Anggapan kebenaran utuh adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang, sehingga dapat dibuat generalisasi dan dapat diberlakukan di tempat yang berbeda. Tipe prinsip kategori ini tidak akan mendapat tantangan atau keritik karena sudahsudah diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulim.
Anggapan kebenaran parsial, yaitu suatu fakta, konsep dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus, tetapi sifatnya masih belum digeneralisasikan. Mengingat anggapam tersebut dinggap baik dan bermanfaat, maka tipe prinsip ini bisa digunakan. Namun demikian, dalam penggunaannya biasanya masih mengandung pro dan kontra. Selanjutnya, anggapan yang masih memerlukan pembuktian atau hipotesis yaitu prinsip kerja yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncul muncul dari deliberasi, judgment dan pemikiran akal sehat. Meskipun sangat diharapkan menggunakan prinsip whole truth, akan tetapi tipe prinsip lain pun berguna dan bermanfaat. Sebagaimana halnya dengan prinsip tipe kebenaran parsial, prinsip tipe hipotesis juga masih memungkinkan adanya tantangan atau kritikan dalam penggunaanya (pro dan kontra).
Pada dasarnya kesemua jenis tipe prinsip itu bias digunakan. Tiap prinsip ada yang mendapat penekanan dalam penggunaanya, sangat bergantung pada perspektif para pengembang kurikulum tentang kurikulum itu sendiri. Dalam praktik pengembangan kurikulum, biasanya kesemua tipe prinsip itu digunakan. Penyederhanaan peristilahan tentang berbagai tipe prinsip sebagaimana dijelaskn di muka, Olivia (1992: 30) memakai istilah axioms untuk menggambarkan berbagai karakteristik prinsip tersebut. Merujuk pada kamus Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary, kata aksioma memiliki pengertian yang meliputi sifat-sifat dari tiga prinsip di atas. Istilah aksioma ini juga masih mungkin diganti dengan istilah teorema (theorems). Aksioma dan teorema adalah dua hal yang berbeda, tetapi senada. Keduanya akan memberikan pedoman sebagai kerangka dan rujukan dalam melakukan aktivitas dan pemecahan masalah, termasuk di dalamnya aktivitas pengembangan kurikulum.

D.       Macam-Macam Prinsip Pengembangan Kurikulum

Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum di mana pun. Di samping itu, prinsip prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum sebagai totalitas dari komponen-komponen yang membangunnya. Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri. Misalnya, prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen –komponen kurikulum lainnya. Prinsip pengembangan antara satu komponen dengan komponen lainnya akan berbeda-beda.
Terdapat berbagai istilah lain yang menunjuk pada apa yang dimaksud dengan prinsip, misalnya: axioms (Olivia), criteria (Mc Neil dan Zais), basic consideration (Saylor el.al.), dan principle (Tylor). Uraian tentang macam-macam prinsip pengembangan kurikulum dalam tulisan ini mengacu kepada penjelasan yang dikemukakan Sukmadinata (2000), Olivia (1992), Tyler (1975).
a.      Prinsip umum
Sukmadinata (2000:150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu: “prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis atau efisiensi, dan efektifitas.”
1.      Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal (external relevance) dan relevansi internal (internal relevance). Relevan eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi pada masa yang akan datang. Intinya, kurikulum harus bisa menyiapkan program belajar bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa beradaptasi dengan masyarakat, memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat sertasituasi dan kondii kehidupan masyarakattempat dimana ia berada. Kurikulum bisa memenuhi prinsip relevansi eksternal, apabila para pengembang kurikulum memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kehidupanmasyarakat pada masa kini dan masa mendatang.
Sedangkan relevansi internal, yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum merupakan suatu sistem yang dibangun oleh subsistem atau komponen, yaitu tujuan, isi, metode, dan evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu, belajar dan kemampuan peserta didik. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memenuhi syarat relevasi internal, yaitu adanya koherensi antar komponenny. Hal ini harus diperhatikan karena setiap tujuan tertentu akan menuntut adanya isi, metode, dan sistem evaluasi tersendiri. Ketidaksamaan dalam komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal implikasi dari prinsip ini adalah para pengembang kurikulum harus memhami betul tentang jenis dan hakekat dari tujuan kurikulum, isi kurukulim, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi. kriteria atau prinsip-prinsip penentuan kurikulum akan dibahas lebih lanjut pada prinsip khusu
2.      Prinsip Fleksibelitas
Prinsip fleksibelitas berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal pelaksanaanya. Pada dasarnya, kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian, dalam proses pengembangan kurikulumnya harus fleksibel. Di dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang dapat memberikan alternatif dalam mencapai tujuannya. Pengembangan kurikulum harus menggunakan berbagai metode atau cara-cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat di mana kurikulum itu diterapkan.
3.      Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum di kembangkan secara berkesinambunga, yang meliputi sinambung antarkelas maupun sinambung antarjenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar peserta didik bias maju secara berkesinambungan. Pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk dilanjautkan pada kelas dan jenjang di atasnya. Dengan demikian, akan trhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat peserta didik (prerrquisite) untuk mengikitu pendidikan pada kelas atau jenjeng pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajaryang tidak perlu (negatifly over laping) yang bias menimbulkan pemborosan waktu, tenaga dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerja sama di antara para pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
4.      Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis, yaitu dapat mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bias diterapkan dalam peraktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu, para pengembang klurikulum harus memahabi terlebihdahulu situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum itu akan digunakan. Meskipun gambaran situasi dan kondisi tentang tenpat itu diketahui secara rinci, tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembangan kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, yaitu memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, artinya tidak mahal alias murah. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, personel-dana-fasilitas, keberadaannya terbatas. Meskipun harus memenuhi prinsip murah tapi tidak berarti murahan. Murah disini merujukp padapengertian bahwa kurikulum harus di kembangkan secara efisien, tidak boros dan sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, akan terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif. Prinsip praktis ini ada kaitannya dangan prinsi-prinsip lainnya.
5.      Prinsip Efektif
Prinsip ini menunjukan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrument untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tijuan apa yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi, serta model konsep kurikulum apa yang akan digunakan. Di samping itu, tujuan juga akan mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri.
Masih dalam kaitannya dengan pinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum, Olivia (1992: 31-45) mengajukan sepuluh prinsip. Dalam hal ini ia menggunakan isltilah axioms, untuk mewadahi keragaman karakteristik tipe prinsip. Kesepuluh pinsip dari Olivia ini memberikan gambaran lebih lanjut tentang hakikat keberadaan kurikulum dan proses pengembangannua. Berikut akan diuraikan bagaimana andangan Olivia megenai keberadaan pendidikan/kurikulum dalam kaitannya dengan masyarakat, serta implikasinya bagi keberadaan kurikulum dan pekerjaan para pengembang kurikulum, juga menyangkut pentingnya prinsip-perinsip pengembangan kurikulum bagi para pengembang kurikulum.
Tugas dan tanggungjawab para pengembang kurikulum tidak sulit jika mengikuti prinsip-pinsip pengembangan kurikulum. Adapun prinsip pengembangan kurikulum yang diajukan Olivia, yaitu:
a.       Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak bias dihindarkan dan bahkan diperlukan.
b.      Kurikulum merupakan produk dari masa yang beangkutan.
c.       Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara beramaan bahkan tumpang tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi masa kini.
d.      Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat (dan jika ada) perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
e.       Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok.
f.       Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada.
g.       Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.
h.      Pengembangan kurikulumakan berhasil jika dilakukan secara koprehensif, bukan aktivitas bagian per bagian yang terpisah.
i.        Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses yang sistematis.
j.        Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.
b.      Prinsip Khusus
Sebagaimana telah disebutkan di muka, prinsip khusus berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen- komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi, metode, dan evaluasi). Satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu jenis dan jenjang pendidikan lainnya memiliki karakteristik yang berbada dalam beberapa aspek. Perbedaan ini tentu bias mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-prinsip yang khas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, serta karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khusus lainnya, yaitu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan komponen-komponen kurikulum, yang mana antara satu komponen dengan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak sama. Di bawah ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dikemukakan Sukmadinata (2000), yaitu berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum yang sedikit modifikasi penulis dalam pola urutan penjelasan. Adapun prinsip pengenbangan kurikulum khusus yang dimaksud adalah:
1)      Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
a)      Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
b)      Survei mengenai persepsi orang tua dan mesyarakat lainnya tentang kebutuhan mereka yang diperoleh melalui angket atau wawancara dangan mereka.
c)      Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
d)      Survei tentang sumber daya manusia.
e)      Pengalaman negara lain dalam masalah yang sama.
f)       Penelitian.
2)      Pirnsip yang berkenaan dengan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:
a)      Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belaar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
b)      Isi bahan pelajaran harus meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
c)      Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap dan keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan simulasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman pendidik yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pembelajaran secara lebih mendetal.
3)      Prinsip berkenaan dengan proses pembelajaran
Untuk menentukan pendekatan, strategi dan teknik apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, hendaknya pengembang kurikulum memerhatikan hal-hal berikut:
a)      Apakah strategi/metode/teknik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
b)      Apakah strategi/metode/teknik tersebut menunjukan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual peserta didik?
c)      Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
d)      Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat menunjukkan berbagi kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
e)      Apakah strategi/metode/teknik tersebut berorientasi kepada peserta didik, atau berorientasi kepada pendidik, atau keduanya?
f)       Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g)      Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belaja di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar (learning resources) yang ada da rumah dan di masyarakat?
h)      Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and knowing”.
4)      Prinsip berkenaan dengan media dan alat bantu pembelajaran
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien perlu didukung oleh penggunaan media dan alat bantu pembelajaran yang tepat. Di bawah ini beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan media dan alat bantu pembelajaran.
a)      Media atau alat bantu apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran? Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?
b)      Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memerhatikan bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu pembuatannya?
c)      Bagaimana pengoranisasian media dan alat bantu pembelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar atau ada bentuk lain?
d)      Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan pembelajaan?
e)      Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunaan multimedia.
5)      Pirnsip yang berkenaan dengan evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang berkenaan dengan tak terpisahnya dari pembelajaran. Untuk itu, pengembang kurikulum harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi, yaitu objektifitas, komprehensif, kooperatif, mendidik, akuntabilitas, dan praktis. Dalam praktisnya, paling tidak ada lima fase yang harus diperhatikan pengembang kurikulum dalam kegiatan evaluasi, yaitu perencanaan evaluasi, pengembangan alat evaluasi, pengumpulan data, pengolahan hasil evaluasi, laporan dan memanfaatkan hasil evaluasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan evaluasi yaitu:
a)      Bagaimanakah karakteristik kelas usia, tingkat kemampuan kelompok yang akan dinilai?
b)      Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan evaluasi?
c)      Teknik evaluasi apa yang akan digunakan? Tes, nontes atau keduanya?
d)      Jika teknik tes, berapa banyak butir soal yang perlu disusun?
e)      Apakah tes terebut diadministrasikan oleh pendidik atau murid?
Dalam pengembangan alat evaluasi, sebaiknya mengikuti langkah yaitu:
a)      Rumuskan tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
b)      Uraikan ke dakam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati dan diatur.
c)      Hubungkan dengan bahan pelajaran.
d)      Tuliskan butir-butir soal atau tugas.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam hasil penilaian adalah:
a)      Norma penilaian apa yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes?
b)      Apakah akan digunakan rumus atau formula guessing?
c)      Bagaimana mengubah skor mentah (raw score) ke dalam skor masak?
d)      Untuk apakah hasil tes digunakan?
e)      Bagaimana menyusun hasil evaluasi?
f)       Laporan hasil evaluasi ditujukan kepada siapa saja?
Prinsip-prinsip di atas sifatnya tidak baku, masih mungkin untuk dimodifikasi, ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Selain itu, masih banyak para ahli yang mengajukan dan membahas tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar