Minggu, 20 Maret 2016

DESAIN KURIKULUM



DESAIN KURIKULUM


A.       Pengertian Desain Kurikulum                                                                                        

Ada beberapa pengertian desain kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah:
1.      Oemar Hamalik (1993), desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.
2.      Nana S. Sukmadinata (2007: 113), desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.
3.      Longstrteet (1993), desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual peserta didik.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti peserta didik pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-­prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksa­naannya Beberapa ahli juga merumuskan macam-macam desain kurikulum yaitu yaitu:
1.      Eisner dan Vallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis.
2.      McNeil (1977) membagi desain menjadi empat model, yaitu kurikulum humanitis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
3.      Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang berdasarkan minat individu.
4.      Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis model desain kurikulum, yaitu kurikulum yang berorientasi pada tujuan, model proses dan model kurikulum yang didasarkan kepada analisis situasional.
5.      Shane (1993) membagi desain kurikulum ke dalam empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik.

B.       Desain Kurikulum

Desain kurikulum memiliki beberapa model di antaranya adalah yaitu: desain kurikulum disiplin ilmu, desain kurikulum berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum berorientasi pada peserta didik.

1.        Desain Kurikulum Disiplin Ilmu
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual peserta didik.
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated curriculum, integrated curriculum. Setiap desain kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.
a.       Subject Centered Curriculum
Dalam subject centered curriculum, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curriculum. Subject centered curriculum berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum. Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini adalah:
1)      Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
2)      Pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini adalah
1)      Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab adalam kenyataan pengetahuan itu merupakan suatu kesatuan,
2)      Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif
3)      Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas dan kurang praktis.
b.      Correlated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata pelajaran sejenis dikelompokan sehinggan menjadi satu bidang studi (broad field), seperti misalnya mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi dikelompokan dalam bidang studi IPS. Demikian juga dengan mata pelajaran biologi, kimia, fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1)      Pendekatan Struktual
            Dalam pendekatan ini, kajian suatu kelompok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti misalnya, kajian suatu topik tentang geografi tidak senata-mata ditinjau dari satu sudut saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
2)      Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini didasarkan kepada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu akan tetapi diambil dariapa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topikitu dikaji oleh berbagai mata pelajaran yang memiliki ketrkaitan. Contohnya masalah “kemiskinan” ditinjau dari sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.
3)      Pendekatan Daerah
  Pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat. Seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosial budayanya, ekonominya dan lain sebagainya.
c.       Integrated Curriculum
Pada organisasi yang menggunakan model integrated, nama-nama mata pelajaran atau bidang studi sudah tidak nampak. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut dinamakan unit. Blajar berdasarkan unit ini, bukan hanya menghafal sejumlah fakta, tetapi juga mencari dan menganalisa fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar dengan model ini diharapkan dapat mengembangkangkan seluruh aspek diri anak didik, seperti sikap, emosi atau keterampilan, tidak hanya aspek intelektual mereka.
Desain ini didasarkan pada asumsi bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat, sehingga kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum. Terdapat tiga perspektif desain kurikulum berorientasi pada masyarakat yaitu:
a.       Perspektif Status Quo (The Status Quo Perspective)
Rancangan ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Dalam perspektif ini kurikulum merupakan perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan dasar adalah aspek-aspek penting kehidupan masyarakat. Tokoh aliran ini adalah Franklin Bobbit.
b.      Perspektif Reformis (The Reformist Perspective)
Dalam perspektif ini kurikulum dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Kurikulum ini menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses pendidikan. Pendidikan berperan untuk merubah tatanan masyarakat. Baik pendidikan formal maupun non formal harus mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata. Tokoh perspektif ini adalah Paulo Freire dan Ivan Illich.
c.       Perspektif Masa Depan (The Futurist Perspective)
Perspektif ini seirng dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan pada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dengan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model ini lebih mengutamakan kepentingan sosial dari pada kepentingan individu. Setiap individu harus memahami masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan, untuk kemudian mengembangkan masyarakatnya sendiri. Tokoh perspektif ini adalah Harold Rug.
Desain ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah untuk membantu anak didik, sehingga tidak boleh terlepas dari kehidupan anak didik. Kurikulum yang berorientasi pada peserta didik menekankan pada peserta didik sebagai sumber isi kurikulum, karena itu segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum tidak boleh lepas dari kehidupan anak didik. Desain berorientasi pada anak didik dapat dilihat minimal dalam dua perspektif yaitu: Perspektif kehidupan anak di masyarakat (the child in society perspective) dan Perspektif Psikologis (the psychological curriculum perspective).
a.      Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat (The Child In Society Perspective)        
Pada perspektif ini kurikulum mengharapkan materi kurikulum yang dipelajari di sekolah serta pengalaman belajar, didesain sesuai dengan kebutuhan anak sebagai persiapan agar mereka dapat hidup di masyarakat. Anak dituntut bukan mempelajari berbagai konsep yang bersifat abstrak, melainkan teori atau konsep yang dihubungkan dengan kehidupan nyata, sehingga apa yang dipelajari di sekolah relevan dengan kenyataan di masyarakat. Tokoh perspektif ini adalah Francis Parker.
b.      Perspektif Psikologis (The Psychological Curriculum Perspective)
Dalam perspektif psikologis desain kurikulum yang berorientasi pada peserta didik, sering diartikan sebagai kurikulum yang bersifat humanistik, yang muncul sebagai reaksi terhadap proses pendidikan yang hanya mengutamakan segi intelektual. Karena itu dalam perspektif ini, tugas dan tanggungjawab pendidikan di sekolah bukan hanya mengembangkan segi intelektual anak didik saja, tetapi harus mengembangkan seluruh pribadi anak didik sehingga dapat membentuk manusia utuh. Kurikulum humanistik menekankan pada integrasi, yaitu kesatuan pribadi secara utuh antara intelektual, emosional, dan tindakan. Kriteria keberhasilan dalam perspektif ini adalah ditentukan oleh perkembangan anak supaya menjadi manusia yang terbuka dan berdiri sendiri. Proses pembelajaran yang baik adalah manakala memberikan kesempatan kepada anak didik untuk tumbuh berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
4.        Desain Kurikulum Teknologis
Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepade efektivitas program, metode dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem.
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai. Akhir dari suatu proses pembelajaran adalah ketercapaian tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Kurikulum ini memiliki karakteristik yaitu: 1) belajar dipandang sebagai proses-respon terhadap rangsangan, 2) belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus dipelajari, dan 3) secara khusus peserta didik belajar secara individual, meskipun dalam hal-hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok.
Organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-ciri: pertama, pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada rumusan tujuan; kedua, materi kurikulum disusun secara berjenjang, dan ketiga, materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana menuju yang kompleks. Selanjutnya untuk efektifitas dan keberhasilan implementasi kurikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip yaitu: 1) kesadaran akan tujuan, artinya peserta didik perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan, oleh karena itu, peserta didik perlu diberi penjelasan tujuan apa yang harus dicapai, 2) dalam pembelajaran peserta didik diberi kesempatan mempraktikan kecakapan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, dan 3) peserta didik perlu diberi tahu hasil yang dicapai. Dengan demikian, peserta didik perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau masih perlu bantuan.

C.       Permasalahan Desain Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum banyak sekali masalah yang dihadapi, yang memerlukan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Semua masalah tersebut disebabkan kondisi yang ada, yang disesuaikan dengan tuntutan dan prinsip kebutuhan yang belum terpenuhi. Masalah-masalah ini dibagi menjadi masalah umum dan khusus, masalah umum antara lain: bidang cakupan, relevansi, keseimbangan, integrasi, sekuens, kontiniutas, artikulasi, kemampuan transfer.
Kemampuan transfer maksudanya apapun yang dipelajari di sekolah seharusnya dapat diaplikasikan diluar sekolah, dengan demikian proses pendidikan di sekolah harus dapat memperkaya kehidupan peserta didik. Para ahli pendidikan seperti Thorndike, Daniel dan L.N Tanner serta Taba menyepakati bahwa pendidik hendak mentransfer nilai-nilai tersebut, dan para pengembang kurikulum harus menentukan tujuan, menyeleksi isi, dan memilih strategi pengajaran yang mengarah pada pendayangunaan proses transfer secara maksimal. Sedangkan masalah khusus pengembangan adalah: Tujuan hasil kurikulum yang diharapkan oleh sekolah, Masalah isi dan organisasi kurikulum, Proses penyusunan dan revisi kurikulum.
Hambatan dalam pengembangan kurikulum khususnya pada pendidik. Pendidik yang kurang berpartisipasi dalam mendesain pengembangan kurikulum karena kurangnya waktu, kekurangkesesuaian pendapat antara pendidik dengan sekolah atau administrator karena kemampuan dan pengetahuan pendidik itu sendiri, hambatan yang lain datangnya dari masyarakat baik dalam pembiayaan maupun umpan balik dari masyarakat terhadap pendidikan dan kurikulum yang berlangsung. Fungsi pendidikan dahulu dan sekarang sudah berubah, dalam masyarakat dahulu persekolahan berfungsi untuk memelihara dan meneruskan nilai nilai yang ada sejak dahulu. Sedangkan masa sekarang pendidikan sekarang didasarkan pada filsafat pendidikan yang jelas, masalah atau topik tertentu sehingga pendidikan yang didapatkan berdasarkan pengalaman sendiri dan diharapkan dapat diaplikasikan secara langsung kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar