DESAIN KURIKULUM
A. Pengertian Desain Kurikulum
Ada beberapa pengertian desain kurikulum menurut para ahli, diantaranya
adalah:
1. Oemar Hamalik (1993), desain adalah suatu petunjuk yang memberi
dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan
kegiatan.
2. Nana S. Sukmadinata (2007: 113), desain
kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum.
3. Longstrteet (1993), desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat pada pengetahuan (the knowledge
centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh
karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual peserta didik.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa desain
kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar
yang akan diikuti peserta didik pada berbagai tahap perkembangan pendidikan.
Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan
antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta
hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya Beberapa ahli juga merumuskan
macam-macam desain kurikulum yaitu yaitu:
1. Eisner dan Vallance (1974) membagi desain
menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai
teknologi, kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan
kurikulum rasionalisasi akademis.
2. McNeil (1977) membagi desain menjadi empat
model, yaitu kurikulum humanitis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum
teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
3. Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) membagi
desain kurikulum menjadi kurikulum subject
matter disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi,
kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang
berdasarkan minat individu.
4. Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis
model desain kurikulum, yaitu kurikulum yang berorientasi pada tujuan, model
proses dan model kurikulum yang didasarkan kepada analisis situasional.
5. Shane (1993) membagi desain kurikulum ke
dalam empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain
kurikulum yang berorientasi pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada
pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik.
B. Desain Kurikulum
Desain kurikulum memiliki beberapa model di antaranya adalah yaitu: desain kurikulum disiplin ilmu, desain kurikulum berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum berorientasi pada peserta didik.
1.
Desain Kurikulum Disiplin Ilmu
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan
desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered
desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu
model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang
penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual peserta didik.
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi
pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated
curriculum, integrated curriculum. Setiap desain kurikukum memberikan
teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan
efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum dapat dijadikan
pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena setiap desain kurikulum
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.
a. Subject Centered
Curriculum
Dalam subject centered curriculum,
kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum
tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut
diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum
ini disebut juga separated subject curriculum. Subject centered curriculum berkembang dari konsep pendidikan klasik
yang menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan
berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan
isi atau bahan ajar atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject
academic curriculum. Model design curriculum ini
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini
adalah:
1) Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan
disempurnakan
2) Pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus,
asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat
menyampaikannya.
Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini adalah
1) Karena pengetahuan diberikan secara
terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab adalam kenyataan
pengetahuan itu merupakan suatu kesatuan,
2) Karena mengutamakan bahan ajar maka peran
peserta didik sangat pasif
3) Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan
kehidupan masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas dan
kurang praktis.
b.
Correlated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara
terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan
atau mata pelajaran sejenis dikelompokan sehinggan menjadi satu bidang studi (broad field), seperti misalnya mata
pelajaran geografi, sejarah, ekonomi dikelompokan dalam bidang studi IPS.
Demikian juga dengan mata pelajaran biologi, kimia, fisika, dikelompokkan
menjadi bidang studi IPA. bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan
dengan beberapa cara:
1)
Pendekatan Struktual
Dalam pendekatan ini, kajian suatu
kelompok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti
misalnya, kajian suatu topik tentang geografi tidak senata-mata ditinjau dari
satu sudut saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin
budaya.
2)
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini didasarkan kepada
pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu
topik tidak diambil dari mata pelajaran tertentu akan tetapi diambil dariapa
yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topikitu dikaji oleh berbagai mata
pelajaran yang memiliki ketrkaitan. Contohnya masalah “kemiskinan” ditinjau
dari sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.
3)
Pendekatan Daerah
Pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau
tempat. Seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosial
budayanya, ekonominya dan lain sebagainya.
c. Integrated Curriculum
Pada organisasi
yang menggunakan model integrated, nama-nama mata pelajaran atau bidang studi
sudah tidak nampak. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan. Masalah tersebut dinamakan unit. Blajar berdasarkan unit ini, bukan
hanya menghafal sejumlah fakta, tetapi juga mencari dan menganalisa fakta
sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar dengan model ini diharapkan
dapat mengembangkangkan seluruh aspek diri anak didik, seperti sikap, emosi
atau keterampilan, tidak hanya aspek intelektual mereka.
Desain ini didasarkan pada asumsi bahwa tujuan dari
sekolah adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat, sehingga kebutuhan masyarakat
harus dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum. Terdapat tiga perspektif
desain kurikulum berorientasi pada masyarakat yaitu:
a. Perspektif Status Quo (The
Status Quo Perspective)
Rancangan ini diarahkan untuk
melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Dalam perspektif ini kurikulum
merupakan perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak
didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan
masyarakat. Yang dijadikan dasar adalah aspek-aspek penting kehidupan
masyarakat. Tokoh aliran ini adalah Franklin Bobbit.
b. Perspektif Reformis (The
Reformist Perspective)
Dalam perspektif ini kurikulum
dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri.
Kurikulum ini menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses
pendidikan. Pendidikan berperan untuk merubah tatanan masyarakat. Baik
pendidikan formal maupun non formal harus mengabdikan diri demi tercapainya
orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil
dan merata. Tokoh perspektif ini adalah Paulo Freire dan Ivan Illich.
c. Perspektif Masa Depan (The
Futurist Perspective)
Perspektif ini seirng dikaitkan
dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan pada proses mengembangkan
hubungan antara kurikulum dengan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi
masyarakat. Model ini lebih mengutamakan kepentingan sosial dari pada
kepentingan individu. Setiap individu harus memahami masyarakat yang senantiasa
mengalami perubahan, untuk kemudian mengembangkan masyarakatnya sendiri. Tokoh
perspektif ini adalah Harold Rug.
Desain ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan
adalah untuk membantu anak didik, sehingga tidak boleh terlepas dari kehidupan
anak didik. Kurikulum yang berorientasi pada peserta didik menekankan pada peserta
didik sebagai sumber isi kurikulum, karena itu segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum tidak boleh lepas dari kehidupan anak didik. Desain berorientasi pada
anak didik dapat dilihat minimal dalam dua perspektif yaitu: Perspektif
kehidupan anak di masyarakat (the child
in society perspective) dan Perspektif Psikologis (the psychological curriculum perspective).
a.
Perspektif Kehidupan Anak
di Masyarakat (The Child In Society
Perspective)
Pada perspektif ini kurikulum
mengharapkan materi kurikulum yang dipelajari di sekolah serta pengalaman
belajar, didesain sesuai dengan kebutuhan anak sebagai persiapan agar mereka
dapat hidup di masyarakat. Anak dituntut bukan mempelajari berbagai konsep yang
bersifat abstrak, melainkan teori atau konsep yang dihubungkan dengan kehidupan
nyata, sehingga apa yang dipelajari di sekolah relevan dengan kenyataan di
masyarakat. Tokoh perspektif ini adalah Francis Parker.
b.
Perspektif Psikologis (The Psychological Curriculum Perspective)
Dalam perspektif psikologis desain
kurikulum yang berorientasi pada peserta didik, sering diartikan sebagai
kurikulum yang bersifat humanistik, yang muncul sebagai reaksi terhadap proses
pendidikan yang hanya mengutamakan segi intelektual. Karena itu dalam
perspektif ini, tugas dan tanggungjawab pendidikan di sekolah bukan hanya
mengembangkan segi intelektual anak didik saja, tetapi harus mengembangkan
seluruh pribadi anak didik sehingga dapat membentuk manusia utuh. Kurikulum
humanistik menekankan pada integrasi, yaitu kesatuan pribadi secara utuh antara
intelektual, emosional, dan tindakan. Kriteria keberhasilan dalam perspektif
ini adalah ditentukan oleh perkembangan anak supaya menjadi manusia yang
terbuka dan berdiri sendiri. Proses pembelajaran yang baik adalah manakala
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk tumbuh berkembang sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
4.
Desain Kurikulum Teknologis
Model desain
kurikulum teknologi difokuskan kepade efektivitas program, metode dan
bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi
kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil
teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem.
Sisi pertama yang
berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang sistematis
dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan
teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada penyusunan program
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan
tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai. Akhir dari suatu
proses pembelajaran adalah ketercapaian tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Kurikulum ini
memiliki karakteristik yaitu: 1) belajar dipandang sebagai proses-respon terhadap rangsangan, 2) belajar diatur
berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus
dipelajari, dan 3) secara khusus peserta didik belajar secara individual, meskipun
dalam hal-hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok.
Organisasi bahan
pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-ciri: pertama, pengorganisasian materi kurikulum
berpatokan pada rumusan tujuan; kedua, materi kurikulum disusun secara
berjenjang, dan ketiga, materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana
menuju yang kompleks. Selanjutnya untuk efektifitas dan keberhasilan implementasi
kurikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip yaitu: 1) kesadaran akan tujuan,
artinya peserta didik perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan, oleh karena itu, peserta didik perlu diberi penjelasan tujuan apa
yang harus dicapai, 2) dalam pembelajaran peserta didik diberi kesempatan
mempraktikan kecakapan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, dan 3) peserta
didik perlu diberi tahu hasil yang dicapai. Dengan demikian, peserta didik
perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau masih perlu
bantuan.
C. Permasalahan Desain Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum banyak sekali masalah yang
dihadapi, yang memerlukan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Semua masalah
tersebut disebabkan kondisi yang ada, yang disesuaikan dengan tuntutan dan
prinsip kebutuhan yang belum terpenuhi. Masalah-masalah ini dibagi menjadi masalah umum dan khusus, masalah
umum antara lain: bidang cakupan, relevansi, keseimbangan, integrasi, sekuens, kontiniutas,
artikulasi, kemampuan transfer.
Kemampuan
transfer maksudanya apapun yang dipelajari di sekolah seharusnya dapat
diaplikasikan diluar sekolah, dengan demikian proses pendidikan di sekolah
harus dapat memperkaya kehidupan peserta didik. Para ahli pendidikan seperti
Thorndike, Daniel dan L.N Tanner serta Taba menyepakati bahwa pendidik hendak
mentransfer nilai-nilai tersebut, dan para pengembang kurikulum harus
menentukan tujuan, menyeleksi isi, dan memilih strategi pengajaran yang mengarah
pada pendayangunaan proses transfer secara maksimal. Sedangkan masalah khusus pengembangan adalah: Tujuan hasil kurikulum yang diharapkan oleh sekolah, Masalah isi dan organisasi kurikulum, Proses
penyusunan dan revisi kurikulum.
Hambatan dalam pengembangan kurikulum khususnya pada pendidik.
Pendidik yang kurang berpartisipasi dalam mendesain pengembangan kurikulum
karena kurangnya waktu, kekurangkesesuaian pendapat antara pendidik dengan
sekolah atau administrator karena kemampuan dan pengetahuan pendidik itu
sendiri, hambatan yang lain datangnya dari masyarakat
baik dalam pembiayaan maupun umpan balik dari masyarakat terhadap pendidikan
dan kurikulum yang berlangsung. Fungsi
pendidikan dahulu dan sekarang sudah berubah, dalam masyarakat dahulu persekolahan
berfungsi untuk memelihara dan meneruskan nilai nilai yang ada sejak dahulu.
Sedangkan masa sekarang pendidikan sekarang didasarkan pada filsafat pendidikan
yang jelas, masalah atau topik tertentu sehingga pendidikan yang didapatkan
berdasarkan pengalaman sendiri dan diharapkan dapat diaplikasikan secara
langsung kepada masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar