2.1 Fungsi Bimbingan di Sekolah
Bimbingan dan konseling disekolah berfungsi
sebagai upaya untuk membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam
menyelenggarakan kesejahteraan sekolah.
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara
umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling membantu konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap potensi
dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Konseli
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan.
2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan
upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok.
3. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang sifatnya lebih proaktif . konselor berupaya untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan guru atau staf sekolah
bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan program
bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),
home room, dan karyawisata.
4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial
teaching.
5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi
ini, konselor bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar
lembaga pendidikan.
6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan, kepala sekolah/ madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai
konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah,
memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
dalam membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya
secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir,
berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi
(memberikan perlakuan) terhadap konsli supaya memiliki pola berpikir yang
sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan
mereka pada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9. Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan
seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
untuk membantu supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif
yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar
terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktifitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Adapun fungsi khusus bimbingan dan
konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., (21-22) adalah
sebagai berikut :
1.
Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
Sekolah-sekolah
kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual anak-anak. Banyaknya
jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran, menyebabkan guru pada
umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu kepada otak anak-anak. fungsi pokok
dari bimbingan dan konseling adalah menolong individu-individu yang mencari dan
membutuhkan bantuan. Jenis bantuan yang dibutuhkan oleh individu berbeda-beda
meskipun ada kemungkinan kesukaran yang dihadapi sama.
2.
Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan
kecakapan anak-anak
Melaksanakan
bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap tentang
individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat, latar belakang
keluarga, riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bantuan
yang akan diberikan.
3.
Memberikan nasihat kepada anak yang akan berhenti sekolahnya;
4.
Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan
belajarnya, dan sebagainya.
Arah bimbingan dan konseling di sekolah
adalah memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan
menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil
keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif
sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan.
Adapun tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang
dibimbing, dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya
secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat
berkembang sesuai lingkungannya.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling
di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dan kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut:
Tujuan
bimbingan bagi siswa:
- Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada
- Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti
- Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan
- Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat
- Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.
Tujuan
bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut:
- Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa
- Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan umum sekolah dan masyarakat
- Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan
- Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa
Adapun
tujuan bimbingan bagi sekolah:
- Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam
- Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya
- Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan
- Mengadakan peneltian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah meninggalkan sekolah.
Tujuan
bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut:
- Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental, jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
- Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
- Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
- Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannnya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
- Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
Syarat Program Bimbingan adalah :
1.
Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur
atau tahap dengan melibatkan semua staf sekolah dalam perencanaannya.
2.
Program bimbingan itu harus memiliki tujuan yang ideal dan
realistis dalam perencanaannya.
3.
Program bimbingan itu harus mencerminkan komunikasi yang
kontiyu antara semua anggota staf sekolah yang bersangkutan.
4.
Program bimbingan itu harus menyediakan atau memiliki
fasilitas yang diperlukan.
5.
Program bimbingan itu harus disusun sesuai program
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
6.
Program bimbingan harus memberikan pelayanan kepada semua
murid.
7.
Program bimbingan harus menunjukan peranan yang penting
dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
8.
Program bimbingan harus memberikan kesempatan untuk
melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
9.
Program bimbingan harus menjamin keseimbangan pelayanan
bimbingan dalam hal:
a. Pelayanan kelompok dan individual
b. Pelayanan yang diberikan oleh
berbagai jenis petugas bimbingan
c. Studi individual dan penyuluhan
individual
d. Penggunaan alat pengukur atau teknik
alat pengumpul data yang obyektif dan subyektif
e. Pemberian jenis-jenis bimbingan
f. Pemberian penyuluhan secara mum dan
penyuluhan khusus
g. Pemberian bimbingan tentang berbagai
program sekolah
h. Penggunaan sumber-sumber di dalam
sekolah dan di luar sekolah yang bersangkutan
i. Kebutuhan individual dan kebutuhan
masyarakat
j. Kesempatan untuk berfikir, merasakan
dan berbuat.
2.4 Syarat
Bagi Seorang Pembimbing Di Sekolah
Syarat-syarat yang dituntut bagi seorang
pembimbing di sekolah menurut Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995)
menyatakan bahwa petugas bimbingan dan konseling di sekolah (termasuk
madrasah) dipilih atas dasar beberapa kualifikasi yaitu:
Seorang guru pembimbing atau konselor harus
memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan
dengan pembentukan perilaku dan kepribadian klien akan efektif apabila
dilakukan oleh seorang pembimbing yang memiliki kepribadian yang baik pula.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional menuntut
persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan. Seorang guru
pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan
bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurangnya
pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.
Pengalaman memberikan pelayanan bimbingan
dan konseling berkontribusi terhadap keluasan wawasan pembimbing atau konselor
yang bersangkutan. Syarat pengalaman bagi calon guru BK setidaknya pernah
diperoleh melalui praktik mikro konseling dan praktek Pengalaman Lapangan (PPL)
bimbingan dan konseling. Setidaknya calon guru BK di sekolah dan madrasah
pernah berpengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada para
siswa.
Kepemilikan kemampuan atau kompetensi dan
keterampilan oleh gurur pembimbing atau konselor merupakan suatu keniscayaan.
Tanpa kepemilikan kemampuan (kompetensi) dan keterampilan, tidak mungkin guru
pembimbing atau konselor dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Dalam pendapat lain dijelaskan bahwa
persyaratan supaya seorang pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, dalam
bukunya Bimbingan dan Konseling (studi dan karir) Prof. Dr. Bimo Walgito
Menjelaskan, yaitu:
1. Seorang pembimbing harus mempunyai
pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori maupun praktik. Segi teori
merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam
praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik adalah
perlu dan penting, karena bimbingan dan konseling merupakan applied science,
ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang
pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa memiliki
kecakapan didalam praktik.
2. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat
mengambil tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara
psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam segi emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya,
apabila jasmani dan psikis tidak sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam menjalankan
tugasnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap
pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini
akan menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari anak maka
tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik
sehingga dapat diharapkan usaha bimbingan dan konseling berkembang ke arah
keadaan yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.
6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada
sekolah saja, maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di
dalam segala perbuatannya, sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan
memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang
dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling
dengan sebaik-baiknya.
2.5 Prinsip-prinsip
Program Bimbingan di Sekolah
Pelayanan BK secara resmi memang ada di
sekolah tetapi keberadaannya belum optimal. Dalam hal ini, Belkin (dalam
Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan Junaidi (009), menegaskan
bahwa untuk menumbuhkembangkan pelayanan BK di sekolah, ada prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.
a. Melayani semua individu tanpa
memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial;
b.Memerhatikan tahapan perkembangan;
c. Memerhatikan adanya perbedaan
individu dalam layanan.
a. Menyangkut pengaruh kondisi mental
maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah,
sekolah dan masyarakat sekitar;
b. Timbulnya masalah pada individu
karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
a. Bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari pendidikan dan pengambangan individu, sehingga program
bimbingan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan
diri peserta didik;
b. Program bimbingan dan konseling harus
fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan;
c. Program bimbingan dan konseling
disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu;
d. Program pelayanan bimbingan dan
konseling perlu diberikan penilaian hasil layanan.
a. Pelayanan diarahkan untuk
pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri
sendiri;
b. Pengambilan keputusan yang diambil
oleh individu hendaknya atas kemauan diri sendiri;
c. Permasalahan individu dilayani oleh
tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu;
d. Perlu ada kerja sama dengan personal
sekolah dan orangtuan dan bila perlu dengan pihak lai yang berwenang dalam permasalahan
individu; dan
e. Proses pelayanan bimbingan konseling
melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian
layanan.
Dengan demikian, prinsip bimbingan dan
konseling di sekolah adalah membantu dan melayani dengan sepenuhnya para
perserta didik agar tidak tertinggal dari aspek belajar dari teman-teman
sekelasnya, dan juga agar bergaul sejajar dengan mereka dengan tidak
dikecualikan sama sekali.
Secara operasional
pelaksanaan program layanan bimbingan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut;
a.
Penyusunan program BP
b.
Konsultasi dengan pihak sekolah
c.
pengumpulan berbagai informasi yang diperlukan
d.
penyediaan pasilitas BP yang diperlukan
2.
Program pengumpulan keterangan/data tentang siswa
Tujuan: memperoleh keterangan/data yang
selengkap-lengkapnya tentang siswa
yang diperlukan untuk bantuan kepada mereka
a.
Jenis data yang dikumpulkan:
1)
Identitas pribadi siswa
2)
Keadaan keluarga dan lingkungan sosial
3)
Data psikis siswa
b.
Alat/teknik pentitas pengumpulan data
1) Alat/teknik
non-testing
·
Observasi (di luarkelas, di rumah, di tempat-tempat
tertentu)
·
Wawancara (dengan murid, orang tua guru dan pihak-pihak
lain)
·
Angket
·
Sosiometri
·
Skala penilaian
·
Album BP
2) Alat/teknik
testing
·
Aspek intelektual
·
Aspek emosional
·
Aspek kemauan
·
Aspek kepribadian
·
Aspek lingkungan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
Dilaksanakan dengan menggunakan “psychotest”
yang sudah dilakukan dan dilaksanakan dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga
lain. Tes-tes tersebut seperti test-test intelegensi, tes minat, test
kepribadian, tes bakat khusus dan sebagainya.
c.
Sumber data
Pihak yang dapat dijadikan sumber data antara
lain: siswa-siswa itu sendiri, kawan-kawannya, orang tuanya, saudara-saudaranya,
guru dan staf lainnya, lembaga-lembaga lain seperti dokter, rumah sakit
organisasi dan sebagainya.
Tujuan: agar para
siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi pendidikan yang akan
ditempuhnya. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut bentuk pemberian informasi dan
orientasi kepada siswa, baik secara lisan tulisan maupunmengamati langsung
secara individual maupun kelompok, yang meliputi:
Ø Orientasi
kehidupan di sekolah
Ø Orientasi
kehidupan perguruan tinggi
Ø Informasi
tentang pekerjaan
Ø Informasi
tentang cara-cara belajar
Ø Tata tertib
sekolah
Ø Informasi dan
orientasi lingkungan sekitar
Tujuan: Agar siswa
memperolah posisi yang sesuai dengan potensi dirinya
Tujuan: Membantu siswa dalam mengatasi/memecahkan
masalah pribadinya dengan menggunakan potensinya sendiri seoptimal mungkin
sehingga ia dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan bakat dan
kapasitasnya.
Tujuan: agar siswa memperoleh sukses dalam belajar
secara optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Bantuan yang diberikan tidak
saja kepada siswa yang telah nyata menunjukan kesuklitan belajar, akan tetepi
juga kepada siswa –siswa lain yang menunjukan kesulitan-kesulitan belajar.
Tujuan: membantu dan
membina pemahaman yang lebih objektif tentang program bimbingan di sekolah,
terutama bagi guru, orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya
Tujuan: menilai
efisiensi program bimbingan dalam hubungannya dengan program pendidikan
umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar