PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran terjemahan dari bahasa
Inggris ‘instruction’, terdiri dari
dua kegiatan utama, yaitu: belajar (learning)
dan mengajar (teaching), kemudian
disatukan dalam satu aktivitas, yaitu proses pembelajaran yang selanjutnya
populer dengan istilah pembelajaran. Dengan demikian, untuk memahami hakikat
pembelajaran, maka terlebih dahulu harus memahami setiap bagian, yaitu hakikat
belajar dan mengajar.
Belajar adalah perubahan perilaku (pengetahuan,
sikap, keterampilan) sebagai hasil interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan pembelajaran. Dari pengertian tersebut memiliki dua unsur penting
yang menjelaskan tentang belajar, yaitu perubahan perilaku dan hasil interaksi.
Dengan dua indikator tersebut dapat disimpulkan, bahwa seseorang yang telah
belajar pasti harus ditandai adanya perubahan perilaku, jika tidak maka belum
terjadi belajar. Selanjutnya bahwa perubahan yang terjadi itu, harus melalui
suatu proses, yaitu interaksi yang direncanakan antara peserta didik dengan
lingkungan pembelajaran untuk terjadinya kegiatan pembelajaran, jika tidak maka
perubahan tersebut bukan hasil belajar. Oleh karena itu, perubahan perilaku
pada peserta didik dibedakan dari dua segi: pertama
perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran, dan kedua perubahan perilaku
yang bukan dari hasil pembelajaran. Adapun yang harus dilakukan oleh setiap
kependidikan, bahwa perubahan perilaku pada setiap peserta didik tentu saja
adalah perubahan perilaku hasil pembelajaran.
Mengajar pada dasarnya adalah
kegiatan mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut, yaitu
perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan). Pengertian mengajar
tersebut didasarkan pada pengertian belajar yang sudah dijelaskan sebelumnya
yaitu perubahan perilaku hasil interaksi dengan lingkungan pembelajaran. Olah
karena itu, maka mengajar adalah mengelola lingkungan pembelajaran untuk
berlangsungnya proses pembelajaran. Dari pengertian belajar dan mengajar
tersebut, maka jika disatukan menjadi “pembelajaran“, mengandung makna yaitu
suatu proses aktivitas interaksi antara peserta didik dengan lingkungan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dilihat dari segi pelaku utamanya (subjek),
bahwa belajar menunjuk pada perilaku totalitas dari peserta didik untuk
melakukan berbagai aktivitas merespons terhadap setiap rangsangan (stimulus)
pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan mengajar menunjuk
pada perilaku secara totalitas dan profesional dari pendidik, instruktur, tutor
dan sebutan tenaga kependidikan lainnya untuk memfasilitasi terjadinya belajar
pada diri peserta didik. Dengan demikian, dilihat dari segi pelakunya, maka
pembelajaran menunjuk pada perilaku totalitas interaksi antar peserta didik
dengan pendidik, instruktur, tutor dan sebutan tenaga kependidikan lainnya, dan
lingkungan pembelajaran lain yang lebih luas untuk tercapainya tujuan
pembelajaran.
Terhadap ketiga istilah tersebut
yaitu belajar, mengajar dan pembelajaran ; Prof. DR. Chaedar Alwasilah, M.A.
memberikan batasan yaitu: 1) belajar adalah refleksi sistem kepribadian peserta
didik yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan, 2) mengajar
adalah refleksi sistem kepribadian pendidik yang bertindak profesional, dan 3)
pembelajaran adalah sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar.
Dari masing-masing batasan tersebut
di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa antara kegiatan belajar dan
mengajar keduanya menuntut aktivitas yang sama, yaitu refleksi untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan fungsinya masing-masing (peserta
didik dan pendidik). Hubungan aktivitas secara interaktif antara peserta didik
dengan pendidik dan lingkungan pembelajaran lainnya untuk menuju ke arah
perubahan perilaku yang diharapkan, dan itulah hakikat pembelajaran.
Zais dalam Curriculum; Principles and
Foundations mengutip dua definisi pembelajaran yang intinya sama dengan
pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu: (1) a relatively permanent change in response potentiality wich occurs
as a results of reinforced practice “ dan (2)“a change in human deposition or
capability, wich can be retained, and wich is not simply ascribable to the
process of growth “.
Dari kedua definisi tersebut secara
substansi memiliki makna yang sama bahwa pembelajaran intinya adalah “perubahan“,
dan perubahan tersebut diperoleh melalui aktivitas merespons lingkungan
pembelajaran. Dari beberapa pembahasan mengenai hakikat pembelajaran seperti
yang berjalan secara efektif dan efisien terdapat beberapa ketentuan pokok atau
prinsip yang harus ditaati oleh setiap perilaku pembelajaran. Dengan demikian, prinsip
pembelajaran pada dasarnya adalah ketentuan, kaidah, hukum atau norma yang
harus diperhatikan oleh setiap pelaku pembelajaran, agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat dilaksanakan secara efektf dan efisien.
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Menurut Chaedar Alwasilah, dengan
memerhatikan bahwa hakikat pembelajaran adalah “ interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan pembelajaran agar tercipta tujuan pembelajaran (perubahan
perilaku), maka terdapat beberapa prinsip umum yang harus menjadi ispirasi bagi
pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran (peserta didik dan pendidik), yaitu;
1. Prinsip
Umum Pembelajaran
a. Bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku
peserta didik yang relatif permanen.
b. Peserta didik memiliki potensi dan kemampuan yang
merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan.
c. Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak
tumbuh alami linear sejalan proses kehidupan.
2. Prinsip
Khusus Pembelajaran
a. Prinsip Perhatian dan Motivasi
Perhatian dalam proses pembelajaran
memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu
aktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian peserta didik, maka perlu
kiranya disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian peserta didik
dalam proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya faktor perhatian, maka
dalam proses pembelajaran, perhatian berfungsi sebagai modal awal yang harus di
kembangkan secara optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Gage
dan Berliner (1984) mengungkapkan bahwa berdasarkan kajian teori belajar
pengelolaan informasi, tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi
belajar.
Perhatian adalah memusatkan pikiran
dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi
pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul secara spontan, dapat juga muncul
karena direncanakan. Dalam proses pembelajaran, perhatian akan muncul dari diri
peserta didik apabila pelajaran yang diberikan merupakan bahan pelajaran yang
menarik dan dibutuhkan oleh peserta didik. Namun, jika perhatian alami itu
tidak muncul maka tugas pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik terhadap
pelajaran. Bentuk perhatian direfleksikan dengan cara melihat secara penuh
perhatian, meraba, menganalisis, dan juga aktivitas lain dilakukan melalui
kegiatan fisik dan psikis.
Seseorang yang memiliki minat
terhadap materi pelajaran tertentu, biasanya akan lebh intensif memerhatikan
dan selanjutnya timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi
tersebut. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang dapat menggerakkan
seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut H.L. Petri (1986), “motivation is the concept we use when we
describe the forces acting on or within to initiate and direct behavior.”
Motivasi dapat dijadikan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Hal ini
berdasarkan bahwa perhatian dan motivasi seseorang tidak selamanya stabil, intensitasnya
biasa tinggi, sedang bahkan menurun, tergantung pada aspek yang memengaruhinya.
Motivasi berhubungan erat dengan
minat. Peserta didik yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran
cenderung memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut
sehingga akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Motivasi
dapat bersifat internal, artinya muncul dalam diri sendiri tanpa ada intervensi
dari yang lain, misalnya harapan, cita-cita, minat dan aspek lain yang terdapat
dalam diri sendiri. Motivasi juga dapat bersifat eksternal, yaitu stimulus yang
muncul dari luar dirinya, misalnya kondisi lingkungan kelas, sekolah, adanya
ganjaran berua hadiah, dan pujian. Bahkan rasa takut oleh hukuman merupakan
salah satu faktor muculnya motivasi.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu: motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Setiap motif baik itu intrinsik
maupun ekstrinsik dapat bersifat internal maupun eksternal, sebaliknya motif
tersebut juga dapat berubah dari eksternal menjadi internal atau sebaliknya (transformasi
motif). Sebagai contoh, seorang anak yang belajar di bidang kependidikan karena
menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi pendidik.
Pada awalnya, motif anak tersebut ekstrinsik, tetapi setelah ia menyukai
pelajaran-pelajaran yang dia masuki dan senang balajar menjadi pendidik, maka
motifnya berubah menjadi intrinsik. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang
sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini didasari oleh
beberapa hal, yaitu: 1) peserta didik harus senantiasa didorong untuk bekerja
sama dalam belajar, 2) peserta didik harus senantiasa didorong untuk bekerja
dan berusaha sesuai dengan tuntutan belajar, dan 3)motivasi merupakan hal yang
penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui
pendidikan.
Motivasi dapat diartikan sebagai
suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan
perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian tujuan. Perilaku belajar yang
terjadi dalam proses pembelajaran adalah pencapaian tujuan dan hasil belajar.
b. Prinsip Keaktifan
Kecenderungan psikologi saat ini
menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif. anak memiliki dorongan untuk
melakukan sesuatu, memiliki kemauan, dan keinginan. Belajar pada hakikatnya
dalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk
mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespons terhadap setiap
pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa di paksakan oleh orang lain.
belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John
Dewey menyatakan bahwa ”belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta
didik oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya.”
Dalam proses pembelajaran, peserta didik harus aktif belajar dan pendidik
hanyalah membimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar
menunjukkan adanya jiwa yang aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan, mencari,
mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan
melakukan transformasi (transfer of
learning) kedalam kehidupan yang lebih luas.
Potensi yang dimiliki setiap individu
sebaiknya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, namun yang menjadi
persoalan adalah apakah setiap potensi tersebut sudah terakomodasi dalam
suasana pembelajaranyang lebih kondusif? sehubungan denngan konsep keaktifan, Thorndike
dengan “Law of Exercise” menyatakan
bahwa belajar perlu adanya latihan-latihan. Dan pendapat Mc Keachie tentang
individu merupakan manusia yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi
masukkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik dapat menggali dan
mengembangkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
c. Prinsip Keterlibatan
Langsung/Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan
prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk
mengalaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan “I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand“.
Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara langsung
akan menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehngga dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Terkait dengan konsep aktivitas, setiap kegiatan belajar harus
melibatkan diri setiap individu terjun mengalami. Oleh karena itu, pantas kalau
Edgar Dale melalui penggolongan pengalaman belajarnya atau yang lebih dikenal
dengan kerucut pengalaman menyatakan bahwa “ belajar yang paling baik adalah
melalui pengalaman langsung.”
Idealnya, setiap belajar harus
terjadi suatu proses internalisasi bagi pihak yang belajar, sebab belajar bukan
hanya sekedar proses menghapal sejumlah konsep, prinsip atau fakta yang siap
untuk diingat. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik
secara langsung aktif melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif
dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekadar menuangkan
pengetahuan-pengetahuan informasi.
d. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk pentinya orinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati
dari dalil-dalil belajar yang di kemukakan oleh Edward L. Thorndike
(1974-1949). Kesimpulan penelitian nya telah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu
“Law of effect, Law of exercise, and Law
of readiness”.teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat dengan peinsip
pengulangan adalah yang di kemukakan oleh psikologi daya. Menurut teori daya, manusia
memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya.oleh karena itu menurut teori ini, belajar adalah
melebihi daya-daya dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia
dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.
e. Prinsip Tantangan
Teori Medan dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa peserta didik dalam setiap situasi belajar berada dalam
suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar, peserta didik
mengahapi suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut peserta
didik dihadapkan kepada sejumlah hambatan/tantangan, yaitu mempelajari
materi/bahan belajar. Maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut
dengan mempelajari bahan belajar. Implikasi lain dengan adanya bahan belajar
yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti mengandung masalah
yang perlu dipecahkan, peserta didik akan tertantang untuk mempelajari. Dengan
kata lain, pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk turut
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.
Bila di lihat dari segi penggunaan
metode pembelajaran (seperti metode eksperimen, inkuiry, discovery, pemecahan
masalah, diskusi, dan sejenisnya), maka metode-metode tersebut memiliki
karateristik yang menantang yang dapat menimbulkan semngat belajar
tinggi.begitu pula penguatan yang diberikan terhadap setia hasil belajar peserta
didik, apakah penguatan positif atau negatif akan menantang peserta didik, dan
dapat menimbulkan motif belajar untuk memperoleh ganjaran atau mrnghindari dari
hukuman yang diharapkan.
f. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan
balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant conditioning dari B.F.Skinner.
Kalau pada teori conditioning yang
diberi adalah stimulasinya, sedangkan pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori ini adalah
hukum “law of effect” dari Thorndike.
Menurutnya, peserta didik akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan
belajar itu menurut B.F.Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan, tetapi
juga tidak menyenangkan. Dengan kata lain, pengutan positif maupun negatif
dapat memperkuat belajar. Balikan yang segera diperoleh peserta didik setelah
belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti
tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sejenisnya, akan membuat peserta
didik terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
g. Prinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu
proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda dengan satu yang lain,
baik secara fisik maupun psikis. Untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung
implikasi bahwa setiap peserta didik harus dibantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya, dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik itu sendiri. Untuk dapat
memberikan bantuan belajar terhadap peserta didik, maka pendidik harus dapat
memahami dengan benar ciri-ciri para peserta didiknya, baik dalam menyiapkan
dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan bimbingan
belajar terhadap peserta didik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013.
Jakarta: Kata Pena.
Sanjaya, Wima. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
satuan Pendidikan (KTSP)). Jakarta: Kencana.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar