BAB I
PENDAHULUAN
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Mewariskan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang
lain melalui sebuah kegiatan pengiriman atau penyebaran sebuah kebiasaan/adat
istiadat yang sulit untuk diubah disebut dengan transmisi budaya.
Kebudayaan, pendidikan, imu pengetahuan,
keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda
antara manusia dengan makhluk lain yang ada dimuka bumi ini. Sejalan dengan
berjalannya waktu, hasil dari pemanfaatan akal manusia telah berhasil
memperlihatkan hal-hal yang sangat luar biasa, fantastis, dan memberikan decak
kekaguman kepada semua orang. Salah satu contoh sebagai hasil dari berpikirnya
akhirnya manusia berhasil membuat kapal terbang, sehingga tidak kalah dengan
burung, atau berhasil membuat kapal laut dan tidak kalah dengan ikan, bahkan
akhir-akhir ini banyak sekali berbagai penemuan penting dalam berbagai seri
kehidupan manusia, yang tentunya sangat bermanfaat untuk menunjang memudahkan
orang menjalani kehidupannya, semisal adanya internet, yang telah menghubungkan
orang dari berbagai belahan bumi, dan produk teknologi yang lainnya.
Kebudayaan akan berubah terus sejalan dengan perkembangan
zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan
kepandaian manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. pendidikan dan
kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah
kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan
kebudayaan adalah sangat besar.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas
tentang :
- Pengertian tentang
manusia dan kebudayaan
- Manusia
sebagai pencipta dan pengguna budaya
- Wujud
kebudayaan
- Pengaruh
budaya terhadap lingkungan
- Transmisi
budaya dan pendidikan
- Pendidikan
sebagai sosialisasi kebudayaan
- Pendidikan
dan proses embudayaan
- Perkembangan
institusi pendidikan
Dalam penulisan
makalah ini tentunya bertujuan agar mahasiswa dapat menahami makna dari setiap
materi yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tentang Manusia dan Kebudayaan
Banyak pakar
dalam bidang sosial mendefinisikan kebudayaan secara istilah, diantaranya dua
antropolog Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang mengemukakan
bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain (superorganic).
Berikut ini
definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
Edward B.
Taylor
Kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
M. Jacobs dan
B.J. Stern
Kebudayaan
mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi,
dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
Koentjaraningrat
Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Dr. K. Kupper
Kebudayaan
merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam
bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
William H.
Haviland
Kebudayaan
adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan
perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan
berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai.
Bounded et.al
Kebudayaan
adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan
manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai
rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara
para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan
dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem
pendidikan dan semacam itu.
Mitchell
(Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan
adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan
produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan
sekedar di alihkan secara genetikal.
Robert H Lowie
Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian
yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan
masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
Arkeolog R.
Seokmono
Kebudayaan
adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah
pikiran dan dalam penghidupan.
Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1996: 149)
Kebudayaan
adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Badudu- Zain)
Kebudayaan
adalah, 1 segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran
dan akal budinya; 2 peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3 ilmu
pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya
dan memberikan manfaat kepadanya.
B.
Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan
hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya
ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga
mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di
muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia,
intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki
oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun
manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada
karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah
kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia
sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang
sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya.
Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan
perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai
pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana
manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
6. Pengatur agar
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan
sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal
dasar pembangunan.
C.
Wujud Kebudayaan
Koentjaraningrat
dalam Imran Manan (1989: 26) mengemukakan tiga wujud kebudayaan, yaitu :
a.
Wujud kompleks ide-ide
Wujud
ini ada dalam pikiran anggota suatu masyarakat atau telah dituangkan dalam
berbagai media, maka akan ditemui dalam berbagai media cetak atau media
elektronik. Dalam masyarakat, wujud ideal kebudayaan ini dinamakan adat atau
tata kelakuan. Kebudayaan ideal ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang
mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat. Wujud ideal ini berbentuk nilai, hukum dan
peraturan-peraturan.
b.
Wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola
Wujud
ini adalah tingkah laku nyata yang berpola yang dapat diamati dalam
aktivitas-aktivitas anggota-anggota masyarakat yang berinteraksi, berhubungan,
dan bergaul berdasarkan tuntutan nilai, norma, peraturan atau adat istiadat
tertentu. Kelakuan berpola ini dinamakan sistem sosial yang secara konkrit
dapat diamati, didokumentasi, dan difilmkan
c.
Wujud benda-benda hasil karya manusia
Wujud
ini berupa hasil karya anggota-anggota suatu masyarakat dan semua benda-benda
yang mempunyai makna dalam kehidupan suatu kelompok atau suatu masyarakat.
Wujud budaya belajar
dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama,
perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak. Kedua, perwujudan
budaya yang bersifat kongkrit. Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah
konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang
diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar.
Perwujudan budaya belajar yang abstark berada dalam sistem gagasan atau ide
yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi. Perwujudan budaya belajar
yang diperlihatkan secara konkrit berupa:
- Dalam perilaku belajar.
- Dalam ungkapan bahasa dalam belajar
- Hasil belajar berupa material.
D.
Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia
akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu
kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari
luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang
dapat mengetahui, mengapa suatulingkungan tertentu akan berbeda dengan
lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah
kebudayaan dan lingkungan:
- Phisical Environment yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
- Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
- Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
- Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
- Out Carries Produc, Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas dan sebagainya.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam
lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan
aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.
E.
Transmisi Budaya dan Pendidikan
Tranmisi budaya adalah penyampaian kebudayaan dari suatu
generasi kegenerasi berikutnya. Dalam penyampaian ini muncul beberapa istilah
yaitu:
Enkultasi, menurut Heskovist dalam
Manan (1989:30)
Enkulturasi adalah proses perolehan
kompetensi budaya untuk hidup sebagai anggota kelompok. Sedangkan enkulturasi
menurut Hansen dan Gillin dalam (Manan,1989:30) adalah proses perolehan
keterampilan bertingkah laku, pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan
kode-kode perlambangan seperti bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh
kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi ideoligi dan sikap-sikap. Jadi,
enkulturasi adalah proses ketika individu memilih nilai-nilai yang dianggap
baik dan pantas untuk hidup bermasyarakat, sehingga dapat dipakai sebagai
pedoman bertindak.
Sosialisasi, Sujarwa (2005:9)
Mengatakan sosialisasi adalah proses
penyesuaian diri individu ke dalam kehidupan kelompok dimana individu tersebut
berada, sehingga kehadirannya dapat diterima oleh anggota kelompok lain.
Internalisasi, menurut Surjawa
(2005:19)
Internalisasi adalah suatu proses
dari berbagai pengetahuan yang berada di luar dari individu masuk menjadi
bagian dari diri individu.
Pendidikan, Hansen dalam Manan
(1989:31)
Mengatakan pendidikan adalah usaha
yang disengaja dan bersifat sistematif untuk menyampaikan
keterampilan-keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan berpikir, dan bertingkah
laku yang dituntut harus dimiliki oleh pelajar.
Persekolahan, masih menurut Hansen,
persekolahan adalah pendidikan yang dilembagakan.
Transmisi Budaya dan Pendidikan. Dalam
kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling
penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization
(sosialisasi/pemasyarakatan), education (pendidikan), dan schooling (persekolahan).
Menurut Herskovits, bahwa enkilturasi berasal
dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang
membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman
hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi
proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan
seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa
kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih
sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari
masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme
biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan
budaya masyarakatnya.
Kesamaan dari konsep enkulturasi dengan konsep
sosialisasi terlihat dari pernyataan Herkovits yang mengatakan bahwa
sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu ke dalam sebuah kelompok
sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu
memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok.
Bagi Herskovits, pendidikan (education) adalah
”directed learning” dan persekolahan (schooling) adalah “formalized learning”.
Dalam literature pendidikan dewasa ini dikenal istilah pendidikan formal, informal
dan non-formal. Pendidikan formal adalah system pendidikan yang disusun secara
hierarkis dan berjenjang secara kronologi mulai dari sekolah dasar sampai ke
universitas dan disamping pendidikan akademis umum termasuk pula bermacam-macam
program dan lembaga untuk pendidikan kejuruan teknik dan profesional.
Pendidikan informal adalah pendidikan seumur
hidup yang memungkinkan individu memperoleh sikap-sikap, nilai-nilai,
keterampilan-keterampilan dan pengaruh-pengaruh yang ada di lingkungannya dari
keluarga, tetangga. Label informal berasal dari kenyataan bahwa tipe proses
belajarnya bersifat tidak terorganisasi dan tidak tersistematis. Pendidikan
informal biasanya dilaksanakan dalam masyarakat sederhana dimana belum ada
sekolah.
Karangan Margared Mead mengenai pendidikan dalam
masyarakat sederhana (1942), dimana ia membedakan antara learning cultures dan
teaching cultures atau kebudayaan belajar dan kebudayaan mengajar. Dalam
golongan yang pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi
yaitu dengan berperan serta dalam kehidupan rutin sehari-hari. Dimana mereka
memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan
untk dapat hidup dengan layak dalam masyarakat dan kebudayaan mereka sendiri.
Dalam golongan yang kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga
lain yang lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata
pendidikan yang resmi, dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan yang mereka perlukan.
Pendidikan
non-formal merupakan kegiatan terorganisasi di luar kerangka sekolah formal
atau sistem universitas yang ada yang bertujuan untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan tertentu, pengetahuan, sikap-sikap. Pendidikan non-formal
memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan kemampuan dalam
pekerjaan. Pendidikan non-formal lebih berorientasi terhadap menolong
individu-individu memecahkan masalah mereka, bukan pada penyerapan isi
kurikulum tertentu. Pengajaran dilakukan melalui kerjasama dengan guru, umpamanya
dengan pekerja-pekerja ahli, pekerja sosial, penyuluh pertanian, dan petugas
kesehatan
Pewarisan
budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan. Yakni suatu
usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan
sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada
suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan
ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan
yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang
telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
1. Kepribadian
dan budaya belajar.
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal
individu, sementara budaya belajar berkaitan dengan aspek eksternal individu.
- Kepribadian yang
selaras. Kepribadian yang selaras
adalah kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang
dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah
individu yang menjadikan pendukung kebudayaan yang besangkutan secara
penuh karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena
pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.
- Kepribadian yang
menyimpang. Kepribadian
sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang
tuanya atau masyarakat bersangkutan. Orang tua dan masyarakat hanyalah
menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu perkembangan
tidak bisa memaksa individu untuk menjadi hitam semua atau putih semua.
Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan perkembangan
mempunyai dinamika tersendiri. Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu
tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita perluas
dengan menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa.
Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan
sosial-budaya yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu
besangkutan.
2.
Sarana pewarisan budaya belajar.
Usaha pewarisan budaya ini
perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Caranya adalah dengan melibatkan
berbagai institusi sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat,
lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai lembaga atau seseorang
penyalur informasi.
a.
Lingkungan
Pendidikan Keluarga. Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau
kelompok melakukan suatu identifikasi dilingkungannya, dan secara
perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam
keluarga menjadikan seseorang dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya,
baik saudara dekat maupun saudara jauh. Para orang tua atau kelompok yang sudah
mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara sumber aktifmelalui
tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai
kenyataan yang ada dilingkungan beserta perubahan-perubahan yang berlangsung
disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas
pengalaman, pengetahuan, yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara
melaksanakan pembelajaran itu senantiasa disesuaikan dengan perwujudan
kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain
sebagai hasil adaptasi dirinya dengan kebudayaan yang dianutnya. Keluarga
mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi
dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali di lingkungan
keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan
lingkungan pendidikan formal.
b.
Lingkungan
pendidikan masyarakat. Masyarakat
sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap
dan perasaan untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud
apabila di antara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan
kerja sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat
lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya
pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem
edukasi.
c.
Lingkungan
pendidikan sekolah. Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang
berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya
menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan
menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat
dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah dalam kerangka
pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru
melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan
atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat. Dan proses pewarisan budaya disekolah dilakukan secara
bertahap, terencana dan terus-menerus.
d.
Lingkungan
pendidikan media masa. Media masa adalah bagian dalam masyarakat yang bertugas
menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan sebagainya. Sifat media masa
adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan
menyangkut kepentingan bersama. Media masa sebagai media kontrol terjadinya
berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat. Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi
masyarakat. Banyak informasi yang diberitakan dan memuatnya berbagai
pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara
langsung tidak langsung akan memperluas wawasan para pembacanya.
F.
Pendidikan Sebagai Sosialisasi
Kebudayaan
Pada
dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup
kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin
interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Proses
hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian
pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan
sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam.
Sebagai
sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat
merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power), yang mampu menggiring
dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut,
baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya. Sebagai suatu
sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja secara ascribed,
tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia
itu dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya.
Proses
belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari
sistem “pengetahuan” yang diperoleh manusia melalui pewarisan atau transmisi
dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di sekolah atau lembaga
pendidikan formal lainnya, melainkan juga diperoleh melalui proses belajar dari
berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya.
Melalui
pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan hadir
dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat
setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses
perubahan tatanan sosio-kultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan
peradabannya. Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami
dinamika perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia.
Penggunaan alat dan sarana kebutuhan hidup
yang modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap manusia untuk memproduk
nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan
kehidupan sosial budaya. Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumen kekuatan
sosial masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat
yang relevan dengan tuntutan perubahan zaman.
Antara
pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks
kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran
nilai-nilai budaya. Kebudayaan bisa lestari apabila memiliki daya kerja yang
kuat dalam memberikan arahan para pendukungnya. Oleh karena itu kebudayaan
diturunkan kepada generasi penerusnya lewat proses belajar tentang tata cara
bertingkah laku.
G. Pendidikan dan Proses
Pembudayaan
Transmisi kebudayaan, nilai-nilai
kebudayaan bukanlah hanya sekadar dipindahkan dari satu bejana ke bejana berikut
yaitu kepada generasi mudanya,
tetapi
dalam proses interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi
merupakan agen yang kreatif dan bukan pasif. Di dalam proses pembudayaan
terdapat pengertian seperti inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan,
akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan serta
banyak lagi terminology lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Penemuan
atau Invensi
Dua
konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan dan kebudayaan.
Hal itu mengingat tanpa penemuan- penemuan yang baru dan tanpa invensi suatu
budaya akan mati. Suatu penemuan berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya
belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar atau di alam semesta ini. Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu
pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan suatu
revolusi kebudayaan terutama di negara-negara barat. Melalui invensi manusia
menemukan berbagai jenis obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan dan umur
manusia. Akan tetapi juga melalui kemajuan ilmu pengetahuan manusia menemukan
alat-alat pemusnah massal yang dapat menghancurkan kebudayaan global.
2. Difusi
Difusi
kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat
yang lebih maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat
setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang
lalu lebih bersifat perlahan-lahan. Namun hal itu berbeda dengan sekarang dimana
abad komunikasi mampu menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan intens,
maka difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat.
3. Akulturasi
Salah
satu bentuk difusi kebudayaan ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi
pembaruan budaya antarkelompok atau di dalam kelompok yang besar. Dewasa ini
misalnya unsur-unsur budaya Jawa telah masuk di dalam budaya sistem
pemerintahan di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama
pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan
unsure-unsur tersebut telah disosialisasidan diterima oleh masyarakat luas.
Begitu pula terjadi akulturasi unsur-unsur budaya antarsub-etnis di Nusantara
ini. Proses akulturasi tersebut lebih dipercepat dengan adanya sistem
pendidikan yang tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.
4. Asimilasi
Proses
asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antaretnis dengan subbudaya
masing-masing. Kita lihat misalnya unsur etnis yang berada di Nusantara kita
ini dengan subbudaya masing-masing. Selama perjalanan hidup negara kita telah
terjadi asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan
dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan
kadang-kadang dianggap tabu. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi
di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya.
5. Inovasi
Inovasi
mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat
pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih
tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Inovasi
merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia
yang terbuka dewasa ini.
6. Fokus
Konsep
ini menyatakan adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas
dan variasi dalam lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu.
Artinya berbagai kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya
kepada aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek
perdagangan, dan sebagainya. Proses pembudayaan yang memberikan fokus kepada
teknologi misalnya akan memberikan tempat kepada pengembangan teknologi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk berkembang. Tidak jarang terjadi dengan adanya fokus
terhadap teknologi maka nilai-nilai budaya yang lain tersingkirkan atau
terabaikan. Hal ini tentu merupakan suatu bahaya yang dapat mengancam
kelanjutan hidup suatu kebudayaan. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu
kita lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan penting
di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut tetapi juga
yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
7. Krisis
Konsep
tersebut merupakan konsekuensi akibat proses akulturasi kebudayaan. Timbul
krisis yang menjurus kepada hancurnya sendi-sendi kehidupan orisinil. Lihat
saja kepada krisis moral yang terjadi pada generasi muda yang diakibatkan oleh
masuknya nilai-nilai budaya Barat yang belum serasi dengan kehidupan budaya
yang ada. Krisis kebudayaan tersebut akan lebih cepat dan intens di dalam era
komunikasi yang pesat.
8. Visi
Masa Depan
Suatu
hal yang baru dalam proses pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa
depan. Terutama dalam dunia global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi
ke arah mana masyarakat dan bangsa kita akan menuju. Tanpa visi yang jelas
yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa
(Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan
bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa
yang disebut budaya global. Mengadopsi budaya global tanpa dasar kehilangan
identitasnya. Di sinilah letak peranan pendidikan nasional untuk meletakkan dasar-dasar
yang kuat dari nilai-nilai budaya yang hidup di dalam masyarakat Indonesia yang
akan dijadikan pondasi untuk membentuk budaya masa depan yang lebih jelas dan terarah.
H. Perkembangan Institusi
Pendidikan
Asal mula munculnya sekolah
adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua
tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Lembaga
pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Lembaga
pendidikan ada di masyarakat, hidup bersama-sama dengan warga masyarakat.
Antara masyarakat dan sekolah saling membutuhkan.Masyarakat membutuhkan agar
para siswa dan para remaja dibina di sekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan
agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah dengan memberikan
berbagai macam fasilitas.
Antara lembaga pendidikan
dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik. Pendidikan atau sekolah
memberi manfaat kepada masyarakat begitupula masyarakat memberikan dukungannya
kepada sekolah. Hubungan seperti itu jelas menguntungkan kedua belah pihak.
Wuradji (1988) juga menulis tentang sekolah sebagai kontrol sosial dan perubah
sosial. sebagai kontrol antara lain dengan memperbaiki kebiasaan-kebiasaan
jelek anak-anak di rumah dan di masyarakat. Dan sebagai perubah sosial antara
lain dengan menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik,
menciptakan ilmu dan teknologi baru.
Dari pendapat beberapa
ahli, manfaat sekolah atau pendidikan bagi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai transmisi budaya dan
pelestari budaya
2.
Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya
3.
Sekolah mengembangkan kepribadian anak
Perkembangan persekolahan tergantung kepada faktor-faktor,
antara lain kemampuan suatu masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan,
kemungkinan orang tua membebaskan anak-anaknya dari pekerjaan produktif
menolong orang tua, perhatikan dari kelompok-kelompok tertentu dalam mengawasi
penguasaan pengetahuan dari ketarampilan tertentu dan dalam memberi kesempatan
kepada generasi muda menguasainya untuk menjamin kesinambungan masyarakat dan
kelestarian pengetahuan.
Kebudayaan di dalam suatu masyarakat atau bangsa memiliki
arti dan fungsi tersendiri bagi anggotanya, antara lain:
1) Untuk memenuhi
kebutuhan pokok tertentu manusia.
2) Memproduksi dan
mendistribusikan barang-barang dan jasa.
3) Menjamin
kelestarian biologis .
4) Dapat menciptakan
suasana tertib dan memberikan motivasi kepada para anggotanya untuk bertahan
hidup.
BAB
III
PENUTUP
Budaya tercipta
atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi
yang ada di alam raya ini. Penerusan
Kebudayaan satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi
kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan
dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Transmisi budaya belajar adalah
suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk
dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan proses belajar. Transmisi
budaya belajar muncul sebagai pedoman agar acuan dan pedoman belajar tetap
terjaga, sekalipun kemungkinkan adanya
perubahan karena inovasi. Transmisi
budaya belajar itu sendiri dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah
karena waktu, kontak budaya, inovasi, asimilasi dan difusi budaya. Sehingga
menghasilkan proses terjadinya transmisi
budaya belajar. Adapun sarana-sarana untuk mentransmisikan budaya belajar,
diantaranya keluarga, sekolah, masyarakat dan media masa.
B. Saran
Transmisi budaya
belajar merupakan hal yang harus diperlihara dan harus berkesinambungan dan
berkelanjutan. Transmisi budaya belajar jangan sampai terputus, apalagi budaya
belajar yang baik tentunya. Untuk memahami tentang konsep transmisi budaya
belajar yang lebih dalam, anda diharapkan senantiasa membaca buku-buku yang
berkenaan dengan transmisi budaya belajar. Lalu kemudian anda mempraktekannya
melalui analisis dilapangan terkait dengan transmisi budaya belajar itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dadan,
Wahidin. (2009). Konsep, Transmisi dan Perubahan Budaya Belajar.
http:/makalahkumakalahmu.net/2009/03/Konsep-transmisi-dan-perubahan-budaya-belajar.html. Diakses 08 Oktober 2012
Ence,
Surahman. (2010). Transmisi Budaya Belajar.
http:/ncislam4ever.blogspot.com/2010/04/transmisi-budaya-belajar.html. Diakses 08 Oktober 2012
Erzuhedi.
(2008). Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Fendik,
Setyawan. (2012). Kajian Antropologi Teknologi Pendidikan.
http://imadiklus.com/2012/04/kajian-antropologi-teknologi-pendidikan.html. Diakses 08 Oktobe 2012
Ikha.
(2011). Pendidikan dan Perubahan Sosial-Budaya.
http://ikha.luphsosant.blogspot.com/2011/05/Pendidikan-dan-perubahan-sosial-budaya.html. Diakses 27 September 2012
Imran, Manan. 1998. Dasar-dasar
Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: P2LPTK
Konsorsium Ilmu Pendidikan. 1991.
Hasil Studi Penataan
Fakultas Bidang Ilmu Pendidikan.
Jakarta : Dirjen Dikti.
Yanleswandi.
(2011). Manusia dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar