Jumat, 16 Agustus 2013

Transmisi Budaya dan perkembangan Institusi Pendidikan


BAB I 

PENDAHULUAN


Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Mewariskan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lain melalui sebuah kegiatan pengiriman atau penyebaran sebuah kebiasaan/adat istiadat yang sulit untuk diubah disebut dengan transmisi budaya.
Kebudayaan, pendidikan, imu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang ada dimuka bumi ini. Sejalan dengan berjalannya waktu, hasil dari pemanfaatan akal manusia telah berhasil memperlihatkan hal-hal yang sangat luar biasa, fantastis, dan memberikan decak kekaguman kepada semua orang. Salah satu contoh sebagai hasil dari berpikirnya akhirnya manusia berhasil membuat kapal terbang, sehingga tidak kalah dengan burung, atau berhasil membuat kapal laut dan tidak kalah dengan ikan, bahkan akhir-akhir ini banyak sekali berbagai penemuan penting dalam berbagai seri kehidupan manusia, yang tentunya sangat bermanfaat untuk menunjang memudahkan orang menjalani kehidupannya, semisal adanya internet, yang telah menghubungkan orang dari berbagai belahan bumi, dan produk teknologi yang lainnya.
Kebudayaan akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang :
  1. Pengertian tentang manusia dan kebudayaan
  2. Manusia sebagai pencipta dan pengguna budaya
  3. Wujud kebudayaan
  4. Pengaruh budaya terhadap lingkungan
  5. Transmisi budaya dan pendidikan
  6. Pendidikan sebagai sosialisasi kebudayaan
  7. Pendidikan dan proses embudayaan
  8. Perkembangan institusi pendidikan
Dalam penulisan makalah ini tentunya bertujuan agar mahasiswa dapat menahami makna dari setiap materi yang akan dibahas.


BAB II

PEMBAHASAN


A.      Pengertian Tentang Manusia dan Kebudayaan
Banyak pakar dalam bidang sosial mendefinisikan kebudayaan secara istilah, diantaranya dua antropolog Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain (superorganic).
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149)
Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu- Zain)
Kebudayaan adalah, 1 segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budinya; 2 peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3 ilmu pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan manfaat kepadanya.

B.        Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini.  Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan  manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya.  Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia  menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1.   Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2.   Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3.   Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4.   Pembeda manusia dan binatang
5.   Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam    pergaulan.
6.   Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7.   Sebagai modal dasar pembangunan.
C.    Wujud Kebudayaan
Koentjaraningrat dalam Imran Manan (1989: 26) mengemukakan tiga wujud kebudayaan, yaitu :
a.       Wujud kompleks ide-ide
      Wujud ini ada dalam pikiran anggota suatu masyarakat atau telah dituangkan dalam berbagai media, maka akan ditemui dalam berbagai media cetak atau media elektronik. Dalam masyarakat, wujud ideal kebudayaan ini dinamakan adat atau tata kelakuan. Kebudayaan ideal ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat. Wujud ideal ini berbentuk nilai, hukum dan peraturan-peraturan.
b.      Wujud kompleks aktivitas kelakuan berpola
      Wujud ini adalah tingkah laku nyata yang berpola yang dapat diamati dalam aktivitas-aktivitas anggota-anggota masyarakat yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul berdasarkan tuntutan nilai, norma, peraturan atau adat istiadat tertentu. Kelakuan berpola ini dinamakan sistem sosial yang secara konkrit dapat diamati, didokumentasi, dan difilmkan
c.       Wujud benda-benda hasil karya manusia
      Wujud ini berupa hasil karya anggota-anggota suatu masyarakat dan semua benda-benda yang mempunyai makna dalam kehidupan suatu kelompok atau suatu masyarakat.

Wujud budaya belajar dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama,   perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak. Kedua, perwujudan budaya yang bersifat kongkrit. Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar. Perwujudan budaya belajar yang abstark berada dalam sistem gagasan atau ide yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi. Perwujudan   budaya belajar yang diperlihatkan secara konkrit berupa:
  1. Dalam perilaku belajar.
  2. Dalam ungkapan bahasa dalam belajar
  3. Hasil belajar berupa material.

D.    Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatulingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
  • Phisical Environment yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
  • Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
  • Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
  • Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
  • Out Carries Produc, Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas dan sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

E.     Transmisi Budaya dan Pendidikan
Tranmisi budaya adalah penyampaian kebudayaan dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Dalam penyampaian ini muncul beberapa istilah yaitu:
Enkultasi, menurut Heskovist dalam Manan (1989:30)
Enkulturasi adalah proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup sebagai anggota kelompok. Sedangkan enkulturasi menurut Hansen dan Gillin dalam (Manan,1989:30) adalah proses perolehan keterampilan bertingkah laku, pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi ideoligi dan sikap-sikap. Jadi, enkulturasi adalah proses ketika individu memilih nilai-nilai yang dianggap baik dan pantas untuk hidup bermasyarakat, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman bertindak.
Sosialisasi, Sujarwa (2005:9)
Mengatakan sosialisasi adalah proses penyesuaian diri individu ke dalam kehidupan kelompok dimana individu tersebut berada, sehingga kehadirannya dapat diterima oleh anggota kelompok lain.
Internalisasi, menurut Surjawa (2005:19)
Internalisasi adalah suatu proses dari berbagai pengetahuan yang berada di luar dari individu masuk menjadi bagian dari diri individu.
Pendidikan, Hansen dalam Manan (1989:31)
Mengatakan pendidikan adalah usaha yang disengaja dan bersifat sistematif untuk menyampaikan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan berpikir, dan bertingkah laku yang dituntut harus dimiliki oleh pelajar.
Persekolahan, masih menurut Hansen, persekolahan adalah pendidikan yang dilembagakan.

Transmisi Budaya dan Pendidikan. Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization (sosialisasi/pemasyarakatan), education (pendidikan), dan schooling (persekolahan).
Menurut Herskovits, bahwa enkilturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya.
Kesamaan dari konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi terlihat dari pernyataan Herkovits yang mengatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok.
Bagi Herskovits, pendidikan (education) adalah ”directed learning” dan persekolahan (schooling) adalah “formalized learning”. Dalam literature pendidikan dewasa ini dikenal istilah pendidikan formal, informal dan non-formal. Pendidikan formal adalah system pendidikan yang disusun secara hierarkis dan berjenjang secara kronologi mulai dari sekolah dasar sampai ke universitas dan disamping pendidikan akademis umum termasuk pula bermacam-macam program dan lembaga untuk pendidikan kejuruan teknik dan profesional.
Pendidikan informal adalah pendidikan seumur hidup yang memungkinkan individu memperoleh sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pengaruh-pengaruh yang ada di lingkungannya dari keluarga, tetangga. Label informal berasal dari kenyataan bahwa tipe proses belajarnya bersifat tidak terorganisasi dan tidak tersistematis. Pendidikan informal biasanya dilaksanakan dalam masyarakat sederhana dimana belum ada sekolah.
Karangan Margared Mead mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana (1942), dimana ia membedakan antara learning cultures dan teaching cultures atau kebudayaan belajar dan kebudayaan mengajar. Dalam golongan yang pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi yaitu dengan berperan serta dalam kehidupan rutin sehari-hari. Dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan untk dapat hidup dengan layak dalam masyarakat dan kebudayaan mereka sendiri. Dalam golongan yang kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.
Pendidikan non-formal merupakan kegiatan terorganisasi di luar kerangka sekolah formal atau sistem universitas yang ada yang bertujuan untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan tertentu, pengetahuan, sikap-sikap. Pendidikan non-formal memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan kemampuan dalam pekerjaan. Pendidikan non-formal lebih berorientasi terhadap menolong individu-individu memecahkan masalah mereka, bukan pada penyerapan isi kurikulum tertentu. Pengajaran dilakukan melalui kerjasama dengan guru, umpamanya dengan pekerja-pekerja ahli, pekerja sosial, penyuluh pertanian, dan petugas kesehatan
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
1.      Kepribadian dan budaya belajar.
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkaitan dengan aspek eksternal individu.
    1. Kepribadian yang selaras. Kepribadian yang selaras adalah kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadikan pendukung kebudayaan yang besangkutan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.
    2. Kepribadian yang menyimpang. Kepribadian sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya atau masyarakat bersangkutan. Orang tua dan masyarakat hanyalah menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu perkembangan tidak bisa memaksa individu untuk menjadi hitam semua atau putih semua. Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan perkembangan mempunyai dinamika tersendiri. Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita perluas dengan menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa. Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan sosial-budaya yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu besangkutan.
2.      Sarana pewarisan budaya belajar.
Usaha pewarisan budaya ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Caranya adalah dengan melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai lembaga atau seseorang penyalur informasi.
a.       Lingkungan Pendidikan Keluarga. Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi dilingkungannya, dan secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seseorang dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh. Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara sumber aktifmelalui tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada dilingkungan beserta perubahan-perubahan yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa disesuaikan dengan perwujudan kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasi dirinya dengan kebudayaan yang dianutnya. Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.
b.      Lingkungan pendidikan masyarakat. Masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem edukasi.
c.       Lingkungan pendidikan sekolah. Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah dalam kerangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dan proses pewarisan budaya disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.
d.      Lingkungan pendidikan media masa. Media masa adalah bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan sebagainya. Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Media masa sebagai media kontrol terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang diberitakan dan memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara langsung tidak langsung akan memperluas wawasan para pembacanya.

F.     Pendidikan Sebagai Sosialisasi Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam.
Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power), yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja secara ascribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya.
Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem “pengetahuan” yang diperoleh manusia melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya.
Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan tatanan sosio-kultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan peradabannya. Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia.
 Penggunaan alat dan sarana kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap manusia untuk memproduk nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan kehidupan sosial budaya. Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang relevan dengan tuntutan perubahan zaman.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya. Kebudayaan bisa lestari apabila memiliki daya kerja yang kuat dalam memberikan arahan para pendukungnya. Oleh karena itu kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat proses belajar tentang tata cara bertingkah laku.

G.    Pendidikan dan Proses Pembudayaan
            Transmisi kebudayaan, nilai-nilai kebudayaan bukanlah hanya sekadar dipindahkan dari satu bejana ke bejana berikut yaitu kepada generasi mudanya,
tetapi dalam proses interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi merupakan agen yang kreatif dan bukan pasif. Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian seperti inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan serta banyak lagi terminology lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


1.      Penemuan atau Invensi
Dua konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan dan kebudayaan. Hal itu mengingat tanpa penemuan- penemuan yang baru dan tanpa invensi suatu budaya akan mati. Suatu penemuan berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar atau di alam semesta ini.  Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di negara-negara barat. Melalui invensi manusia menemukan berbagai jenis obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan dan umur manusia. Akan tetapi juga melalui kemajuan ilmu pengetahuan manusia menemukan alat-alat pemusnah massal yang dapat menghancurkan kebudayaan global.
2.      Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang lalu lebih bersifat perlahan-lahan. Namun hal itu berbeda dengan sekarang dimana abad komunikasi mampu menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan intens, maka difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat.
3.      Akulturasi
Salah satu bentuk difusi kebudayaan ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya antarkelompok atau di dalam kelompok yang besar. Dewasa ini misalnya unsur-unsur budaya Jawa telah masuk di dalam budaya sistem pemerintahan di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan unsure-unsur tersebut telah disosialisasidan diterima oleh masyarakat luas. Begitu pula terjadi akulturasi unsur-unsur budaya antarsub-etnis di Nusantara ini. Proses akulturasi tersebut lebih dipercepat dengan adanya sistem pendidikan yang tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.
4.      Asimilasi
Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antaretnis dengan subbudaya masing-masing. Kita lihat misalnya unsur etnis yang berada di Nusantara kita ini dengan subbudaya masing-masing. Selama perjalanan hidup negara kita telah terjadi asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya.
5.      Inovasi
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
6.      Fokus
Konsep ini menyatakan adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas dan variasi dalam lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek perdagangan, dan sebagainya. Proses pembudayaan yang memberikan fokus kepada teknologi misalnya akan memberikan tempat kepada pengembangan teknologi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang. Tidak jarang terjadi dengan adanya fokus terhadap teknologi maka nilai-nilai budaya yang lain tersingkirkan atau terabaikan. Hal ini tentu merupakan suatu bahaya yang dapat mengancam kelanjutan hidup suatu kebudayaan. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu kita lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
7.      Krisis
Konsep tersebut merupakan konsekuensi akibat proses akulturasi kebudayaan. Timbul krisis yang menjurus kepada hancurnya sendi-sendi kehidupan orisinil. Lihat saja kepada krisis moral yang terjadi pada generasi muda yang diakibatkan oleh masuknya nilai-nilai budaya Barat yang belum serasi dengan kehidupan budaya yang ada. Krisis kebudayaan tersebut akan lebih cepat dan intens di dalam era komunikasi yang pesat.
8.      Visi Masa Depan
Suatu hal yang baru dalam proses pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama dalam dunia global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi ke arah mana masyarakat dan bangsa kita akan menuju. Tanpa visi yang jelas yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa (Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya global. Mengadopsi budaya global tanpa dasar kehilangan identitasnya. Di sinilah letak peranan pendidikan nasional untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat dari nilai-nilai budaya yang hidup di dalam masyarakat Indonesia yang akan dijadikan pondasi untuk membentuk budaya masa depan yang lebih jelas dan terarah.

H.    Perkembangan Institusi Pendidikan
Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Lembaga pendidikan ada di masyarakat, hidup bersama-sama dengan warga masyarakat. Antara masyarakat dan sekolah saling membutuhkan.Masyarakat membutuhkan agar para siswa dan para remaja dibina di sekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah dengan memberikan berbagai macam fasilitas.
Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat kepada masyarakat begitupula masyarakat memberikan dukungannya kepada sekolah. Hubungan seperti itu jelas menguntungkan kedua belah pihak. Wuradji (1988) juga menulis tentang sekolah sebagai kontrol sosial dan perubah sosial. sebagai kontrol antara lain dengan memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek anak-anak di rumah dan di masyarakat. Dan sebagai perubah sosial antara lain dengan menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, menciptakan ilmu dan teknologi baru.
Dari pendapat beberapa ahli, manfaat sekolah atau pendidikan bagi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai transmisi budaya dan pelestari budaya
2. Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya
3. Sekolah mengembangkan kepribadian anak

Perkembangan persekolahan tergantung kepada faktor-faktor, antara lain kemampuan suatu masyarakat untuk membiayai sistem persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan anak-anaknya dari pekerjaan produktif menolong orang tua, perhatikan dari kelompok-kelompok tertentu dalam mengawasi penguasaan pengetahuan dari ketarampilan tertentu dan dalam memberi kesempatan kepada generasi muda menguasainya untuk menjamin kesinambungan masyarakat dan kelestarian  pengetahuan.
Kebudayaan di dalam suatu masyarakat atau bangsa memiliki arti dan fungsi tersendiri bagi anggotanya, antara lain:
1)   Untuk memenuhi kebutuhan pokok tertentu manusia.
2)   Memproduksi dan mendistribusikan barang-barang dan jasa.
3)   Menjamin kelestarian biologis .
4)   Dapat menciptakan suasana tertib dan memberikan motivasi kepada para anggotanya untuk bertahan hidup.




BAB III

PENUTUP


Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Penerusan Kebudayaan satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Transmisi budaya belajar adalah suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan proses belajar. Transmisi budaya belajar muncul sebagai pedoman agar acuan dan pedoman belajar tetap terjaga, sekalipun  kemungkinkan adanya perubahan karena inovasi.  Transmisi budaya belajar itu sendiri dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah karena waktu, kontak budaya, inovasi, asimilasi dan difusi budaya. Sehingga menghasilkan proses  terjadinya transmisi budaya belajar. Adapun sarana-sarana untuk mentransmisikan budaya belajar, diantaranya keluarga, sekolah, masyarakat dan media masa.
B.    Saran
Transmisi budaya belajar merupakan hal yang harus diperlihara dan harus berkesinambungan dan berkelanjutan. Transmisi budaya belajar jangan sampai terputus, apalagi budaya belajar yang baik tentunya. Untuk memahami tentang konsep transmisi budaya belajar yang lebih dalam, anda diharapkan senantiasa membaca buku-buku yang berkenaan dengan transmisi budaya belajar. Lalu kemudian anda mempraktekannya melalui analisis dilapangan terkait dengan transmisi budaya belajar itu sendiri.





DAFTAR PUSTAKA

Dadan, Wahidin. (2009). Konsep, Transmisi dan Perubahan  Budaya Belajar.

Ence, Surahman. (2010). Transmisi Budaya Belajar.

Erzuhedi. (2008). Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.

Fendik, Setyawan. (2012). Kajian Antropologi Teknologi Pendidikan.

Ikha. (2011). Pendidikan dan Perubahan Sosial-Budaya.
Imran, Manan. 1998. Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: P2LPTK
Konsorsium Ilmu Pendidikan. 1991. Hasil Studi Penataan Fakultas Bidang Ilmu Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikti.

Yanleswandi. (2011). Manusia dan Kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar