BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tsunami, sebuah istilah yang
beberapa tahun terakhir hingga kini di Indonesia menjadi
sebuah momok yang sangat menakutkan. Hal ini
terjadi karena sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut dan
samudera, Indonesia sangat berpotensi terkena tsunami. Tsunami sendiri
merupakan bencana besar yang sanggup menghancurkan apa yang menghadangnya. 26 Desember 2004 pukul 7.58 minggu pagi, dunia juga tahu betul apa yang terjadi pada tanggal tersebut di Aceh.
Sebuah musibah Maha dahsyat di dunia yang terjadi dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir. Sekaligus menutup lembaran akhir tahun 2004 dengan fenomena kisah
sedih di hari minggu. Semua mata dunia tercengang dan tersentak diliputi lara.
Kini hampir
8 tahun Tsunami Aceh
telah berlalu. Penulis tidak akan
membahas kesedihan yang pernah terpatri di hati. Namun melalui teguran Allah itu
hendaknya kita bisa membuka
mata, telinga dan jujur pada diri sendiri tentang apa yang sudah
kita kerjakan di bumi Allah ini sehingga bencana Maha dahsyat itu menjadi layak
bagi kita. Hari ini yang harus diperbaiki adalah merenungi teguran Allah tersebut dan mampu menyikapinya dengan perubahan sikap yang lebih baik serta dapat mengambil
pelajaran berharga dari bencana tsunami tersebut.
Tsunami dahsyat di Aceh tidak hanya
melanda wilayah bagian Indonesia saja, akan tetapi terjadi hampir di seluruh pesisir Asia, mulai sumatera, Thailand, India,
Srilangka, Malaysia, Singapura bahkan sampai Afrika. Tsunami tersebut diawali
oleh sebuah gempa berkekuatan 9.3 Scala Richter dan merupakan gempa bumi
terbesar dalam 40 tahun sejarah gempa bumi di wilayah Asia. Tsunami di Aceh merupakan salah satu dari rentetan bencana tsunami yang
pernah hadir di bumi pertiwi ini. Bencana ini juga pernah melanda daerah
Pangandaran dan Mentawai Sumatera Barat. Gempa bumi yang diikuti gelombang
tsunami di lepas pantai barat Nanggroe Aceh Darussalam tersebut menyebabkan
jatuhnya korban jiwa lebih dari 150.000 orang di belasan negara yang berbatasan
dengan Samudra Hindia.
Tenaga yang dikandung dalam gelombang
tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan
kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk
hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang
terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Untuk mengurangi resiko akibat
tsunami ini sebenarnya telah hadir teknologi peringatan dini yang dikembangkan di
pesisir pantai Indonesia yang dapat
mengenali dan mengirimkan data ukuran, kecepatan dan arah tsunami dalam
hitungan detik. Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara
donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System -
InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) di Jakarta.
Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang
berpotensi mengakibatkan tsunami.
Sistem yang ada sekarang ini
sedang disempurnakan.
Instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan info gempa dan peringatan dini tsunami adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi. Sistem tersebut bisa menyelamatkan jutaan warga pesisir di sejumlah negara di kawasan Pasifik. Tentunya sistem tersebut memerlukan teknologi yang canggih, operator terlatih, dan terutama sistem komunikasi yang bisa menyampaikan data adanya tsunami ke sejumlah negara di Samudra Hindia.
Instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan info gempa dan peringatan dini tsunami adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi. Sistem tersebut bisa menyelamatkan jutaan warga pesisir di sejumlah negara di kawasan Pasifik. Tentunya sistem tersebut memerlukan teknologi yang canggih, operator terlatih, dan terutama sistem komunikasi yang bisa menyampaikan data adanya tsunami ke sejumlah negara di Samudra Hindia.
Namun secanggih apa pun sistem
deteksi awal gelombang tsunami tidak akan berarti apa-apa jika warga masyarakat
pesisir tidak mendapat peringatan sesegera mungkin. Jadi teknologi sensor gelombang tsunami hanya salah satu bagian dari sistem
peringatan dini. Hal terpenting adalah memberikan pendidikan kepada masyarakat
pesisir untuk mewaspadai adanya gelombang tsunami dan mengenal tanda peringatan
untuk waspada atau mengungsi dengan isyarat tertentu. Ketika permukaan air laut
di pantai tiba-tiba surut, maka masyarakat harus tahu untuk bersiap-siap
mengungsi, namun yang berbahaya adalah masyarakat yang tidak tahu, justru
langsung memburu tepi pantai karena air yang surut memunculkan ikan yang
tiba-tiba terdampar.
Karena begitu pentingnya masyarakat mengetahui
seluk beluk mengenai tsunami ini, termasuk dampak tsunami dan cara menekan
jumlah korban akibat tsunami tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji
tsunami dari sudut pandang filsafat ilmu. Kajian mengenai tsunami ini mencakup
aspek ontologi (apa sebenarnya yang dimaksud dengan tsunami), epistemologi (apa
penyebabnya dan bagaimana terjadinya tsunami) serta aksiologi (apa manfaat yang
bisa kita petik setelah mempelajari tsunami).
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan,
maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain:
1.
Apakah sebenarnya yang
disebut sebagai tsunami dari sudut pandang ontologi?
2.
Bagaimanakah terjadinya
tsunami dari sudut pandang aksiologi?
3.
Apakah manfaat dari mempelajari
bencana tsunami dari sudut pandang aksiologi?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Menjelaskan tentang tsunami
dari sudut pandang ontologi
2.
Menjelaskan terjadinya
tsunami dari sudut pandang aksiologi
3.
Menjelaskan tentang manfaat
mempelajari bencana tsunami dari sudut pandang aksiologi.
D.
Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:
1.
Tambahan pengetahuan dan
pemahaman kepada penulis, pembaca dan masyarakat pada umumnya, mengenai seluk
beluk bencana tsunami secara ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu.
2.
Tambahan pengetahuan
kepada pembaca tentang tanda-tanda terjadinya tsunami, hal-hal yang harus
dilakukan saat tsunami datang dan setelah terjadinya tsunami, sehingga pembaca
lebih siaga menyikapi bencana tsunami ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Ontologi Tsunami
1.
Pengertian Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu; tsu =
pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah
berarti "ombak besar di pelabuhan". Tsunami adalah perpindahan badan
air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan
tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi
bawah laut, longsor
bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang
tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang
tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya.
Di
laut dalam, gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam, setara dengan
kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk
hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang
terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Sejarawan
Yunani
bernama Thucydides
merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun
hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim.
Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami. Teks-teks geologi, geografi,
dan oseanografi di
masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".
Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di
dalam kerak bumi,
misalnya adanya patahan
atau adanya ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat
terekam oleh seismometer.
Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami seperti:
pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api
(vulkanik) adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi.
Jadi antara gempa bumi dan tsunami memang tidak bisa dipisahkan, karena sebelum
terjadinya tsunami selalu diawali dengan terjadinya gempa bumi, walaupun
penyebab tsunami tidak hanya berasal dari gempa bumi bawah laut.
Menurut Iwan (2006) “Tsunami adalah
rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900
km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman7000 m misalnya,
kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan
kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak
lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang
merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa,
tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di
laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara
10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara
sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat
puluhan meter dan bersifat merusak. Menurunnya kecepatan tsi ketika
mencapai pantai .
2. Mengaitkan
Tsunami dengan Kalamullah dalam Kitab Suci Al-quran
Secara
tegas kalimat tsunami tidak akan kita temukan dalam Al Quran, karena tsunami berasal
dari bahasa jepang. Tetapi kalau dihubungkan dengan defenisi yang diberikan
oleh Bakornas (2005) tsunami itu sendiri adalah sebagai gelombang laut dengan periode
panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut, tsunami ini
menimbulkan gelombang besar ke daerah pantai. Memperhatikan defenisi dari
tsunami tersebut, maka dalam Al Quran akan ditemukan 2 (dua) ayat yakni dalam
Surat Al Infithar ayat 3, ”dan apabila lautan menjadi meluap” dan Surat At
Takwiir ayat 6 “dan apabila laut dipanaskan”. Makna ke dua Surat tersebut,
adalah saling mempertegas, dimana laut akan meluap karena adanya proses
pemanasan di dasar bumi.
Menurut
teori, gangguan implusif seperti gempa tektonik, erupsi vulkanik, dan longsoran
(land slide). Tsunami menyebabkan
terjadinya bencana di darat dan di laut, sebagaimana yang dijelaskan pada Surat
Al An’am ayat 63, dimana Allah menanyakan kepada manusia yakni, Katakanlah:
“Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut. Jadi
Gambaran-gambaran
berkenaan dengan tsunami yang pasti berlaku banyak diterangkan oleh al-quran, Allah
memberikan kita peringatan agar kita sentiasa bersedia menghadapinya dengan
bekalan taqwa kepada Allah s.w.t dan itulah sebaik-baik bekalan.
3.
Enam
Bencana Tsunami Terbesar di Dunia
Banyak tsunami yang
telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Beberapa di antaranya adalah yang
terjadi di Indonesia, seperti tsunami yang menghantam wilayah Mentawai pada
Senin (25/10/2010) lalu dan tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu. Sejarah mencatat
bahwa selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, bencana tsunami sudah
terjadi di permukaan bumi (Ahhira: 2012). Berikut ini adalah
catatan sejarah tentang lima tsunami yang paling mematikan.
a. Tsunami Aceh
Tsunami ini terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004 akibat gempa berkekuatan 9,1 hingga 9,3 skala Richter.
Gelombang tsunami menyapu beberapa wilayah di Aceh, India, Sri Lanka, Thailand,
Maladewa, dan wilayah Afrika Timur. Sejumlah 226.000 jiwa tewas akibat tsunami ini dengan 166.000
jiwanya merupakan warga negara Indonesia. Gempa penyebab tsunami ini merupakan
gempa terbesar keempat yang terjadi dalam sejarah, sedangkan tsunaminya
merupakan tsunami yang terbesar. Jumlah orang yang meninggal mencapai 226.000
jiwa dengan 166.000 jiwanya merupakan orang Indonesia.
b. Tsunami di masa Yunani Kuno
Tsunami di masa Yunani Kuno ini
diketahui merupakan tsunami pertama yang terekam sepanjang sejarah. Sebab,
tsunaminya adalah meletusnya gunung yang berada di dekat Pulau Thera atau
Santorini. Jumlah orang yang tewas dalam tsunami ini tidak diketahui dengan
pasti, tetapi ditaksir mencapai lebih dari 100.000 orang. Gelombang tsunami diperkirakan
mencapai 15 meter. Sementara itu, tsunami yang terjadi pada tahun 1500 SM ini
diperkirakan menjadi sebab runtuhnya peradaban Minoa, salah satu peradaban yang
berkembang kala itu.
c.
Tsunami di
Portugal, Spanyol, dan Maroko
Tsunami ini terjadi akibat
gempa berpusat di dasar perairan Atlantik pada tahun 1755. Gelombang tsunami
menghantam kota-kota di Portugal, Spanyol, dan Maroko dengan kerusakan terparah
terjadi di wilayah kota Lisbon. Tinggi gelombang tsunami memang tak melebihi
Tsunami Krakatau, tetapi jumlah orang yang tewas jauh lebih banyak, sebanyak
60.000 orang.
d.
Tsunami
Laut China Selatan
Tsunami ini terjadi pada tahun
1782 di wilayah Laut China Selatan yang berdekatan dengan Taiwan. Sebab,
tsunami adalah gempa tektonik yang terjadi di dasar lautan. Tidak jelas pusat
gempa dan kekuatannya, tetapi sebanyak 40.000 orang tewas karenanya.
Berdasarkan katalog tsunami yang dipublikasikan Rusia, gelombang tsunami
menerjang daratan hingga sejauh 120 kilometer.
e.
Tsunami akibat
letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda.
Tsunami ini terjadi pada tahun 1883
dan membunuh sekitar 36.000 orang. Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh
letusan mencapai tinggi 40 meter dan menyapu setidaknya 165 desa di wilayah
Jawa dan Sumatera. Letusan Krakataunya sendiri merupakan letusan gunung api
yang terbesar dalam sejarah, menimbulkan suara yang begitu keras dan abu
vulkanik yang bahkan tersebar hingga ke Australia.
f.
Tsunami Jepang
Jepang adalah negara
yang sangat sering mengalami gemapa bumi. Tak jarang gempa-gempa tersebut juga
membawa bencana tsunami. Salah satu tsunami terdahsyat di dunia terjadi pada 15
Juni 1896. Tsunami yang disebabkan oleh gempa ini menciptakan gelombang
setinggi 30 meter dan menyapu seluruh pantai timur di wilayah jepang.
Setidaknya ada 27.000 orang tewas akibat tsunami tersebut.
B. Kajian Epistemologi Tsunami
1.
Karakteristik Fisika dari Gelombang Tsunami
Tsunami merupakan gelombang
seismik yang menjalar dari dasar laut ke bibir pantai. Sebagai sebuah
gelombang, tsunami bisa diidentifikasi karakteristik fisikanya. Menurut Ahhira
(2012) bahwa karakteristik dari gelombang tsunami yaitu:
a.
Kecepatan rambat tsunami (v)
Kecepatan
gelombang tsunami tergantung pada kedalaman air pada pusat terjadinya gangguan
seismik, kecepatan gelombang bisa mencapai 900 km/jam (560 mile/jam dan setara dengan kecepatan pesawat
terbang), namun melambat sampai kira-kira 50 km/jam (31 mile/jam) saat
gelombang mencapai pantai.
Cepat rambat gelombang
adalah kelajuan sebuah gelombang. Cepat
rambat gelombang pada laut normal adalah kira-kira 90 km/jam sementara tsunami
memiliki cepat rambat sampai 900
km/jam.
b.
Tinggi gelombang
Tinggi gelombang menunjukkan
jarak antara dasar dan puncak gelombang. Tsunami bisa sangat
merusak, karena ketinggian gelombang bisa mencapai 30 m (yang pernah tercatat).
Dampaknya berupa banjir, kontaminasi air garam pada pertanian, tanah dan sumber air juga berdampak pada bangunan,
struktur dan vegetasi sepanjang pantai.
c.
Amplitudo gelombang
Amplitudo menunjukkan
jarak diantara gelombang dan garis di atas air, biasanya ini sama dengan 0,5 dari tinggi gelombang. Tsunami
biasa memiliki tinggi dan
amplitude yang berubah-rubah yang tergantung dengan kedalaman air.
d.
Panjang gelombang
Panjang gelombang
didefenisikan sebagai jarak diantara dua titik identik
pada sebuah gelombang. Gelombang laut
yang normal memiliki panjang gelombang kira-kira 100 m. Tsunami memiliki
panjang gelombang yang jauh lebih panjang , biasanya diukur dalam kilo meter
dan sampai dengan 500 km.
e.
Perioda
Perioda adalah
besarnya waktu yang terpakai untuk satu gelombang penuh untuk melewati satu
titik stasioner. Tsunami
biasanya memiliki periode dalam
rentang 10 menit sampai 2 jam.
2. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi
jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti
letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami
adalah akibat gempa bumi bawah laut. Secara
rinci proses terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut:
ü Gempa terjadi karena adanya energi dari dalam bumi yang
mempunyai gelombang frekuensi yang sangat tinggi, kemudian gelombang tersebut
semakin lama semakin kuat dan gelombang dari dalam bumi itu timbul ke permukaan
bumi, berupa ledakan, pergeseran, lipatan, dan patahan. Proses gempa bumi
dimulai dengan keretakan di suatu titik pada suatu kedalaman dan menjalar di
sepanjang patahan atau sesar dalam waktu 1-3 menit atau lebih, tergantung
magnitudo (kekuatan) gempanya. Panjang bidang patahannya bergantung kepada
magnitudo gempa, berkisar antara 50-1000 km atau lebih. Bidang patahan atau
sesar memisahkan 2 blok dalam suatu volume bumi yang terpengaruh oleh
pergerakan tersebut. Patahan ini biasanya terjadi di daratan, tapi juga bisa
terjadi pada permukaan dasar laut. Patahan yang terjadi pada permukaan dasar
laut menyebabkan kerusakan plat tektonik secara mendadak.
ü Kerusakan plat tektonik dan pergerakan vertikal plat
tektonik di dasar laut secara mendadak mengubah posisi dan bentuk dasar laut.
Perubahan posisi dan bentuk dasar laut secara mendadak itu diikuti oleh perubahan tempat massa air laut secara
mendadak pula.
ü Terganggunya kestabilan air laut secara vertikal maupun horizontal. Gangguan stabilitas ini kadang
terlihat seperti air pasang surut di pantai beberapa saat sebelum tsunami
datang. Energi kinetik pergeseran plat tektonik tersebut terkonversi (berubah)
menjadi energi potensial air laut dalam volume yang sangat besar sebagai sumber
tsunami. Semakin besar kedalaman laut, kecepatan penjalaran gelombang tsunami
akan semakin tinggi. Semakin besar magnitudo (kekuatan) gempa dan semakin besar
kedalaman laut di pusat gempa, maka energi tsunami dan panjang gelombang akan
semakin besar, dan memperpanjang periode gelombang.
ü Gelombang tsunami bisa sangat panjang (mencapai 700 km)
dan bisa menyapu segala macam benda selama satu jam tanpa henti. Gelombang ini
bisa melintasi seluruh lautan tanpa banyak kehilangan tenaga. Ketinggian air
laut di pantai menyusut secara drastis sebelum gelombang tsunami menghantam.
Muatan energi yang sangat besar berupa hantaman tsunami di pantai dapat sangat
merusak. Bila terjadi di lautan dalam, tsunami bisa bergerak tanpa disadari.
ü Bagian atas gelombang bergerak lebih cepat dibanding
bagian bawah sehingga menyebabkan permukaan laut meningkat drastis. Ketika
sampai di perairan dangkal dekat pantai, kecepatan gelombang secara bertahap
akan mengalami pengurangan hingga 50 km/jam. Energi tsunami juga dapat tertahan
dan mengalami penurunan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah
halangan-halangan geologi seperti karang, teluk, aliran masuk sungai, dan
formasi bawah laut. Juga karena hambatan pasir pantai yang makin mendangkal,
pepohonan, tanggul, hingga rumah-rumah penduduk.
ü Gelombang yang tertahan ini akan bertumpuk dengan
gelombang yang datang berikutnya. Sehingga momentum yang dihasilkan semakin
besar dan semakin besar lagi. Demikian juga dengan tinggi gelombangnya. Yang
tadinya hanya beberapa kaki saja bisa bertambah tinggi sampai 30 m. Bahkan di
Teluk Lituya, Alaska, pada tahun 1958, terjadi peristiwa gelombang tsunami yang
tingginya mencapai 525 meter.
ü Gelombang tsunami mencapai daratan dengan tenaga dorong
yang kuat, yang mampu menghancurkan dan merusak segala jenis benda yang berada
di tepi pantai. Ketika gelombang tsunami menghantam suatu daerah, maka daerah
tersebut akan terbenam di dalam air laut setinggi run up (1-30 m),
kemudian surut kembali ke laut. Ketika surut, air laut tersebut membawa
hanyutbangunan yang hancur dan benda lainnya termasuk korban manusia ke tengah
laut. 10-12 menit kemudian, gelombang tsunami susulan datang dan menghempas
lagi secara berulang-ulang, sekitar 10-15 kali. Gambar 3 merupakan skema terjadinya tsunami:
Kecepatan gelombang tsunami tergantung
pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa
mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya
akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm
hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa
mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai
tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan
mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Jadi
disimpulkan bahwa penyebab terjadinya tsunami antara lain:
ü
Gempa bumi di dasar laut;
ü
Tanah longsor di dasar laut;
ü
Letusan gunung api di dasar laut; dan
ü
Jatuhnya meteor atau benda kosmis
a.
Tsunami
Akibat Gempa Bumi
Terjadinya
tsunami memang didahului oleh gempa bumi, namun tidak semua gempa bumi dapat
menyebabkan terjadinya tsunami. Berikut merupakan karakteristik gempa bumi yang
menyebabkan tsunami, yaitu:
ü
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan
dangkal (0 - 30 km);
ü
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya
6,5 Skala Richter; dan
ü
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar
turun
Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, yaitu daerah dimana terjadi pergeseran lempeng
tektonik yang menyusup atau menunjam ke lempeng tektonik lainya Di daerah
subduksi ini dapat terjadi gempa gempa dangkal , sedang dan dalam. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut
naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di
atasnya terganggu.
b.
Tsunami
Akibat Letusan Gunungapi
Runtuhan
gunung api yang ada di dasar laut dapat mengakibatkan gangguan air laut yang
dapat menghasilkan tsunami. Tahun
1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat.
Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal
hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai
gedung ini, kira-kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan
menewaskan lebih dari 36000 orang.
c.
Tsunami
Akibat Tanah Longsor
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Sekitar 81 juta ton es dan batuan
jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958. Longsoran ini terjadi karena
guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran
ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai 350-500 m saat
melanda lereng-lereng gunung dan menyapu pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya,
hanya dua orang pemancing ikan yang tewas. Seperti apa patahan akibat tanah
longsor bawah laut.
d.
Tsunami Akibat Kejatuhan Meteor atau Benda Kosmis
Seperti kita ketahui bumi merupakan salah satu planet
yang ada dalam susunan tata surya. Setiap hari bumi menerima hantaman meteor
atau benda langit lain. Namun ketika menerima meteor atau benda langit lain
yang besar maka bumi akan bergetar. Bergetar permukaan bumi disebabkan
jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa bumi jatuhan. Jika meteor jatuh ke dasar laut
dan menimbulkan gempa bumi, maka juga bisa menyebabkan tsunami.
3. Potensi Tsunami di
Indonesia
Indonesia merupakan negara yang rawan
terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan
lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua,
Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada umumnya
adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya gelombang tsunami antara
20 s.d 30 menit.
Selain
itu, pada data yang tercatat sejak 1975, Indonesia juga pernah diterjang tsunami regional yang memiliki daya terjang dalam radius 1.000
km dari sumbernya pada 19 Agustus 1977 di Sumbawa, 18 Juli 1979 di Pulau
Lembata, 12 Desember 1992 di Pulau Flores, 1 Januari 1996 di Sulawesi, 17
Februari 1996 di Irian Jaya, 17 Juli 2006 di selatan Pulau Jawa, dan 12
September 2007 di Bengkulu dan Sumatera Barat
(BMKG: 2012).
Jika
merujuk dari data tersebut, sudah menjadi keharusan bagi negeri ini memiliki
suatu sistem peringatan dini tsunami (Tsunami
Early Warning System/TEWS)
yang terintegrasi peringatan evakuasi bencana ke masyarakat.
4. Tsunami Early Warning System (TEWS)
Tsunami Early Warning System (TEWS) atau Sistem peringatan dini tsunami
adalah sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi tsunami dan kemudian
memberikan peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Sistem ini umumnya
terdiri dari dua bagian penting, yaitu jaringan sensor untuk mendeteksi tsunami
serta infrastruktur jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini adanya
bahaya tsunami kepada wilayah yang terancam agar proses evakuasi dapat
dilakukan secepat mungkin.
Gelombang tsunami memiliki kecepatan
antara 500 hingga 1.000 km/jam (sekitar 0,14-0,28 kilometer per detik) di
perairan terbuka, sedangkan gempa bumi dapat dideteksi dengan segera karena
getaran gempa memiliki kecepatan sekitar 4 kilometer per detik (14.400 km/jam).
Getaran gempa yang lebih cepat dideteksi daripada gelombang tsunami memungkinan
dibuatnya peramalan tsunami, sehingga peringatan dini dapat segera diumumkan
kepada wilayah yang terancam bahaya. Agar lebih tepat, gelombang tsunami harus
dipantau langsung di perairan terbuka sejauh mungkin dari garis pantai dengan
menggunakan sensor dasar laut secara real time.
Alat peringatan dini tsunami yang biasa digunakan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan
saat ini adalah “sistem BUOY”. Sistem BUOY ini merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada
laut dalam. Buoy
adalah sebuah alat pendeteksi tsunami (Deep-Ocean
Assessment and Reporting of Tsunami/DART) yang terapung di
permukaan laut dan merupakan bagian dari skema teknologi TEWS yang disandingkan
dengan perangkat OBU (Ocean
Bottom Unit) yang terpasang di dasar laut. OBU dipasang bersama seismometer untuk
mendeteksi kekuatan gempa di dasar laut. Ketika terjadi getaran gempa, OBU akan
mengirimkan informasi kekuatan gempa ke buoy.
Sistem
ini juga menggunakan pengukur
gelombang pasang yang terintegrasi dengan sistem
penerimaan GPS dalam menerima data level permukaan laut (vertikal dan
horisontal) di sembilan lokasi di Samudera Hindia. GPS (Global Positioning System) ini berfungsi untuk memberikan data
tentang posisi derajat lintang dan derajat bujur terjadinya
goncangan. Kemudian, Buoy secara real-time memancarkan
informasi lewat satelit pemancar untuk diteruskan ke master station yang ada
di daratan. Jika kekuatan gempa mengindikasikan tsunami maka pihak terkait yang
berada di master station langsung memberikan informasi ke beberapa institusi
untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat berupa alarm maupun
penyiaran darurat radio dan televisi.
Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami bekerja berdasarkan
gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. “Alat
inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami. Dari OBU, data dikirim
ke Buoy, kemudian dari Buoy dikirim ke satelit untuk diteruskan
ke stasiun penerima di Jakarta yaitu di BPPT dan Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG).
Dalam kondisi normal Buoy mengirim data tiap satu jam, namun jika
terjadi tsunami, Buoy akan mengirim data tiap satu menit. Waktu
pengiriman data dari OBU sampai ke stasiun penerima adalah 1 hingga 2 menit.
Dengan karakteristik kegempaan di wilayah laut Indonesia, info dari Buoy
diharapkan dapat diterima dalam waktu maksimum 5 hingga 15 menit setelah gempa,
namun tergantung lokasi Buoy terhadap pusat gempa. Dengan sistem ini
masyarakat punya cukup waktu untuk evakuasi. Selain
memberikan tuntunan dan petunjuk upaya penyelamatan bagi masyarakat ketika
terjadi tsunami, sistem peringatan dini
tsunami ini juga diharapkan untuk memperkecil potensi jumlah kematian dan
kerusakan akibat tsunami.
Keberadaan sistem Buoy tsunami ini telah ada di Pulau Siberut, tepatnya di koordinat 100 derajat
02 30 detik BT 15600 LS, antara Pulau Siberut dengan Kota Padang, tapi Buoy
ini belum dipasang OBU, sehingga Buoy tak bisa berfungsi. Pemasangan OBU ini dilakukan
dengan alat berat crane, karena berat OBU ini mencapai 3 ton,” ujarnya.
Dijelaskan Athur, OBU tersebut dibuat sendiri oleh BPPT yang hampir 100 persen
menggunakan produk Indonesia. Selain bergerak di bidang penelitian, BPPT juga
membuat alat-alat sistem peringatan dini Indonesia yang dipasang di laut, serta
menjalankan berbagai program lain yang berhubungan dengan kelautan (Habibi:
2008).
Selain di Sumbar, BPPT juga memasang alat pendeteksi tsunami di beberapa
daerah lain yang rentan tsunami, seperti di Simeulue Aceh, Pulau Aru dan
Halmahera di Maluku, dan di perairan Jawa bagian selatan. Di perairan Pagai
Selatan Mentawai juga telah terpasang alat peringatan dini, namun alat itu
dimiliki oleh Jerman. Begitu juga 2 alat pendeteksi di Samudera Hindia dekat
Kepulauan Mentawai dimiliki oleh Amerika, bukan Indonesia. Tak heran jika
informasi kejadian tsunami di Mentawai pada Oktober 2010 lalu lebih awal diketahui
oleh negara lain.
C.
Kajian Aksiologi dari Tsunami
1. Menentukan Sikap bijak Menghadapi
Bencana Alam
“Maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka
bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu
akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah
kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS : Yunus 23)
Kefanaan dan
kesementaraan hidup dan alam ini, dapat membuktikan betapa manusia tidak
akan berdaya menghadapi berbagai cobaan dan terjadinya bencana alam. Alam yang
semula indah dan ramah dengan segala isi kekayaannya yang dapat tiba-tiba
berubah menjadi beringas dan menakutkan. Bencana memang terjadi secara
tiba-tiba dan di luar persangkaan manusia. Ketika bencana datang, sadarlah
manusia bahwa mereka makhluk yang lemah, mereka dengan segera menyebut nama
Tuhannya sambil memanjatkan doa-doa agar diselamatkan.
Di balik
bencana tsunami yang terjadi di Aceh, dan sejumlah kejadian dan cerita yang
menakjubkan, betapa Allah SWT berkuasa dan berkehendak atas semua
kejadian. Di daerah Meulaboh, di antara puing-puing rumah penduduk yang rata
dengan tanah, sebuah mesjid masih berdiri dengan kokoh. Demikian pula
yang terjadi di kota propinsi, komplek Masjid Raya Banda Aceh yang letaknya
tidak jauh dari pantai justru luput dari terjangan ombak, bahkan mesjid ini
menjadi tempat penduduk berlindung dan mereka selamat. Areal pemakaman para
alim ulama dan kelompok ulma-aulia dilaporkan juga terhindar dari luapan air
laut. Ada anak-anak bocah yang terampung berhari-hari lamanya di lautan,
kemudian ditemukan oleh nelayan dan selamat. Di Srilangka, berdasarkan laporan wartawan,
meskipun banyak korban jiwa manusia yang bergelimpangan, tetapi anehnya
sangat sedikit dari binatang yang ikut mati.
Tugas manusia adalah mempelajari sedalam-dalamnya dari
apa yang terjadi di muka bumi ini, tetapi jangan pernah tanyakan tentang Dzat
yang menciptakan hal tersebut, karena akal manusia tidak akan sanggup
mempelajarinya. Belajar dari pengalaman bencana kita
bisa mengetahui langkah yang cukup bijak
untuk menghadapi tsunami., seperti melakukan mitigasi bencana (disaster
mitigation/reduction) sehingga risiko bahaya dapat diminimalisasi.
2. Mengetahui Dampak Bencana Tsunami
Dampak negatif yang diakibatkan
tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan
mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air
asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
a.
Dampak Kejiwaan
Bencana gempa dan gelombang
tsunami dapat membawa duka yang mendalam bagi siapa saja yang mengalaminya. Hal
ini dapat menyebabkan mereka mengalami depresi yang berat dan kondisi mental
yang memprihatinkan. Depresi dapat dideteksi dengan melakukan screening
atau deteksi awal gangguan kejiwaan. Tingkat depresi para korban tergantung
dari stressor yang mereka alami. Semakin berat stressor, maka
depresi yang dialami juga semakin berat.
b.
Dampak Sosial
Adanya suatu
bencana, termasuk tsunami, menyebabkan suatu negara mengizinkan masuknya orang
atau militer asing untuk melakukan tugas kemanusiaan. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kasus pelecehan seksual yang dilakukan warga negara asing yang
sedang melakukan misi kemanusiaan tersebut.
Kondisi daerah yang
terkena bencana tsunami memungkinkan terjadinya berbagai hal, mulai dari
tindakan pelecehan hingga praktek prostitusi yang melibatkan orang asing dan
para wanita. Terjadinya pelecehan seksual di daerah yang terkena bencana alam
disebabkan karena banyak wanita yang trauma dan putus asa akibat bencana alam
tersebut, selain faktor biologis manusia.
c.
Dampak Kesehatan
Walaupun tsunami
telah pergi, namun masih ada serangan penyakit akibat kerusakan pasca bencana
yang mungkin lebih menyengsarakan bila tidak diantisipasi dengan baik.
Bayangkan, beragam kuman dan virus mengintai di balik puing-puing rumah,
sekolah, pasar, mayat-mayat bergelimpangan, genangan air kotor, dan sampah.
Penyakit yang paling
banyak diserita korban tsunami adalah pneumonia, yaitu infeksi yang terjadi
setelah paru-paru penderita kemasukan cairan secara berlebihan, terutama air
laut yang telah bercampur dengan lumpur dan berbagai macam kotoran. Sepertiga
dari jumlah penderita penyakit ini adalah anak-anak.
Selain itu, masih ada 5
penyakit yang tak kalah potensial, yaitu ISPA, diare, campak, demam berdarah,
dan malaria. Dari kelima penyakit otu, yang paling banyak diderita adalah ISPA,
karena selain korban, para petuga kesehatan juga mudah terserang batuk pilek.
Penyebab utama percepatan penularan lima penyakit tersebut adalah karena
padatnya tingkat hunian di likasi-lokasi pengungsian, di samping daya tahan
tubuh yang terus menurun, kurangnya kebersihan diri, serta lingkungan yang tidak
terjaga.
d.
Dampak Fisik
Tsunami itu dapat membanjiri daratan hingga jauh.
Kekuatannya bisa mengangkat tembok-tembok besar, kendaraan, menghancurkan
rumah, dan lainnya. Ketika mencapai daratan, tsunami tidak selalu tampak
sebagai rangkaian gelombang raksasa. Ia bisa juga terlihat seperti gelombang
pasang yang amat cepat. Tsunami dapat juga menyebabkan bencana dalam bentuk
banjir bandang pantai, penggaraman tanaman pantai, dan kekurangan air bersih.
Untuk mengurangi kerusakan dan korban yang
ditimbulkan oleh tsunami, maka daerah pesisir pantai perlu mendapatkan
perlindungan. Namun perlindungan secara fisik hampir tidak mungkin untuk
dilakukan karena akan memerlukan biaya yang sangat besar. Konstruksi pelindung
hanya akan berfungsi secara efektif untuk melindungi teluk yang mempunyai mulut
tidak terlalu lebar. Konstruksi pelindung harus kuat untuk menerima tekanan
gelombang tsunami, disamping cukup tinggi untuk menghindarkan limpasan
gelombang.
3. Menemukan Cara Efektif Mengurangi Dampak Tsunami
Cara
yang paling efektif mengurangi dampak bencana tsunami adalah dengan melatih penduduk dalam
menghadapi tsunami dan menghindarkan pembangunan konstruksi di daerah yang
sering diserang tsunami. Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana tsunami, yaitu:
a.
Membuat
sistem peringatan dini melalui teknologi TEWS dengan rangkaian sistem BUOY.
b.
Relokasi
daerah permukiman yang rawan tinggi terhadap ancaman tsunami.
c.
Edukasi
kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami, misalnya
tanda-tanda kedatangan tsunami dan cara-cara penyelamatan diri, sehingga
masyarakat siap dan tanggap apabila suatu saat tsunami datang secara tiba-tiba.
d.
Membuat
jalan atau lintasan untuk menyelamatkan diri dari tsunami.
e.
Menanami
daerah pantai dengan tanaman yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang
(misalnya mangrove).
f.
Membiarkan
lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami.
g.
Membuat
shelter di daerah yang memungkinkan.
Bagaimana mengatasi kerugian material akibat gempa ini? Seperti kita
ketahui gempa selalu (walaupun tidak mutlak) memakan korban jiwa dan material.
Untuk mengatasi kerugian material sebenarnya kita bisa membangun rumah anti
gempa, Mahal? tentu saja harganya beda dari rumah biasa. Rumah kayu adalah
salah satu bangunan yang terbukti paling kuat dan tahan terhadap gempa.
Alasannya karena rumah kamu memiliki fondasi yang bisa mengikuti pergerakan
tanah. Sebenarnya rumah tembok pun bisa, di Jepang sendiri struktur rumah dan
bangunan mereka dibuat agar tahan gempa karena mereka sadar daerah Jepang rawan
gempa. Tentunya Indonesia perlu belajar ke Jepang jika ingin mengurangi
kerugian material akibat gempa.
4. Mengetahui Cara Penyelamatan Diri
Saat terjadinya Tsunami
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang
ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi
kenyamanan menikmati pantai dan lautan. Sebelum terjadinya tsunami terdapat tanda-tanda alam yang
bisa dilihat oleh orang awam yang berada di sekitar pusat goncangan seismik.
Tanda-tanda tersebut antara lain:
Cari tahu posisi gempa,
jika terjadi dipermukaan laut maka akan lebih berisiko terjadi tsunami.
Rasakan kekuatan gempa
semakin besar maka kemungkinan terjadi tsunami pun akan semakin besar, Namun
ini tidak mutlak.
Terjadinya surut air laut pada batas normal yang mendadak setelah gempa. Masyarakat
biasanya terjebak karena memperhatikan fenomena tersebut. Jadi fenomena ini
harusnya jangan dijadikan alasan untuk menunda penyelamatan diri.
Bau asin yang sangat menyengat dari arah pantai
Dari kejauhan tampak
gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
Hewan bertingkah aneh, sebenarnya ini belum terbukti namun banyak yang
mengemukakan perihal teori ini.
Sebagai
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, kita harus menyikapi bencana
tsunami dengan bijak, salah satunya menggunakan pengetahuan tentang tsunami
pada saat bahaya mengancam maupun sesudah terjadinya tsunami.
a.
Yang harus dilakukan pada saat tsunami datang
ü Jangan panik
ü Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai
tontonan. Apabila gelombang tsunami
dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang berbahaya
ü Jika air laut surut dari batas normal,
tsunami mungkin terjadi
ü Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang
lebih tinggi ajaklah keluarga dan orang disekitar turut serta. Tetaplah di
tempat yang aman sampai air laut benar-benar surut.
ü Jika sedang berada di pinggir laut atau
dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika
memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang
terdekat.
ü Jika situasi memungkinkan, pergilah ke
tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
ü Jika situasi tidak memungkinkan untuk
melakukan tindakan seperti di atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling
atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
ü Jika situasi memungkinkan, pakai jaket
hujan dan pastikan tangan anda bebas dan tidak membawa apa-apa.
ü Jika gelombang pertama telah datang dan
surut kembali, jangan segera turun ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang
berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan
pertolongan pertama pada korban.
ü Jika sedang berada di dalam perahu atau
kapal di tengah laut serta mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami,
jangan mendekat ke pantai, tetapi arahkan perahu ke
laut.
b.
Sesudah tsunami
ü Ketika kembali ke rumah, jangan lupa
memeriksa kerabat satu-persatu
ü Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali
setelah dinyatakan aman
ü Hindari instalasi listrik
ü Datangi posko bencana, untuk mendapatkan
informasi
ü Jalinlah komunikasi dan kerja sama dengan
warga sekitar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa
hal penting yang dapat disimpulkan dari pembahasan makalah ini, antara lain:
1.
Tsunami adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
2.
Karakteristik fisika dari gelombang tsunami antara lain:
·
Kecepatan rambat
gelombang tsunami tergantung kedalaman pusat gangguan seismik, bisa mencapai
900 km/jam.
·
Tinggi gelombang
tsunami bisa mencapai 30 meter.
·
Amplitudo gelombang
bisa mencapai 0,5 dari tinggi gelombangnya.
·
Panjang gelombang bisa
mencapai 500 km.
·
Perioda bisa mencapai
10 menit sampai 2 jam
3.
Penyebab terjadinya
tsunami antara lain: Gempa bumi
di dasar laut; tanah longsor di dasar laut;
letusan gunung api di dasar laut; dan jatuhnya
meteor atau benda kosmis ke dasar laut.
4.
Tsunami Early Warning System (TEWS) atau sistem peringatan dini tsunami adalah sebuah sistem
yang dirancang untuk mendeteksi tsunami dan kemudian memberikan peringatan
untuk mencegah jatuhnya korban. TEWS
menggunakan alat yang disebut “sistem BUOY”. Buoy
adalah sebuah alat pendeteksi tsunami (Deep-Ocean
Assessment and Reporting of Tsunami/DART).
5.
Manfaat mempelajari seluk beluk
tsunami antara lain:
·
Menentukan sikap bijak menghadapi
bencana bencana tsunami
·
Menentukan cara efektif mengurangi
dampak tsunami
·
Mengetahui cara penyelamatan diri
saat terjadi tsunami
·
Mengetahui dampak
B.
Saran
Ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan kepada
pembaca, umumnya kepada masyarakat mengenai bencana tsunami ini, yaitu:
1.
Sesuai dengan firman Allah dalam Al-quran “ Pelajarilah apa-apa yang
terdapat di bumi dan di langit”. Maka
dari itu, kita patut mempelajari tentang bencana
alam di sekitar kita, diantaranya gempa dan tsunami. Dengan mempelajari tsunami ini dengan baik, kita bisa mengetahui bagaimana tanda-tanda tsunami
akan terjadi dan akan lebih siap saat menghadapi terjadinya hal yang tidak di
inginkan.
2.
Peringatan dini tsunami yang sudah ada hendaknya benar-benar dihiraukan dan
dimanfaatkan dengan semestinya.
3.
Penulis lebih menghimbau agar kita semua lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME. Karena Dia-lah penguasa seluruh jagat raya ini. Atas
kehendak-Nya juga seluruh bencana di alam semesta ini dapat terjadi, termasuk tsunami. Semoga kita
senantiasa mengingat betapa tak ada artinya kita dibandingkan dengan Kebesaran
Allah.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Qurannul Karim
dan Terjemahannya.
Ahhira. 2012. Gempa Bumi dan Tsunami. www. Anneahira.com/makalah_
_gempa_bumi_dan_tsunami.htm. Diakses Tanggal 28
November 2012.
Ahmad. 2011. Tsunami Dalam Al-Quran. www. Arriesfamily.blogspot.com.html. Diakses Tanggal 28 November 2012.
Anonim. 2012.
Pengertian Tsunami. http://wikipedia.org/wiki/Tsunami. Diakses Tanggal 28 November 2012.
Anonim. 2008. INATEWS. http://www.antara.co.id/-arc/2008/11/11/presiden-yudhoyono-resmikan-peluncuran-inatews/. Diakses Tanggal
2 Desember 2012.
BMKG. 2012. BMKG Berikan Peringatan Dini Tsunami ke 23
Negara. Sains. Kompas.com. Jakarta: Kompas.
Fikrah. 2011. Penyebab
Terjadinya Tsunami. http://al-fikrah.net/index.php?name=TsunamiForums&file=viewtopic&p=679570#679570. Diakses Tanggal 2 Desember 2012.
Habibi. 2008. Teknologi Buoy. http://approdite1992.wordpress.com/2008/12/25/tekhnologi-buoy/. Diakses Tanggal
28 November 2012.
Iwan. 2012. Analisis Pasca Bencana Tsunami. ejurnal.bppt.go.id/index.php/article/download/7.12/659.
Diakses Tanggal 2
Desember 2012.
Rachman. 2011. Gempa yang Menyebabkan Tsunami. http://bukasitusmu.blogspot.com. Diakses Tanggal 2 Desember 2012.
VSI, Departemen
Energi dan sumber Daya Mineral. Pengenalan
Tsunami. Jakarta: VSI.
Yudith. 2010. Sistem Peringatan Dini Tsunami. http://www.faikshare.com/2010/11/sistem-peringatan-dini-tsunami.html. Diakses
Tanggal 25 November 2012.
Yusbi.
2009. Jenis dan Proses Terjadinya
Gempa. http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Gempa/hal4.htm. Diakses Tanggal 2 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar