BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
setelah mencapai pengetahuan.
Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis,
epistomologis dan aksiologi. Menurut
bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos yang berarti
ada, dan Logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Adapun dalam Kamus Filsafat Ontologi merupakan suatu studi tentang sisi
esensial dari yang ada. Kata epistemologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu episteme yang berarti pengetahuan atau
kebenaran dan logos yang berarti kata, pikiran, ilmu atau teori. Karena
itu secara etimologis, epistemologi berarti ilmu atau teori tentang pengetahuan
yang benar atau teori pengetahuan. Dalam kajian aksiologi ilmu membicarakan
untuk apa dan untuk siapa. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang
tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
Al Qur’an menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang
pertama kata jamak ‘jibal’ dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal
‘jabal’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘rawasi’ yang diulang sebanyak 10
kali. Begitu seringnya Al-qur’an menyebut gunung, mengisaratkan betapa penting
dan besarnya pengaruh gunung dan hikmah yang dikandungnya.
Koran Tempo Bandung pada 28
September 2012 memberitakan. Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 28 daerah di Indonesia yang
terancam letusan gunung api. Menurut Kepala PVMBG Surono, ada 12 gunung api
kini yang berstatus waspada. Sedangkan 5 gunung yang masih berstatus siaga,
yaitu Lokon, Soputan, Karangetang di Sulawesi Utara, Gamalama (Maluku Utara),
dan Gunung Ijen (Jawa Timur).
Indonesia adalah rumah bagi
gunung-gunung api paling berbahaya di dunia. Negara kepulauan ini memiliki 400 gunung api dan 127 di antaranya merupakan
gunung api aktif yang rutin meletus. Gunung-gunung api itu sambung-menyambung
nyaris tak terputus dari Sumatera sampai Jawa, Bali, Flores, lalu membentuk busur
ke arah Kepulauan Banda di Maluku dan Sulawesi bagian utara hingga berbatasan
dengan Filipina.
Beberapa pulau, seperti Flores, terbentuk dari
deretan gunung api yang kaki-kakinya saling menyambung. Bahkan, banyak pulau
yang sejatinya merupakan tubuh gunung api bawah laut yang menyembul ke
permukaan, seperti misalnya Pulau Rokatenda di Nusa Tenggara Timur, Pulau
Ternate, Tidore, dan Makian di Maluku Utara serta Kepulauan Banda di Maluku.
Beberapa gunung api yang tercatat memiliki letusan
terdahsyat dalam riwayat Bumi pernah terjadi di negeri ini. Lebih dari 140.000
jiwa tewas akibat letusan gunung api di Nusantara dalam kurun 500 tahun
terakhir; jumlah terbesar dari yang pernah ditanggung suatu negara. Namun, letusan terbesar dan meminta korban terbanyak dalam sejarah manusia modern
terjadi saat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus tahun 1815.
Bagi para ahli mitigasi bencana,
strategi pengosongan gunung api dari hunian penduduk barangkali pilihan paling
masuk akal, tetapi hal itu tidak mungkin dilakukan. Nyatanya, pulau-pulau
gunung api di Maluku dan Maluku Utara yang paling berbahaya arena kerap meletus
dan berada di zona rentan gempa dan tsunami pun tetap dihuni.
Di Indonesia, gunung api memang tidak hanya soal
geologi dan geofisika, tetapi juga masalah budaya. Berkah atau bencana dari
letusan gunung tergantung dari bagaimana manusia bernegosiasi dengan penguasa
gunung. Karena itu, hampir di semua gunung, terutama di Jawa dan Bali, terdapat
bangunan-bangunan suci yang digunakan sebagai sarana pemujaan.
Makalah ini akan mengkaji gunung meletus melalui sudut pandang
filsafat ilmu seperti yang telah di jelaskan di awal yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologinya. Dengan harapan besar, melalui peningkatan
pemahaman terhadap bencana, khususnya bencana gunung meletus, akan meningkatkan
kewaspadaan dan mitigasi bencana guna mengurangi dampak negative gunung
meletus/gunung berapi terhadap kita semua.
B.
Rumusan
Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah: Bagaimanakah
Gunung Meletus dalam pandangan filsafat ilmu ditinjau dari ontologi,
epistemilogi dan aksiologinya?
C.
Batasan
Masalah
Dalam
tulisan ini, kajian dibatasi pada hal-hal berikut:
- Ontologi, tentang
hakikat dari gunung meletus
- Epistimimologi,
tentang asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya/validnya
pengetahuan atau bagaimana kita mendapatkan pengetahuan
tentang gunung meletus
- Aksiologi,
membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan tentang gunung meletus
D.
Tujuan
Penulisan
Penulisan makalah tentang gunung
meletus/gunung berapi dalam tinjauan filsafat ilmu ini bertujuan untuk:
- Melihat gunung
meletus melalui pandangan filsafat ilmu
- Peningkatan
pemahaman tentang gunung meletus
- Meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana alam khususnya gunung meletus
- Untuk
menjadi pelajaran terhadap ayat yang tertulis di alam, sehingga kita
menyadari betapa maha besarnya kekuasaan Allah SWT.
BAB II
TINJAUAN FILSAFAT ILMU TENTANG GUNUNG MELETUS
A.
ONTOLOGI
Gunung meletus merupakan peristiwa
yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa
batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai
sejauh radius 90 km.
Gunung
meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung
berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras
sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh
radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta
benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi
putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi (sumber:MPBI)
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung
berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
1. Indonesia Rawan Ancaman Gunung Meletus
Penanggulangan
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 28 daerah di
Indonesia yang terancam letusan gunung api. Menurut Kepala PVMBG Surono, ada 12
gunung api kini yang berstatus waspada. Sedangkan 5 gunung yang masih berstatus
siaga, yaitu Lokon, Soputan, Karangetang di Sulawesi Utara, Gamalama (Maluku
Utara), dan Gunung Ijen (Jawa Timur).
Menurut
Surono, pemerintah daerah dan badan Penanggulangan Bencana Daerah disarankan
memiliki rencana penanganan bencana gunung api. Mulai dari latihan evakuasi,
dan yang juga penting yaitu jalur evakuasi. "Penandaan jalur dengan tanda
panah di daerah rawan bencana sebaiknya dilakukan tanpa membuat panik
masyarakat," katanya di Aula Barat ITB, Kamis, 27 September 2012.
Surono
mengatakan, ada lebih dari 20 gunung api yang bisa menghasilkan 5 juta
pengungsi ketika muncul letusan. Belajar dari penanggulangan bencana di Gunung
Merapi 2010, perhitungan ilmiah harus dipadukan dengan kearifan lokal, budaya,
dan kebiasaan masyarakat setempat untuk memindahkan penduduk sementara dari
ancaman bahaya.
Berikut
daftar Kota Volkano di Indonesia:
a. Dataran Dieng yang dihuni 1,5 juta
jiwa lebih. Sumber ancaman: Kawasan pegunungan Dieng.
b. Ternate, berpenduduk 185 ribu orang
lebih. Sumber ancaman: Gunung Gamalama.
c. Bitung, Sulawesi Utara, berpenghuni
187 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Tangkoko
d. Kotamobagu, Sulawesi Utara,
berpenduduk 107 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Ambang.
e. Cimahi, Jawa Barat, berpenghuni 500
ribu lebih orang. Sumber ancaman: Gunung Tangkuban Parahu.
f. Garut, Jawa Barat, penduduk 136 ribu
orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Guntur, Papandayan, dan Galunggung.
g. Bogor, Jawa Barat, 950 ribu orang
lebih. Sumber ancaman: Gunung Gede, Salak.
h. Menado, Sulawesi Utara, 410 ribu
orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Mahawu, Lokon-Empung.
i.
Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, 126 ribu orang lebih.
Sumber ancaman: Gunung Dempo.
j.
Sukabumi, Jawa Barat, berpenduduk 281 ribu orang lebih.
Sumber ancaman: Gunung Gede, Salak.
k. Batu, Jawa Timur, berpenghuni 190
ribu lebih. Sumber ancaman: Gunung Arjuno-Welirang, Kelud.
l.
Payakumbuh, Sumatera Barat, 116 ribu lebih
orang. Sumber ancaman: Gunung Marapi.
m. Bukittinggi, Sumatera Barat, berpenduduk 111
ribu lebih orang. Sumber ancaman: Gunung Marapi dan Tandikat.
n. Boyolali, Jawa Tengah, hampir 60
ribu orang. Ancaman dari Gunung Merapi.
o. Bandung, Jawa Barat, lebih dari 2,3
juta penduduk. Ancaman dari Gunung Tangkuban Parahu.
p. Tasikmalaya, Jawa Barat, lebih dari
635 ribu penghuni. Ancaman dari Gunung Galunggung.
q. Cianjur, Jawa Barat, lebihd ari 140
ribu orang lebih. Ancaman dari Gunung Gede.
r.
Magelang, Jawa Tengah, berpenduduk 118 ribu lebih. Sumber
ancaman dari Gunung Sumbing dan Merapi.
s. Sleman, Yogyakarta, hampir 70 ribu
penduduk. Sumber ancaman: Gunung Merapi.
t.
Malang, Jawa Timur, dihuni 820 ribu lebih penduduk. Ancaman
dari Gunung Arjuno-Welirang.
u. Blitar, Jawa Timur, penduduk 131
ribu orang lebih. Ancaman dari Gunung Kelud.
v. Lumajang, Jawa Timur, dihuni 95 ribu
lebih penduduk. Ancaman dari Gunung Lamongan.
w. Purwokerto, Jawa Tengah, hampir 250
ribu penduduk. Ancaman dari Gunung Slamet.
x. Salatiga, Jawa tengah, lebih dari
170 ribu lebih orang. Ancaman dari gunung Merapi.
y. Klaten, jawa Tengah, penduduk 123
ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Merapi.
z. Cirebon, Jawa Barat, dihuni hampir
300 ribu orang. Sumber ancaman: Gunung Ciremai.
aa. Probolinggo, Jawa Tengah,
berpenduduk 217 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Lamongan.
bb. Yogyakarta, dihuni 388 ribu orang
lebih. Sumber : Ancaman Gunung Merapi (kompas.com 2012/11/16)
2. Ciri-ciri gunung berapi akan meletus
Gunung
berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain,
yaitu:
a. Suhu di sekitar gunung naik.
b. Mata air menjadi kering
c. Sering mengeluarkan suara gemuruh,
kadang disertai getaran (gempa)
d. Tumbuhan di sekitar gunung layu
e. Binatang di sekitar gunung
bermigrasi
3.
Tipe-tipe Letusan gunung berapi
Jika di tinjau dari tipe-tipe letusan gunung berapi,menurut
Belantara Indonesia (2011), letusan gunung berapi dapat dibagi kedalam beberapa
tipe:
a. Tipe Plinian
Letusan
Plinian, juga dikenal sebagai 'letusan Vesuvian', letusan gunung
berapi yang ditandai oleh kesamaan mereka untuk letusan Gunung Vesuvius di AD 79 (seperti yang
dijelaskan dalam surat yang ditulis oleh Plinius Muda, dan yang membunuh pamannya Pliny the Elder). Letusan Plinian yang ditandai dengan kolom gas
dan abu vulkanik memperluas tinggi ke stratosfer, lapisan atmosfer tinggi. Karakteristik kunci
pengusiran sejumlah besar batu apung dan sangat kuat letusan ledakan gas terus
menerus. Ejecta volumenya > 1 km³ dan plume 20 – 35 km.
b. Tipe Strombolian
Letusan strombolian relatif rendah tingkat letusan
gunung berapi, dinamai setelah gunung berapi Stromboli Italia,
di mana letusan tersebut terdiri dari pengusiran cinder pijar, lapili dan bom
lava ke ketinggian puluhan hingga ratusan meter. Mereka kecil dan
menengah dalam volume, dengan kekerasan sporadis. Dengan ejecta volume > 10,000
m³ dan plume 100 – 1000 m.
c. Tipe Vulcan
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Giuseppe Mercalli, menyaksikan 1888 -
1890 letusan di Pulau Vulcano.
Deskripsi tentang gaya letusan sekarang digunakan di seluruh dunia untuk
letusan ditandai oleh awan tebal abu - sarat gas yang meledak dari kawah dan
naik tinggi di atas puncak.Ejecta volumenya > 1,000,000 m³ dan plume 1 - 5
km.
4. Hasil letusan gunung berapi
Berikut
ini adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
a.
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut
antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen
Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat
membahayahan manusia.
b.
Lava dan aliran pasir serta
batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari
dalam Bumi ke permukaan melalui
kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental
akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk
bermacam-macam batuan.
c.
Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Lahar adalah merupakan
salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng gunung berapi. Lahar
adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan
vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan
lahar hujan.
Lahar letusan terjadi
apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas bercampur
dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran
material letusan dengan air hujan di sekitar puncaknya.
d. Abu letusan
Yakni
material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai
ratusan kilometer jauhnya.
e. Awan panas
Awan panas bisa berupa awan panas
aliran, awan panas hembusan dan awan panas jatuhan. Awan panas aliran adalah
awan dari material letusan besar yang panas, mengalir Turun dan akhirnya
mengendap di dalam dan disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah
awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan
mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas
besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material
berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh
mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan
angin. Awan panas bisa mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak
bernafas. Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan.
Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan
material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas
dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan,
leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
f. Permasalahan pernafasan
Kesulitan penglihatan, pencemaran
sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan
kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur.
B.
EPISTIMOLOGI
Secara epistemologi,
berarti ilmu atau teori tentang
pengetahuan yang benar atau teori pengetahuan yang terdapat pada Gunung Meletus
dapat dilihat pada.
- Gunung
meletus dalam tinjauan Al-qur’an
Penulis meninjau,
Al-qur’an menyebut gunung lebih dari 60 kali baik dalam kalimat tunggal maupun
jamak, dengan arti yang jaly maupun majasi. sebegitu banyaknya keterangan
tentang gunung, tentu menyiratkan betapa gunung begitu penting. Setidaknya ada
beberapa hikmah yang tersirat dari sebuah gunung, diantaranya:
a. Karunia Yang Diberikan Allah melalui Gunung
1) Dan gunung-gunung sebagai pasak. (Q.S. An Naba' : 7)
2) Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan
Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S An Naml : 88)
3) …dan
telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud. Dan kamilah yang melakukannya. (Q.S. Al Anbiyaa' : 79)
b.
Bencana
Yang Diberikan Allah melalui Gunung
1)
Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: "Tuhanku akan
menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, (Q.S. THaahaa : 105)
2) Dan
gunung-gunung
menjadi seperti bulu (yang berterbangan),
(Q.S Al Ma´aarij :9)
3) Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, (Q. S. Al Waaqi'ah : 4-6)
- Terjadinya
Gunung Berapi
Gunung adalah suatu daerah daratan yang
mempunyai perbedaan tinggi yang menyolok dengan daerah sekitarnya. Sebuah
gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan,
dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal.
Misalnya, Ensiklopedia Britannica
mendefinisikan gunung apabila memiliki puncak lebih 2000 kaki atau 610
m.
a. Proses
Terjadinya Gunung
Gunung terjadi karena adanya proses gaya
tektonik yang bekerja dalam bumi yang disebut dengan orogenesis dan
epeirogenesis. Dalam proses orogenesis ini sedimen
yang terkumpul menjadi berubah bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan
lempeng tektonik. Purnomo (2012).
Ada tiga tipe tumbukan lempeng tektonik,
antara lempeng busur kepulauan dan benua, lautan dan benua, dan antara benua
dengan benua. Tumbukan lempeng lautan dan benua menimbulkan deposit sedimen laut
terhadap tepi lempeng benua. Tumbukan antara lempeng busur kepulauan dengan
benua berakibat lempeng lautan menyusup ke lapisan asthenosfir dan batuan
vulkanik dan sedimen menumpuk pada sisi benua sehingga terjadilah pegunungan
Sierra Nevada di California pada zaman Mesozoic. Sedangkan tumbukan lempeng
benua dengan benua merupakan proses pembentukan sistem pegunungan Himalaya dan
Ural.
Sedangkan dalam proses epeirogenesis
merupakan gerakan yang membentuk benua yang bekerja sepanjang jari-jari bumi.
Proses ini juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah atau menjauhi
titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya
lebih lambat dibandingkan dengan proses orogenesis. Pembentukan dataran rendah
(graben) dan dataran tinggi (horts) adalah salah satu contoh proses
epeirogenesis.
Proses pembentukan gunung berlangsung
menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang
lalu. Misalnya pegunungan Himalaya terbentuk mulai dari 45 juta tahun yang
lalu, sedangkan pegunungan Appalache terbentuk mulai dari 450 jutan tahun yang
lalu.
b.
Model terjadinya gunung mengalami tiga tingkatan proses, yaitu:
1)
Akumulasi sedimen: lapisan
lapisan sedimen dan batuan vulkanik menumpuk sampai kedalaman beberapa
kilometer.
2)
Perubahan bentuk batuan dan
pengangkatan kerak bumi:sedimen yang terbentuk tadi mengalami deformasi karena
adanya gaya kompresi akibat tumbukan antar lempeng-lempeng tektonik.
3)
Pengangkatan kerak bumi akibat
gerakan blok sesar: tumbukan antar lempeng akan mengangkat sebagian kerak bumi
sebagai lipatan lebih tinggi dari sekitarnya sehingga terbentuk gunung.
Sedangkan jika terjadi gaya tegangan atau tarikan antar lempeng maka akan
terbentuk graben (lembah).
Sebelum terbentuk pegunungan Himalaya ,
terjadi gerakan lempeng India ke arah lempeng Eurasia. Lempeng India merupakan
komposisi batuan yang sangat tua 2-2,5 milyar tahun.
Titik referensi yang berwarna kotak kuning
masih berada dibawah. Setelah mengalami proses tumbukan yang lama antara dua
lempeng tersebut maka sebagian dari tepi lempeng India terangkat dimana
terlihat kotak kuning berubah posisi ke tempat yang lebih tinggi.Sehingga
terbentuklah pegunungan Himalaya saat ini.
Kulit bumi yang sebelumnya dalam kondisi
seimbang, mendapat gaya tektonik yang saling berlawanan arah (gaya regangan)
akibat desakan panas ke atas, sehingga menimbulkan retakan (cracking). Proses
tektonik ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu geologi yang cukup
lama. Blok yang retak menjadi turun akibat gaya tarik gaya berat sehingga
terbentuk
c. Berbagai jenis Gunung Berapi berdasarkan bentuknya
1) Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah
sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis
batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang
bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.
Gunung Merapi merupakan jenis ini.
2)
Shield Volcano
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih
cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam),
bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang
bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
3)
Cinder Cone Volcano
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik
menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk
mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di
sekitarnya.
4)
Kaldera Volcano
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan
jenis ini.
- Rangkaian Gunung api di Muka
Bumi
Sistem rangkaian jalur pegunungan di bumi
meliputi Pegunungan Cordillera, Amerika Utara, Pegunungan Andes, Alpin, Ural,
Appalache, Himalaya, Caledonia dan Tasmania. Gambar di bawah ini menunjukkan
Peta Rangkaian Gunung-Gunung di Bumi.
Ahli Geologi mengklasifikasikan gunung
menurut ketinggiannya yaitu gunung tinggi, menengah dan rendah. Warna merah
pada peta menunjukkan gunung-gunung tinggi seperti pegunungan Himalaya, Andes ,
warna jingga menunjukkan gunung dengan tinggi menengah seperti pegunungan Ahaggar
di Algeria sedangkan warna kuning menunjukkan gunung dengan ketinggian rendah
seperti pegunungan Meratus di Kalimantan, Indonesia.
- Detektor Gunung Meletus
Tim penelitian gas berbahaya dilandasan
peluncuran pesawat ruang angkasa NASA
membangun sistem peringatan dini terhadap letusan gunung berapi.
Sehingga orang disekitar gunung berapi akan cepat tanggap terhdap gas
berbahaya dan letusan gunung. Tim ini
membuat alat pendeteksi gas berbahaya dengan memperkecil peralatan yang biasa
digunakannya
Griffin dan timnya mungkin hanya perlu waktu
singkat dalam lembangun sistem itu. Pasalnya, mereka sudah aktif dalam penelitian gas berbahaya dalama
peluncuran pasawat ruang angkasa. “ Ada
berbagai jenis letusan gunung berapi ,
beberap memiliki jenis gas dan
sebagian lain tidak punya gas ,’’ kata Griffin. “ide jangka panjangnya, kami
akan mencirikan gunung berapi. Kemudian
jika gunung berapi lebih aktif, kami
bisa mendapatkan gagasan lebih baik
mengenai seberapa aktif dan seberapa kuat letusan dan gas yang keluar.
Griffin, merupakan kepala anallis kimia
NASA Kennedy Space Center, tidak pernah mengamati gunung berapi. “ Proyek ini dimulai sebagia cara
mendorong batas-batas dengan system
antar jemput, ‘ kata Richard Arkin dari ASRC Aerospace, rean pendesain
detector. “Kami ingin membuatnya lebih kecil, lebih kuat dan lebih ringan tetapi tetap mempertahankan kemampuan
operasional dan pemeliharaan”
Mereka menetapkan membuat unit yang relative otonom, tetepi masih dapat
diandalkan dalam ramah lingkungan.
Detektor sebesar 75 kilogram, setinggi 9 inci atau sedikit lebih besar
dari tas ransel sehingga memungkinkan membuat alat ini dibawa
dalam ransel.
Pengujian pertama alat itu akan
dilakukan ditanah Kosta Rika dimana
sebagian besar penduduk tinggal disekitar
atau dekat empat gunung berapi
aktif.
Mereka tidak hanya khawatir tentang
letusan tiba tiba, tetapi juga kon sentrasi Koran dioksida tinggi gunung api Gas cendrung membunuh semua vegetasi dan
ternak didekat daerah ini, tetapi orang tidak dapat melihat karbon dioksida.
Detektor menunjukan cara pencari kantong
gas dan bagaimana mereka berubah. “itu adalah sesuatu yang saya tidak
pernah berpikir untuk melakukan,” kata
Arkin. Tim
juga menempatkan detektor dikursi belakang
mobil guna mengambil contoh udara di
Kosta Rika. Dimasa mendatang, Griffin meletakkannya keatas gunung menggunakan
pesawat tanpa awak. Hasil temuannya diharapkan bias memberikan informasi bagi peneliti
menentukan kapan dan bagaimana gunung berapi akan meletus.
C.
AKSIOLOGI
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Dengan
mempelajari tentang gunung meletus kita mendapat manfaat dengan mengetahui:
- Hal yang dilakukan untuk
menghadapi gunung meletus/gunung berapi adalah sebagai berikut:
a. Persiapan menghadapi Letusan gunung
Berapi
1) Mengenali daerah setempat dalam
menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
2) Membuat perencanaan penanganan bencana
3) Mempersiapkan pengungsian jika
diperlukan
4) Mempersiapkan kebutuhan dasar
(pangan, pakaian alat perlindungan)
b. Jika terjadi Letusan gunung Berapi
1) Hindari daerah rawan bencana seperti
lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar
2) Di tempat terbuka, lindungi diri
dari abu letusan dan awan panas
3) Persiapkan diri untuk kemungkinan
bencana susulan
4) Kenakan pakaian yang bisa melindungi
tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
5) Gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau lainnya
6) Jangan memakai lensa kontak
7) Pakai masker atau kain menutupi
mulut dan hidung
8) Saat turunnya awan panas usahakan
untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
c. Setelah terjadinya Letusan Gunung
Berapi
1) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2) Bersihkan atap dari timbunan Abu,
karena beratnya bisa merusak ataun meruntuhkan atap bangunan
3) Hindari mengendarai mobil di daerah yang
terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling hingga
pengapian.
- Akibat gunung meletus
Kerugian yang kita alami terutama
adalah berupa jiwa dan harta benda karena:
a. Dapat merusak bangunan
b. Kebakaran hutan akibat aliran lava
c. Tebaran abu yang sangat tebal dan
meletus dapat merusak kesehatan dan mengotori sarana yang ada
d. Bentuk muka bumi akibat diatropisme
yang merupakan proses pembentukan kembali kulit bumi seperti pembentukan
gunung-gunung, lembah lembah, lipatan-lipatan dan retakan-retakan. Proses
pembentukan lembah kulit bumi tersebut karena adnya tenaga teknonik
- Manfaat gunung meletus
Keuntungan yang kita peroleh setelah
vulkanisme berlangsung antra lain:
a. objek wisata berupa kawah
b. sumber air panas yang memencar
c. sumber energi panas bumi
d. tanah subur yang akan diperoleh
setelah beberapa tahun kemudian.
- Mitigasi
bencana gunung meletus
Di Indonesia
mitigasi bencana secara intruksional dilaksanakan oleh BMKG. Hal-hal yang dilakukan dalam
pemitigasian bencana alam dan tindakan proventif meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Mempelajari
sejarah aktifitas
b. Pemerataan
dan perkiraan umur produk erupsi
c. Pemantauan
gunung api yang meliputi
1) Kegempaan
2) Adanya
deformasi tanah
3) Adanya
gas
4) Perubahan
hidrologi
d. Pemantauan
menggunakan remote sensing
e. Membangun
system peringatan dini (early warning sistem)
f. Sosialisasi
dan koordiasi dengan pimpinan masyarakat setempat
g. Memperkirakan
aliran lava
h. Membuat
bendungan
Selain itu badan mitigasi juga selalu
memperingatkan penduduk dengan memberi status aktifitas gunung api, status
tersebut memiliki tingkatan yang menunjukan besar kecilnya kegiatan gunung api.
Tingkatannya adalah sebagai berikut:
a. Level
I (normal)
b. Level
II (waspada)
c. Level
III (siaga)
d. Level
IV (awas)
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
|
||
Status
|
Makna
|
Tindakan
|
AWAS
|
·
Menandakan gunung
berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang
menimbulkan bencana
·
Letusan pembukaan
dimulai dengan abu dan asap
·
Letusan berpeluang
terjadi dalam waktu 24 jam
|
·
Wilayah yang terancam
bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
·
Koordinasi dilakukan
secara harian
·
Piket penuh
|
SIAGA
|
·
Menandakan gunung
berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
·
Peningkatan intensif
kegiatan seismik
·
Semua data
menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju
pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
·
Jika tren peningkatan
berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
|
·
Sosialisasi di
wilayah terancam
·
Penyiapan sarana
darurat
·
Koordinasi harian
·
Piket penuh
|
WASPADA
|
·
Ada aktivitas apa pun
bentuknya
·
Terdapat kenaikan
aktivitas di atas level normal
·
Peningkatan aktivitas
seismik dan kejadian vulkanis lainnya
·
Sedikit perubahan aktivitas
yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
|
·
Penyuluhan/sosialisasi
·
Penilaian bahaya
·
Pengecekan sarana
·
Pelaksanaan piket
terbatas
|
NORMAL
|
·
Tidak ada gejala
aktivitas tekanan magma
·
Level aktivitas dasar
|
·
Pengamatan rutin
·
Survei dan
penyelidikan
|
Dengan begitu diharapkan masyarakat
menjadi awas trhadap ancama aktivitas gunung api yang akhirnya akan mengurangi
seminimal mungkin dampak potensi bencana yang ditimbulkan oleh aktifitas gunung
berapi. Mitigasi bencana gunung berapi juga dapat dilakukan dengan:
1. Memantau
kegiatan gunung api secara terus menerus.
2. Menyediakan
peta geologi, peta kawasan rawan bencana (KRB),
peta rawan resiko.
3. Sosialisasi
bahaya letusan gunung api kepada masyarakat.
4. Meningkatkan
sumberdaya manusia dan pendukungnya.
5. Membangun
tanggul penahan lahar.
6. Hindari
tempat-tempat yang memiliki kecenderungan
untuk dialiri lava dan lahar.
7. Perkenalkan
struktur bangunan tahan api.
- Jenis-jenis
mitigasi
a. Mitigasi
struktural
Mitigasi struktural adalah upaya
untuk mengurangi
kerentanan (vulnerabiliti) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis
bangunan tahan bencana
b. Mitigasi
non struktural
Mitigasi non struktural adalah upaya
mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut diatas. Bias dalam lingkup
upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Gunung
meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
2. Gunung
meletus dalam tinjauan Al-qur’an merupakan Karunia Yang Diberikan Allah dan
Bencana sebagai cobaan dan musibah
3. Dengan
mempelajari tentang gunung meletus kita mendapat manfaat dengan mengetahui hal
yang dilakukan untuk menghadapi gunung meletus/gunung berapi adalah sebagai
berikut:
B.
Saran
- Mari
kita tingkatkan pengetahuan terhadap bencana untuk meningkatkan mitigasi
sehingga mengurangi dampak negatif dadri tiap bencana tersebut
- Kita
tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, sehingga dengan demikian
kita dapat hidup bersama-sama dengan gunung berapi dengan hubungan yang
harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Ahmad. (2012). Hidup Bersama Gunung Api http://nasional.kompas.com/read/2012/11/16/13010127/Galeri.Foto.Hidup.Bersama.Gunung.Api.
(Online). Diakses 18 November 2012
Belantara Indonesia. (2012). Inilah Level-Level Letusan Gunung Berapi.
http://www.belantaraindonesia.org/2011/12/inilah-level-level-letusan-gunung.html.
(Online). Diakses 18 November 2012.
Hamdani, Irul. (2012). Dua Alat Pemantau Canggih Dipasang di Gunung Raung.
http://surabaya.detik.com/read/2012/10/29/153040/2075231/475/dua-alat-pemantau-canggih-dipasang-di-gunung-raung.
Diakses 18 November 2012.
.
Purnomo, Agus Gite
(2012). Fungsi Gunung. http:/fungsi-gunung.html.
(Online). Diakses 18 November 2012.
Siswadi, Anwar. 28 Kota Indonesia Terancam Letusan Gunung Api http://www.tempo.co/read/news/2012/09/28/061432419/28-Kota-Indonesia-Terancam-Letusan-Gunung-Api.
(Online). Diakses 18 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar