Selasa, 20 Agustus 2013

Filsafat Gunung Meletus

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis, epistomologis dan aksiologi.    Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos yang berarti ada, dan Logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Adapun dalam Kamus Filsafat Ontologi merupakan suatu studi tentang sisi esensial dari yang ada. Kata epistemologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu episteme yang berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos yang berarti kata, pikiran, ilmu atau teori. Karena itu secara etimologis, epistemologi berarti ilmu atau teori tentang pengetahuan yang benar atau teori pengetahuan. Dalam kajian aksiologi ilmu membicarakan untuk apa dan untuk siapa. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
Al Qur’an menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama kata jamak ‘jibal’ dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal ‘jabal’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘rawasi’ yang diulang sebanyak 10 kali. Begitu seringnya Al-qur’an menyebut gunung, mengisaratkan betapa penting dan besarnya pengaruh gunung dan hikmah yang dikandungnya.
Koran Tempo Bandung pada 28 September 2012 memberitakan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 28 daerah di Indonesia yang terancam letusan gunung api. Menurut Kepala PVMBG Surono, ada 12 gunung api kini yang berstatus waspada. Sedangkan 5 gunung yang masih berstatus siaga, yaitu Lokon, Soputan, Karangetang di Sulawesi Utara, Gamalama (Maluku Utara), dan Gunung Ijen (Jawa Timur).
Indonesia adalah rumah bagi gunung-gunung api paling berbahaya di dunia. Negara kepulauan ini memiliki 400 gunung api dan 127 di antaranya merupakan gunung api aktif yang rutin meletus. Gunung-gunung api itu sambung-menyambung nyaris tak terputus dari Sumatera sampai Jawa, Bali, Flores, lalu membentuk busur ke arah Kepulauan Banda di Maluku dan Sulawesi bagian utara hingga berbatasan dengan Filipina.
Beberapa pulau, seperti Flores, terbentuk dari deretan gunung api yang kaki-kakinya saling menyambung. Bahkan, banyak pulau yang sejatinya merupakan tubuh gunung api bawah laut yang menyembul ke permukaan, seperti misalnya Pulau Rokatenda di Nusa Tenggara Timur, Pulau Ternate, Tidore, dan Makian di Maluku Utara serta Kepulauan Banda di Maluku.
Beberapa gunung api yang tercatat memiliki letusan terdahsyat dalam riwayat Bumi pernah terjadi di negeri ini. Lebih dari 140.000 jiwa tewas akibat letusan gunung api di Nusantara dalam kurun 500 tahun terakhir; jumlah terbesar dari yang pernah ditanggung suatu negara. Namun, letusan terbesar dan meminta korban terbanyak dalam sejarah manusia modern terjadi saat Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus tahun 1815.
Bagi para ahli mitigasi bencana, strategi pengosongan gunung api dari hunian penduduk barangkali pilihan paling masuk akal, tetapi hal itu tidak mungkin dilakukan. Nyatanya, pulau-pulau gunung api di Maluku dan Maluku Utara yang paling berbahaya arena kerap meletus dan berada di zona rentan gempa dan tsunami pun tetap dihuni.
Di Indonesia, gunung api memang tidak hanya soal geologi dan geofisika, tetapi juga masalah budaya. Berkah atau bencana dari letusan gunung tergantung dari bagaimana manusia bernegosiasi dengan penguasa gunung. Karena itu, hampir di semua gunung, terutama di Jawa dan Bali, terdapat bangunan-bangunan suci yang digunakan sebagai sarana pemujaan.
Makalah ini akan mengkaji gunung meletus melalui sudut pandang filsafat ilmu seperti yang telah di jelaskan di awal yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologinya. Dengan harapan besar, melalui peningkatan pemahaman terhadap bencana, khususnya bencana gunung meletus, akan meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi bencana guna mengurangi dampak negative gunung meletus/gunung berapi terhadap kita semua.
B.     Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah: Bagaimanakah Gunung Meletus dalam pandangan filsafat ilmu ditinjau dari ontologi, epistemilogi dan aksiologinya?
C.    Batasan Masalah
Dalam tulisan ini, kajian dibatasi pada hal-hal berikut:
  1. Ontologi, tentang hakikat dari gunung meletus
  2. Epistimimologi, tentang asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya/validnya pengetahuan atau bagaimana kita mendapatkan pengetahuan tentang gunung meletus
  3. Aksiologi, membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan tentang gunung meletus
D.    Tujuan Penulisan
Penulisan makalah tentang gunung meletus/gunung berapi dalam tinjauan filsafat ilmu ini bertujuan untuk:
  1. Melihat gunung meletus melalui pandangan filsafat ilmu
  2. Peningkatan pemahaman tentang gunung meletus
  3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam khususnya gunung meletus
  4. Untuk menjadi pelajaran terhadap ayat yang tertulis di alam, sehingga kita menyadari betapa maha besarnya kekuasaan Allah SWT.



BAB II
TINJAUAN FILSAFAT ILMU TENTANG GUNUNG MELETUS
A.    ONTOLOGI
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi (sumber:MPBI)
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
1.      Indonesia Rawan Ancaman Gunung Meletus
Penanggulangan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 28 daerah di Indonesia yang terancam letusan gunung api. Menurut Kepala PVMBG Surono, ada 12 gunung api kini yang berstatus waspada. Sedangkan 5 gunung yang masih berstatus siaga, yaitu Lokon, Soputan, Karangetang di Sulawesi Utara, Gamalama (Maluku Utara), dan Gunung Ijen (Jawa Timur).
Menurut Surono, pemerintah daerah dan badan Penanggulangan Bencana Daerah disarankan memiliki rencana penanganan bencana gunung api. Mulai dari latihan evakuasi, dan yang juga penting yaitu jalur evakuasi. "Penandaan jalur dengan tanda panah di daerah rawan bencana sebaiknya dilakukan tanpa membuat panik masyarakat," katanya di Aula Barat ITB, Kamis, 27 September 2012.
Surono mengatakan, ada lebih dari 20 gunung api yang bisa menghasilkan 5 juta pengungsi ketika muncul letusan. Belajar dari penanggulangan bencana di Gunung Merapi 2010, perhitungan ilmiah harus dipadukan dengan kearifan lokal, budaya, dan kebiasaan masyarakat setempat untuk memindahkan penduduk sementara dari ancaman bahaya.
Berikut daftar Kota Volkano di Indonesia:
a.       Dataran Dieng yang dihuni 1,5 juta jiwa lebih. Sumber ancaman: Kawasan pegunungan Dieng.
b.      Ternate, berpenduduk 185 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Gamalama.
c.       Bitung, Sulawesi Utara, berpenghuni 187 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Tangkoko
d.      Kotamobagu, Sulawesi Utara, berpenduduk 107 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Ambang.
e.       Cimahi, Jawa Barat, berpenghuni 500 ribu lebih orang. Sumber ancaman: Gunung Tangkuban Parahu.
f.       Garut, Jawa Barat, penduduk 136 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Guntur, Papandayan, dan Galunggung.
g.      Bogor, Jawa Barat, 950 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Gede, Salak.
h.      Menado, Sulawesi Utara, 410 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Mahawu, Lokon-Empung.
i.        Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, 126 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Dempo.
j.        Sukabumi, Jawa Barat, berpenduduk 281 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Gede, Salak.
k.      Batu, Jawa Timur, berpenghuni 190 ribu lebih. Sumber ancaman: Gunung Arjuno-Welirang, Kelud.
l.        Payakumbuh, Sumatera Barat, 116 ribu lebih orang. Sumber ancaman: Gunung Marapi.
m.    Bukittinggi, Sumatera Barat, berpenduduk 111 ribu lebih orang. Sumber ancaman: Gunung Marapi dan Tandikat.
n.      Boyolali, Jawa Tengah, hampir 60 ribu orang. Ancaman dari Gunung Merapi.
o.      Bandung, Jawa Barat, lebih dari 2,3 juta penduduk. Ancaman dari Gunung Tangkuban Parahu.
p.      Tasikmalaya, Jawa Barat, lebih dari 635 ribu penghuni. Ancaman dari Gunung Galunggung.
q.      Cianjur, Jawa Barat, lebihd ari 140 ribu orang lebih. Ancaman dari Gunung Gede.
r.        Magelang, Jawa Tengah, berpenduduk 118 ribu lebih. Sumber ancaman dari Gunung Sumbing dan Merapi.
s.       Sleman, Yogyakarta, hampir 70 ribu penduduk. Sumber ancaman: Gunung Merapi.
t.        Malang, Jawa Timur, dihuni 820 ribu lebih penduduk. Ancaman dari Gunung Arjuno-Welirang.
u.      Blitar, Jawa Timur, penduduk 131 ribu orang lebih. Ancaman dari Gunung Kelud.
v.      Lumajang, Jawa Timur, dihuni 95 ribu lebih penduduk. Ancaman dari Gunung Lamongan.
w.    Purwokerto, Jawa Tengah, hampir 250 ribu penduduk. Ancaman dari Gunung Slamet.
x.      Salatiga, Jawa tengah, lebih dari 170 ribu lebih orang. Ancaman dari gunung Merapi.
y.      Klaten, jawa Tengah, penduduk 123 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Merapi.
z.       Cirebon, Jawa Barat, dihuni hampir 300 ribu orang. Sumber ancaman: Gunung Ciremai.
aa.   Probolinggo, Jawa Tengah, berpenduduk 217 ribu orang lebih. Sumber ancaman: Gunung Lamongan.
bb.  Yogyakarta, dihuni 388 ribu orang lebih. Sumber : Ancaman Gunung Merapi (kompas.com 2012/11/16)
2.      Ciri-ciri gunung berapi akan meletus
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain, yaitu:
a.       Suhu di sekitar gunung naik.
b.      Mata air menjadi kering
c.       Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
d.      Tumbuhan di sekitar gunung layu
e.       Binatang di sekitar gunung bermigrasi
3.      Tipe-tipe Letusan gunung berapi
Jika di tinjau dari tipe-tipe letusan gunung berapi,menurut Belantara Indonesia (2011), letusan gunung berapi dapat dibagi kedalam beberapa tipe:
a.       Tipe Plinian
Letusan Plinian, juga dikenal sebagai 'letusan Vesuvian', letusan gunung berapi yang ditandai oleh kesamaan mereka untuk letusan Gunung Vesuvius di AD 79 (seperti yang dijelaskan dalam surat yang ditulis oleh Plinius Muda, dan yang membunuh pamannya Pliny the Elder). Letusan Plinian yang ditandai dengan kolom gas dan abu vulkanik memperluas tinggi ke stratosfer, lapisan atmosfer tinggi. Karakteristik kunci pengusiran sejumlah besar batu apung dan sangat kuat letusan ledakan gas terus menerus. Ejecta volumenya > 1 km³ dan plume 20 – 35 km.

b.      Tipe Strombolian
Letusan strombolian relatif rendah tingkat letusan gunung berapi, dinamai setelah gunung berapi Stromboli Italia, di mana letusan tersebut terdiri dari pengusiran cinder pijar, lapili dan bom lava ke ketinggian puluhan hingga ratusan meter. Mereka kecil dan menengah dalam volume, dengan kekerasan sporadis. Dengan ejecta volume > 10,000 m³ dan plume 100 – 1000 m.

c.        Tipe Vulcan
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Giuseppe Mercalli, menyaksikan 1888 - 1890 letusan di Pulau Vulcano. Deskripsi tentang gaya letusan sekarang digunakan di seluruh dunia untuk letusan ditandai oleh awan tebal abu - sarat gas yang meledak dari kawah dan naik tinggi di atas puncak.Ejecta volumenya > 1,000,000 m³ dan plume 1 - 5 km.

4.      Hasil letusan gunung berapi
Berikut ini adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
a.       Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.
b.      Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
c.       Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng gunung berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan.
Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar puncaknya.
d.      Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
e.       Awan panas
Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas bisa mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak bernafas. Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan.
Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
f.       Permasalahan pernafasan
Kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur.

B.     EPISTIMOLOGI
Secara epistemologi,  berarti ilmu atau teori tentang pengetahuan yang benar atau teori pengetahuan yang terdapat pada Gunung Meletus dapat dilihat pada.
  1. Gunung meletus dalam tinjauan Al-qur’an
Penulis meninjau, Al-qur’an menyebut gunung lebih dari 60 kali baik dalam kalimat tunggal maupun jamak, dengan arti yang jaly maupun majasi. sebegitu banyaknya keterangan tentang gunung, tentu menyiratkan betapa gunung begitu penting. Setidaknya ada beberapa hikmah yang tersirat dari sebuah gunung, diantaranya:
a.       Karunia Yang Diberikan Allah melalui Gunung
1)      Dan gunung-gunung sebagai pasak. (Q.S. An Naba' : 7)
2)      Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S An Naml : 88)
3)      dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya. (Q.S. Al Anbiyaa' : 79)

b.      Bencana Yang Diberikan Allah melalui Gunung
1)      Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, (Q.S. THaahaa : 105)
2)      Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan), (Q.S Al Ma´aarij :9)
3)      Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, (Q. S. Al Waaqi'ah : 4-6)

  1. Terjadinya Gunung Berapi
Gunung adalah suatu daerah daratan yang mempunyai perbedaan tinggi yang menyolok dengan daerah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Misalnya, Ensiklopedia Britannica mendefinisikan gunung apabila memiliki puncak lebih 2000 kaki atau 610 m.

a.       Proses Terjadinya Gunung
Gunung terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam bumi yang disebut dengan orogenesis dan epeirogenesis. Dalam proses orogenesis ini sedimen yang terkumpul menjadi berubah bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik. Purnomo (2012).
Ada tiga tipe tumbukan lempeng tektonik, antara lempeng busur kepulauan dan benua, lautan dan benua, dan antara benua dengan benua. Tumbukan lempeng lautan dan benua menimbulkan deposit sedimen laut terhadap tepi lempeng benua. Tumbukan antara lempeng busur kepulauan dengan benua berakibat lempeng lautan menyusup ke lapisan asthenosfir dan batuan vulkanik dan sedimen menumpuk pada sisi benua sehingga terjadilah pegunungan Sierra Nevada di California pada zaman Mesozoic. Sedangkan tumbukan lempeng benua dengan benua merupakan proses pembentukan sistem pegunungan Himalaya dan Ural.
Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang membentuk benua yang bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah atau menjauhi titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih lambat dibandingkan dengan proses orogenesis. Pembentukan dataran rendah (graben) dan dataran tinggi (horts) adalah salah satu contoh proses epeirogenesis.
Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang lalu. Misalnya pegunungan Himalaya terbentuk mulai dari 45 juta tahun yang lalu, sedangkan pegunungan Appalache terbentuk mulai dari 450 jutan tahun yang lalu.
b.      Model terjadinya gunung mengalami tiga tingkatan proses, yaitu:
1)      Akumulasi sedimen: lapisan lapisan sedimen dan batuan vulkanik menumpuk sampai kedalaman beberapa kilometer.
2)      Perubahan bentuk batuan dan pengangkatan kerak bumi:sedimen yang terbentuk tadi mengalami deformasi karena adanya gaya kompresi akibat tumbukan antar lempeng-lempeng tektonik.
3)      Pengangkatan kerak bumi akibat gerakan blok sesar: tumbukan antar lempeng akan mengangkat sebagian kerak bumi sebagai lipatan lebih tinggi dari sekitarnya sehingga terbentuk gunung. Sedangkan jika terjadi gaya tegangan atau tarikan antar lempeng maka akan terbentuk graben (lembah).
Sebelum terbentuk pegunungan Himalaya , terjadi gerakan lempeng India ke arah lempeng Eurasia. Lempeng India merupakan komposisi batuan yang sangat tua 2-2,5 milyar tahun.
Titik referensi yang berwarna kotak kuning masih berada dibawah. Setelah mengalami proses tumbukan yang lama antara dua lempeng tersebut maka sebagian dari tepi lempeng India terangkat dimana terlihat kotak kuning berubah posisi ke tempat yang lebih tinggi.Sehingga terbentuklah pegunungan Himalaya saat ini.
Kulit bumi yang sebelumnya dalam kondisi seimbang, mendapat gaya tektonik yang saling berlawanan arah (gaya regangan) akibat desakan panas ke atas, sehingga menimbulkan retakan (cracking). Proses tektonik ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu geologi yang cukup lama. Blok yang retak menjadi turun akibat gaya tarik gaya berat sehingga terbentuk
c.       Berbagai jenis  Gunung Berapi berdasarkan bentuknya
1)      Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
2)      Shield Volcano
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
3)      Cinder Cone Volcano
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
 4)      Kaldera Volcano
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
  1. Rangkaian Gunung api di Muka Bumi
Sistem rangkaian jalur pegunungan di bumi meliputi Pegunungan Cordillera, Amerika Utara, Pegunungan Andes, Alpin, Ural, Appalache, Himalaya, Caledonia dan Tasmania. Gambar di bawah ini menunjukkan Peta Rangkaian Gunung-Gunung di Bumi.
Ahli Geologi mengklasifikasikan gunung menurut ketinggiannya yaitu gunung tinggi, menengah dan rendah. Warna merah pada peta menunjukkan gunung-gunung tinggi seperti pegunungan Himalaya, Andes , warna jingga menunjukkan gunung dengan tinggi menengah seperti pegunungan Ahaggar di Algeria sedangkan warna kuning menunjukkan gunung dengan ketinggian rendah seperti pegunungan Meratus di Kalimantan, Indonesia.
  1. Detektor Gunung  Meletus
Tim penelitian gas berbahaya dilandasan peluncuran pesawat ruang angkasa NASA  membangun sistem peringatan dini terhadap letusan gunung  berapi.
 Sehingga orang disekitar gunung  berapi akan cepat tanggap terhdap gas berbahaya  dan letusan gunung. Tim ini membuat alat  pendeteksi gas  berbahaya dengan  memperkecil peralatan  yang biasa  digunakannya
Griffin dan timnya mungkin hanya perlu waktu singkat dalam lembangun sistem itu. Pasalnya, mereka sudah  aktif dalam penelitian gas berbahaya dalama peluncuran pasawat ruang angkasa. “ Ada  berbagai jenis letusan gunung berapi ,  beberap memiliki jenis gas  dan sebagian lain tidak punya gas ,’’ kata Griffin. “ide jangka panjangnya, kami akan mencirikan  gunung berapi. Kemudian jika gunung berapi  lebih aktif, kami bisa mendapatkan gagasan  lebih baik mengenai seberapa aktif dan seberapa kuat letusan  dan gas yang keluar.
Griffin, merupakan kepala anallis kimia NASA Kennedy Space Center,  tidak  pernah mengamati  gunung berapi. “ Proyek ini dimulai  sebagia cara  mendorong batas-batas dengan system antar jemput, ‘ kata Richard Arkin dari ASRC Aerospace, rean pendesain detector. “Kami  ingin membuatnya  lebih kecil, lebih kuat dan lebih ringan  tetapi tetap mempertahankan kemampuan operasional  dan pemeliharaan”
Mereka menetapkan membuat  unit yang relative otonom, tetepi masih dapat diandalkan  dalam ramah lingkungan. Detektor sebesar 75 kilogram, setinggi 9 inci atau sedikit lebih besar dari  tas ransel  sehingga memungkinkan membuat alat ini  dibawa  dalam ransel.
Pengujian pertama alat itu akan dilakukan ditanah Kosta Rika  dimana sebagian besar penduduk tinggal disekitar  atau dekat  empat gunung berapi aktif.
Mereka tidak hanya khawatir tentang letusan tiba tiba, tetapi juga kon sentrasi Koran  dioksida tinggi gunung  api Gas cendrung membunuh semua vegetasi dan ternak didekat daerah ini, tetapi orang tidak dapat melihat karbon dioksida.
Detektor menunjukan cara pencari kantong gas dan bagaimana mereka berubah. “itu adalah sesuatu yang saya tidak pernah  berpikir untuk melakukan,” kata Arkin. Tim juga menempatkan  detektor dikursi belakang mobil  guna mengambil contoh udara di Kosta Rika. Dimasa mendatang, Griffin meletakkannya keatas gunung menggunakan pesawat tanpa awak. Hasil temuannya diharapkan bias memberikan informasi  bagi peneliti  menentukan kapan dan bagaimana gunung berapi akan meletus.

C.    AKSIOLOGI
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Dengan mempelajari tentang gunung meletus kita mendapat manfaat dengan mengetahui:
  1. Hal yang dilakukan untuk menghadapi gunung meletus/gunung berapi adalah sebagai berikut:
a.       Persiapan menghadapi Letusan gunung Berapi
1)      Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
2)      Membuat perencanaan penanganan bencana
3)      Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
4)      Mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)
b.      Jika terjadi Letusan gunung Berapi
1)      Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar
2)      Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas
3)      Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan
4)      Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
5)      Gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau lainnya
6)      Jangan memakai lensa kontak
7)      Pakai masker atau kain menutupi mulut dan hidung
8)      Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
c.       Setelah terjadinya Letusan Gunung Berapi
1)      Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2)      Bersihkan atap dari timbunan Abu, karena beratnya bisa merusak ataun meruntuhkan atap bangunan
3)       Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling hingga pengapian.
  1. Akibat gunung meletus
Kerugian yang kita alami terutama adalah berupa jiwa dan harta benda karena:
a.       Dapat merusak bangunan
b.      Kebakaran hutan akibat aliran lava
c.       Tebaran abu yang sangat tebal dan meletus dapat merusak kesehatan dan mengotori sarana yang ada
d.      Bentuk muka bumi akibat diatropisme yang merupakan proses pembentukan kembali kulit bumi seperti pembentukan gunung-gunung, lembah lembah, lipatan-lipatan dan retakan-retakan. Proses pembentukan lembah kulit bumi tersebut karena adnya tenaga teknonik
  1. Manfaat gunung meletus
Keuntungan yang kita peroleh setelah vulkanisme berlangsung antra lain:
a.       objek wisata berupa kawah
b.      sumber air panas yang memencar
c.       sumber energi panas bumi
d.      tanah subur yang akan diperoleh setelah beberapa tahun kemudian.
  1. Mitigasi bencana gunung meletus
Di Indonesia mitigasi bencana secara intruksional dilaksanakan oleh BMKG. Hal-hal yang dilakukan dalam pemitigasian bencana alam dan tindakan proventif meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Mempelajari sejarah aktifitas
b.      Pemerataan dan perkiraan umur produk erupsi
c.       Pemantauan gunung api yang meliputi
1)      Kegempaan
2)      Adanya deformasi tanah
3)      Adanya gas
4)      Perubahan hidrologi
d.      Pemantauan menggunakan remote sensing
e.       Membangun system peringatan dini (early warning sistem)
f.       Sosialisasi dan koordiasi dengan pimpinan masyarakat setempat
g.      Memperkirakan aliran lava
h.      Membuat bendungan
Selain itu badan mitigasi juga selalu memperingatkan penduduk dengan memberi status aktifitas gunung api, status tersebut memiliki tingkatan yang menunjukan besar kecilnya kegiatan gunung api. Tingkatannya adalah sebagai berikut:
a.       Level I (normal)
b.      Level II (waspada)
c.       Level III (siaga)
d.      Level IV (awas)


Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status
Makna
Tindakan
AWAS
·       Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
·       Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
·       Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
·       Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
·       Koordinasi dilakukan secara harian
·       Piket penuh
SIAGA
·       Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
·       Peningkatan intensif kegiatan seismik
·       Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
·       Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
·       Sosialisasi di wilayah terancam
·       Penyiapan sarana darurat
·       Koordinasi harian
·       Piket penuh
WASPADA
·       Ada aktivitas apa pun bentuknya
·       Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
·       Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
·       Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
·       Penyuluhan/sosialisasi
·       Penilaian bahaya
·       Pengecekan sarana
·       Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL
·       Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
·       Level aktivitas dasar
·       Pengamatan rutin
·       Survei dan penyelidikan


Dengan begitu diharapkan masyarakat menjadi awas trhadap ancama aktivitas gunung api yang akhirnya akan mengurangi seminimal mungkin dampak potensi bencana yang ditimbulkan oleh aktifitas gunung berapi. Mitigasi bencana gunung berapi juga dapat dilakukan dengan:
1.      Memantau kegiatan gunung api secara terus menerus.
2.      Menyediakan peta geologi, peta kawasan rawan bencana (KRB), peta rawan resiko.
3.      Sosialisasi bahaya letusan gunung api kepada masyarakat.
4.      Meningkatkan sumberdaya manusia dan pendukungnya.
5.      Membangun tanggul penahan lahar.
6.      Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan lahar.
7.      Perkenalkan struktur bangunan tahan api.

  1. Jenis-jenis mitigasi
a.       Mitigasi struktural
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerabiliti) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana
b.      Mitigasi non struktural
Mitigasi non struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut diatas. Bias dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.   Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
2.   Gunung meletus dalam tinjauan Al-qur’an merupakan Karunia Yang Diberikan Allah dan Bencana sebagai cobaan dan musibah
3.   Dengan mempelajari tentang gunung meletus kita mendapat manfaat dengan mengetahui hal yang dilakukan untuk menghadapi gunung meletus/gunung berapi adalah sebagai berikut:
B.     Saran
  1. Mari kita tingkatkan pengetahuan terhadap bencana untuk meningkatkan mitigasi sehingga mengurangi dampak negatif dadri tiap bencana tersebut
  2. Kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, sehingga dengan demikian kita dapat hidup bersama-sama dengan gunung berapi dengan hubungan yang harmonis.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, Ahmad. (2012). Hidup Bersama Gunung Api http://nasional.kompas.com/read/2012/11/16/13010127/Galeri.Foto.Hidup.Bersama.Gunung.Api. (Online). Diakses 18 November 2012

Belantara Indonesia. (2012). Inilah Level-Level Letusan Gunung Berapi. http://www.belantaraindonesia.org/2011/12/inilah-level-level-letusan-gunung.html. (Online). Diakses 18 November 2012.

Hamdani, Irul. (2012). Dua Alat Pemantau Canggih Dipasang di Gunung Raung. http://surabaya.detik.com/read/2012/10/29/153040/2075231/475/dua-alat-pemantau-canggih-dipasang-di-gunung-raung. Diakses 18 November 2012.
.

Purnomo, Agus Gite (2012). Fungsi Gunung. http:/fungsi-gunung.html. (Online). Diakses 18 November 2012.

Siswadi, Anwar. 28 Kota Indonesia Terancam Letusan Gunung Api http://www.tempo.co/read/news/2012/09/28/061432419/28-Kota-Indonesia-Terancam-Letusan-Gunung-Api. (Online). Diakses 18 November 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar