BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maksalah
Kebutuhan hidup yang terus
meningkat menuntut penggalian potensi-potensi ekonomi. Namun, ketika
eksploitasi itu tidak lagi mengindahkan pelestarian lingkungan maka itulah awal
bencana. Tuntutan industrilasasi yang dihadapi hampir semua Negara ternyata
membawa implikasi yang demikian besar terhadap paradigma pembangunan.
Dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kelanggengan sumber daya sehingga kekayaan yang sebagian besar tidak diperbaruhi, dan ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bukan hanya untuk saat ini tetapi juga generasi yang akan datang, dalam hal ini lingkungan hidup semakin menjadi isu penting yang tidak perlu kita ketahui sehingga tidak menggangu kelestarian lingkungan.
Salah satu isu penting yang mulai dirasakan yaitu mengenai pemanasan global yang merupakan fenomena naiknya suhu bumi sehingga dikwatirkan akan mengancam kesehatan manusia. Meningkatnya panas bumi dalam dekade terakhir ini berkembang sebagai isu politik dunia. Dalam tahun 2000 yang lalu tidak ada satu Negara pun yang terbebas dari situasi pemanasan global, pemanasan global ini dan rusaknya lapisan ozon ini pada stratosfer bumi disebabkan terakumulasinya gas-gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan, seperti dipergunakan bahan bakar fosil.
Dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kelanggengan sumber daya sehingga kekayaan yang sebagian besar tidak diperbaruhi, dan ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bukan hanya untuk saat ini tetapi juga generasi yang akan datang, dalam hal ini lingkungan hidup semakin menjadi isu penting yang tidak perlu kita ketahui sehingga tidak menggangu kelestarian lingkungan.
Salah satu isu penting yang mulai dirasakan yaitu mengenai pemanasan global yang merupakan fenomena naiknya suhu bumi sehingga dikwatirkan akan mengancam kesehatan manusia. Meningkatnya panas bumi dalam dekade terakhir ini berkembang sebagai isu politik dunia. Dalam tahun 2000 yang lalu tidak ada satu Negara pun yang terbebas dari situasi pemanasan global, pemanasan global ini dan rusaknya lapisan ozon ini pada stratosfer bumi disebabkan terakumulasinya gas-gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan, seperti dipergunakan bahan bakar fosil.
B. Global Warming
Pemanasan Global (Global Warming) adalah isu global yang semakin
sering didengungkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Tetapi sayangnya
porsi pemberitaan kedua topik yang sangat mendesak ini di media massa
masih sangat minim. Untuk itulah himbauan kecil ini dibuat: untuk
memberikan pengetahuan kepada pembacanya mengenai pemanasan global
warming, bahayanya, serta solusi untuk mengeremnya. Mengeremnya?
Ya, mengerem pemanasan global tidaklah mustahil apabila masing-masing
dari kita mau berubah. Perubahan pola pikir dan pola hidup dapat
mengerem pemanasan global hingga titik terendah yang bahkan mungkin Anda
pikir mustahil untuk dilakukan.
- Pengertian
Global warming
Pemanasan global / Global warming adalah suatu kejadian meningkatnya temperatur
rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pemanasan Global akan diikuti dengan
Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia
sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan
mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
Meningkatnya temperatur global diperkirakan
juga akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningk, serta perubahan jumlah dan
pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis
hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani
dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca. Untuk Lebih jelas perhatikan gambar berikut :
2.
Penyebab Global Warming
a. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya
tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai
radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas
tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca
antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini, gas-gas inilah yang bergesekan/beraksi dengan lapisan
ozon rusak. Padahal lapisan ozon inilah yang berfungsi menyerap sinar ultra
violet yang berlebihan, sehingga dapat mencegah makhluk hidup di bumi terkena
kanker kulit dan mencegah rusaknya tanaman dan biota di perairan.
Uap air (H2O)
sebenarnya merupakan gas rumah kaca terkuat (memberikan sumbangan 36 – 70 %
efek rumah kaca). Akan tetapi siklus harian air mencegah akumulasi berlebihan
uap air di atmosfir. Efek uap air hanya dirasakan sebagai perubahan suhu harian
atau sesuai dengan perubahan cuaca. Gas CO2 (memberi sumbangan 9 –
26 %) menimbulkan efek rumah kaca tidak sekuat uap air tetapi jauh lebih kuat
daripada CH4 (memberikan sumbangan 4 – 9%). Gas rumah kaca lain
adalah ozon (O3) yang memberikan sumbangan sebesar 3 – 7 %. Baik gas CO2 maupun CH4
dapat berada di atmosfir untuk waktu yang lama, sehingga CO2 merupakan
gas utama yang bertanggung jawab atas pemanasan bumi.
Peningkatan gas rumah
kaca terutama CO2 dimulai secara signifikan setelah kebangkitan
ideologi kapitalis di Eropa dengan industrialisasinya. Gambar dibawah ini
menunjukkan korelasi dan menggambarkan peningkatan yang lebih tajam pada
tahun-tahun berikutnya ketika industri mulai berkembang. Sehingga tidak
salah bila kapitalisme dinobatkan sebagai ideologi dan peradaban yang
bertanggung jawab atas global warming. Disamping itu, negara-negara industri kapitalis
merupakan negara yang paling bertanggung jawab dalam emisi berlebih CO2.
Amerika Serikat penghasil CO2 terbesar, yaitu 25% dunia. Wyongming,
negara bagian AS dengan penduduk yang tidak banyak, hanya 495.7000 orang,
menghasilkan CO2 lebih banyak dibandingkan dengan tujuh puluh empat
negara berkembang dengan jumlah populasi gabungan hampir sebaganyak 369 juta
jiwa. Emisi CO2 yang dihasilkan Texas, dengan populasi 22 juta jiwa,
setara dengan emisi gas yang dihasilkan oleh 120 negara berkembang dengan
jumlah penduduk lebih dari 1,1 miliar manusia. Secara kuantitatif AS
menghembuskan hampir 6500 Mega Ton CO2-equivalen yang 95% dari
sektor energi, sementara Indonesia (minus kebakaran hutan) dengan jumlah
penduduk yang hampir sama dengan AS menghembuskan hanya sekitar 400 Mega Ton CO2-equivalen.
Bila ditotal
maka negara kapitalis yang tergabung dalam G-8
(AS, Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Perancis, Italia dan Rusia) membuang CO2
sebanyak 68% dunia. Ini artinya negara industri kapitalis, dengan
ideologi kapitalisnya, mengakibatkan bencana kehidupan berupa global warming.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini
sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya,
planet ini akan menjadi sangat dingin. Sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di
atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya. Salah
satu buktinya perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar bagian kiri : rata-rata suhu tahunan dari tahun
1880 s.d. 1990,
Gambar bagian kanan kandungan CO2 di udara kota
Hawai (dalam ppm)
b. Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab
pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada
awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena
uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan
terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,kelembaban relatif udara
hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan
balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia
yang panjang di atmosfer.
Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang
menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan
memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan
efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk
model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat
Umpan balik penting lainnya
adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika
temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan
atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya
akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan
dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang
berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat
terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila
ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
c. Variasi Matahari
c. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan
akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan
stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan
stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak
akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat
ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi
Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan
efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan
sejak tahun 1950.
3. Dampak
Global Warming
a. Mencairnya es di kutub utara & selatan
Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan
dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin
daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada
lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus
49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada
Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di benua yang mengandung
hampir 90 persen es di seluruh dunia itu mendapat perhatian serius peneliti.
b.Cuaca
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena
lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin
apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan
yang lebih jauh lagi.
Hal ini disebabkan karena uap air
merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek
insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan
membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari
kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan
(lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan,
secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan.
(Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih
kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan
pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang
terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca
menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
c. Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan
yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan
lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan
tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub,
terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi
muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama
abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm
(4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan
sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan
menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan
banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat
besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20
inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat.
Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah
yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari
Florida Everglades.
d. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi
dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju)
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
e. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia
akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
f. Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan
memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal
karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis,
seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya,
akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya
terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di
daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria;
persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat.
Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti
demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi
meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih
hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari. Jadi pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada
berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan.
Hasil studi
yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut
Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air
laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat,
maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi,
Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan
Tarumajaya) akan terendam semuanya.
Yah,kita
semua sudah mengetahui itu dan sebagian orang tetap mencoba untuk
memberitahukan bahwa kejadian ini benar-benar sedang terjadi. Namun tetap tidak
sedikit orang yang masih tidak peduli. Mungkin karena kita masih merasa nyaman
dengan keadaan sekarang, bisa menikamti semuanya mulai dari makanan, air,
udara, daratan yang sukup untuk bermain bola, social yang masih cukup damai,
dan lain - lain.
Yah,itu saat
ini lalu bagaimana jika 10 tahun lagi, atau 20 tahun, atau sampai 30 tahun
lagi. Kita tahu tidak akan terjadi perubahan yang signifikan saat ini karena
kita semua masih menganggap ini hal yang biasa, tapi saya akan menjadi manusia
yang sangat bodoh jika saya tidak terus mencoba untuk menginformasikan ini. Untuk itu pada penulisan kali ini saya akan mencoba ”Mengimformasikan Solusi
Pengendalian Global Warming terhadap bumi”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalahkali ini
adalah : ” Apakah Peneraan solusi pengendalaian Global
Warming, berpengaruh terhadap bumi “?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah dan batasan masalah di atas maka tujuan dari penlisan makalah ini
adalah untuk mengetahui Pengaruh Penerapan solusi
pengendalain Global Warming,
terhadap bumi.
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi kita semua secara umum
dan bagi penulis secara khusus adalah :
- Dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya menjaga bumi dari
kerusakan
- Memenuhi tugas mata kuliah
Materi dan Energi
BAB II TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
A.
Bumi
Bumi adalah planet yang ketiga letaknya dari matahari.
Yang
dimaksud dengan planet adalah benda – benda langit yang beredar mengelilingi
matahari. Bumi juga diartikan sebagai tanah tempat kita berpijak.
1.
Pandangan Geosentris dan Heliosentris
Pandangan
atau Hipotesis Geosentris dikemukakan oleh Ptolomeus tahun 70-174 sebelum
masehi yang memandang bumi sebagai pusat alam semesta dengan menjelaskan gerak
bulan, planet dan matahari ini dengan menempatkan lingkaran-lingkaran kecil
pada gerak planet, matahari dan bulan pada lapisan yang berorientasi
mengelilingi bumi. Pandangan ini dibantah oleh Covernicus 1473-1543 yang
mengemukakan suatu sistem atau Hipotesis Heliosentris dengan menempatkan
matahari sebagai pusat tata surya. Covernicus memandang gerak planet-planet ini
berbentuk lingkaran mengintari matahari termasuk juga bumi. Susunan
planet-planet dalam sistem tata surya, dimulai dari planet yang terdekat dengan
matahari yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Sarturnus, Uranus, dan
Pluto.
2. Bumi sebagai planet
2. Bumi sebagai planet
Bumi mengorbit matahari dalam
lintasan berbentuk elips ( Hukum Keppler I ) pada jarak rata-rata 149,6 juta
kilometer atau 93 juta mil. Karena lintasannya berbentuk elips maka jarak
matahari dan bumi selalu berubah-ubah. Perubahan jarak matahari bumi dalam satu
tahun adalah sekitar 3 juta mil.
B. Bagian-Bagian Bumi
1
Inti Bumi (Barisfer atau Centrosfer)
Inti bumi terdiri dari bagian yaitu : Mantel (tebalnya 1800 mil), Inti
Luar (tebalnya 1360 mil), dan Inti Dalam
(tebalnya 815 mil). Berat jenis inti bumi diperkirakan 10, 7 sedangkan berat
jenis Litosfer rata-rata 2, 8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ini bumi lebih
berat dari kulit bumi. Pengaruh panas matahari hanya
terasa paling dalam 20 m dibawah permukaan bumi. Setelah 20 m ke bawah
temperaturnya telah konstan (tidak lagi dipengaruhi musim panas dan musim
dingin). Akan tetapi, makin masuk ke dalam bumi temperaturnya makin tinggi. Ada
beberapa alasan tentang kenapa Barisfer atau Inti Bumi dikatakan padat. Yang
pertama, bila seandainya barisfer itu cair, maka tentu akan terjadi pasang naik
dan pasang surut, yang mungkin akan mengakibatkan permukaan bumi kembang
kempis. Yang kedua getaran-getaran gemba di Jepang dapat diukur di Inggris
dengan alat-alat yang alus. Sifat tersebut menunjukan bahwa inti bumi padat.
Inti bumi menyebabkan adanya sifat kemagnetan. Bumi merupakan magnet raksasa
dengan kutub utara magnet terletak dibagian selatan bumi dan kutub selatan
magnet terletak dibagian utara bumi meskipun ternyata tidak tepat betul pada
kutub bumi, yang menyimpang 17 derajat dilihat dari pusat bumi.
2 Kulit Bumi (Litosfer)
Kulit bumi adalah bagian bumi yang fital bagi
kehidupan manusia berupa benua, daratan, pulau-pulau tempat tinggal dan tempat
melangsungkan kehidupan manusia. Lapisan litosfer terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan sial (silisium dan aluminium) dengan berat jenis rata-rata 2, 65,
dan lapisan sima (sisilium dan magnesium) dengan berat jenis rata-rata 2, 9.
Kulit bumi terdiri dari zat padat yang disebut batuan.
Menurut
kejadiannya batuan dibedakan atas 3 golongan yaitu :
- Batuan Beku, terjadi dari magma yang cair dan panas, membeku di dalam atau di luar bumi akibat temperaturnya turun. Menurut tempa terbentuknya, dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku luar (magma yang cair dan panas keluar dari kawah gunung berapi saat meletus dan bersentuhan dengan udara yang temperaturnya lebih rendah dipermukaan bumi, akibatnya magma tadi membeku menjadi batuan), Batuan beku sela (magma yang membeku dijalan keluar muka bumi) dan batuan beku dalam (magma yang membeku di dalam bumi)
- Batuan Sedimen (Endapan), angin. air, es mengkikis batuan dan hasil kikisannya diendapkan ditempat lain. Ditempat baru ini, hasil kikisan diendapkan. Hasil kikisan ini, ada yang tetap gembur, ada yang menjadi keras karena tekanan dari lapisan diatasnya. Contoh yang tetap gembur, antara lain : Pasir pantai dan pasir sungai, sedangkan yang mengeras contohnya : konglomrat dan batuan pasir
- Batuan Metamorf (malihan), batuan sidemen maupun batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat, karena suhu yang tinggi atau tekanan yang berat. Contohnya batu pualam
3 Lapisan air (Hidrosfer)
Hidrosfer adalah semua perairan yang ada di bumi
yaitu samudra, lautan, sungai, danau dan air tanah
4 Lapisan udara (Atmosfer)
Atmosfer terdiri dari uap, udara, sphira bulatan
yang menyelimuti bumi. Berdasarkan sifatnya, lapisan udara dibagi dalam
beberapa lapisan
- Troposfer, didaerah tropika tinggi troposfer bisa mencapai 18 km sedangkan didaerah kutub tinggi troposfer hanya 6 km. Gejala cuaca sehari-hari seperti awan, embun, hujan, salju, angin terjadi pada lapisan ini. Pada lapisan ini terdapat gejala “Lapse rate” artinya setiap naik 100 m suhu akan turun rata-raa 0, 6 derajat C.
- Stratosfer, lapisan udara diatas tropopause disebut stratosfer. Kenaikan suhu pada kenaikan ini disebabkan oleh lapisan ozon yang menyerap radiasi ultra violet dari matahari. Stratosfer bagian atas dibatasi oleh stratohouse yang terletak pada ketinggian 60 km. Lapisan diatas stratopaus disebut mesosfer yang terletak pada ketinggian 60 km-80 km.
- Masosfer, pada lapisan ini ditandai dengan penurunan suhu rata-rata 0, 4 derajat C setiap naik 100 m. Bagian atas mesosfer dibatasi mesopause, lapisan pada atmosfer yang paling rendah kira-kira -100 derajat C terletak pada ketinggian 85 km. Di atas mesopaus terdapat lapisan atmosfer yang terletak pada ketinggian 85 km-300 km. suhu pada lapisan ini, dari -100 derajat C – ratusan bahkan ribuan derajat.
- Termosfer, lapisan ini dibatasi oleh termospause yang terletak pada ketingian 300 km- 1000 km. Suhu termopause konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan waktu. Pada malam hari suhu berkisar antara 300 – 1200 derajat Celcius dan pada siang hari antara 700 – 1700 derajat Celcius.
- Esosfer, merupakan lapisan udara di atas stratosfer dengan ketinggian lebih dari 80 km, terbagi menjadi daerah D yaitu antara 80-88 km, daerah E antara 88-160 km, dan daerah F di atas 160 km. pada lapisan ini tekanan udara sudah sangat rendah, dan semua molekul gas diubah menjadi ion-ion oleh pancaran sinar matahari dan kosmik. Iniosfer ini amat penting bagi komunikasi, oleh karena lapisan ini mampu memantulkan gelombang radio.
5.Biosfer
Adalah bagian dari bumi yang di dalamnya dijumpai organisme hidup. Daerah ini meliputi kedalaman beberapa meter sampai 6-7 km dan ketinggian 6-7 km dari permukaan laut. Populasi yang terpadat terletak di dalam daerah dekat permukaan bumi sampai kedalaman 170 meter dari permukaan laut.
Adalah bagian dari bumi yang di dalamnya dijumpai organisme hidup. Daerah ini meliputi kedalaman beberapa meter sampai 6-7 km dan ketinggian 6-7 km dari permukaan laut. Populasi yang terpadat terletak di dalam daerah dekat permukaan bumi sampai kedalaman 170 meter dari permukaan laut.
C. Solusi Pengendalaian Global Warming
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia selalu
meningkat. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini
tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang
ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah
untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Kerusakan yang parah
dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan
dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang
lebih dingin. Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya
gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah
dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon,
terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang
sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan
kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah
kaca.
Gas karbondioksida juga dapat
dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas
tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi
gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau
aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai
Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam
ditangkap
dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang
karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada saat itu, batubara
menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di
dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena
alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas
karbondioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas
rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150
negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk
menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997
di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal
dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38
negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan
gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah
emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012.
Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang
lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat
1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8
persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara
berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika
perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi
bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang
keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan
dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada
2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan
terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri
minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya
tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya
ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300
milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung
Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar
dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk
penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang
lebih effisien. Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat,
ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi.
Akan tetapi membatasi emisi karbondioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai
contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah
berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya
dalam mengurangi produksi karbondioksida.Setelah tahun 1997, para perwakilan
dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan
isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang
wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca.
Tapi masih ada beberapa cara mudah yang biasa kita lakukan untuk pengendalian
masalah ini, yaitu ;
- Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat
elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop
kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik
PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
- Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
- Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang
memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
- Gunakan kendaraan umum (untuk
mengurangi polusi udara).
- Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
- Say no to plastic. Hampir
semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda
juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Melalui Persetujuan Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah
amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC),
sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang
meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon
dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan
emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang
telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol
Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan
0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini
adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate
Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda
tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini
mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan
Rusia pada 18 November 2004.
Menurut rilis pers dari Program
Lingkungan PBB:
“Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara
perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif
sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan
adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa
Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk
mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca – karbon dioksida, metan,
nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC – yang dihitung sebagai
rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari
pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia,
dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk
Islandia.“
Protokol Kyoto adalah
protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC, yang
diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam
UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak
luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi
Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang. Sebagian besar ketetapan
Protokol Kyoto berlaku terhadap negara-negara maju yang disenaraikan dalam
Annex I dalam UNFCCC.
Pada saat pemberlakuan
persetujuan pada Februari 2005, ia telah diratifikasi oleh 141 negara, yang mewakili 61%
dari seluruh emisi. Negara-negara tidak perlu menanda tangani persetujuan
tersebut agar dapat meratifikasinya. Daftar
terbaru para pihak yang telah meratifikasinya ada di sini. Menurut
syarat-syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku “pada hari ke-90 setelah
tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak
dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen dari seluruh
emisi karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I, telah
memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan.” Dari
kedua syarat tersebut, bagian “55 pihak” dicapai pada 23 Mei 2002 ketika
Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi
syarat “55 persen” dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada 16
Februari 2005. Hingga 3 Desember
2007, 174 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada,
Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara anggota Uni Eropa,
serta Rumania dan Bulgaria. Ada dua negara yang telah menanda
tangani namun belum meratifikasi protokol tersebut: Amerika Serikat (tidak
berminat untuk meratifikasi), dan Kazakstan. Pada awalnya AS, Australia,
Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu untuk
melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau persetujuan
lainnya yang bersifat mengekang. Namun pada awal Desember 2007 Australia akhirnya ikut
seta meratifikasi protokol tersebut setelah terjadi pergantian pimpinan di
negera tersebut.
Melalui Cara-Cara Lain
Melalui beberapa cara mudah yang telah kita ketahui untuk pengendalian masalah ini,
juga akan berpengaruh terhadap bumi, yang tentunya kita mulai dari diri kita
sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemanasan global telah menjadi
permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain
diakibatkan oleh
perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk
mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir
mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi,
namun kita bisa mengurangi efeknya.Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita
terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan
terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah
menimpa bumi ini.
B. Saran
Kehidupan ini berawal dari kehidupan
di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan
melestarikan bumi ini kita harus lama-lama memikirkannya. Sampai pada satu sisi
dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya.
Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan
kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.
DAFTAR PUSTAKA
Hardianto, Joko. 2009. IPA Terpadu. Jakarta. CV
Seti_Aji http://ms.wikipedia.org/wiki/Bumi (diakses
27 Oktober 2011)
Notohadypra,
Tejo. 2006. Bumi. (Http://Googel.Co.Id,
diakses 27 Oktober 2011)
Rahmad, Agus. 2008. Pemanasan Global atau Global Warming. (Http://Googel.Co.Id,
diakses 27 Oktober 2011)
Sutresna, Nana. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Sutrisno, Rudi. 2008. Global
Warming. (Http://Googel.Co.Id,
diakses 27 Oktober 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar