Jumat, 16 Agustus 2013

Global Warming

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Maksalah
      Kebutuhan hidup yang terus meningkat menuntut penggalian potensi-potensi ekonomi. Namun, ketika eksploitasi itu tidak lagi mengindahkan pelestarian lingkungan maka itulah awal bencana. Tuntutan industrilasasi yang dihadapi hampir semua Negara ternyata membawa implikasi yang demikian besar terhadap paradigma pembangunan.
Dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kelanggengan sumber daya sehingga kekayaan yang sebagian besar tidak diperbaruhi, dan ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bukan hanya untuk saat ini tetapi juga generasi yang akan datang, dalam hal ini lingkungan hidup semakin menjadi isu penting yang tidak perlu kita ketahui sehingga tidak menggangu kelestarian lingkungan.
       Salah satu isu penting yang mulai dirasakan yaitu mengenai pemanasan global yang merupakan fenomena naiknya suhu bumi sehingga dikwatirkan akan mengancam kesehatan manusia. Meningkatnya panas bumi dalam dekade terakhir ini berkembang sebagai isu politik dunia. Dalam tahun 2000 yang lalu tidak ada satu Negara pun yang terbebas dari situasi pemanasan global, pemanasan global ini dan rusaknya lapisan ozon ini pada stratosfer bumi disebabkan terakumulasinya gas-gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan, seperti dipergunakan bahan bakar fosil.

B. Global Warming
Pemanasan Global (Global Warming) adalah isu global yang semakin sering didengungkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Tetapi sayangnya porsi pemberitaan kedua topik yang sangat mendesak ini di media massa masih sangat minim. Untuk itulah himbauan kecil ini dibuat: untuk memberikan pengetahuan kepada pembacanya mengenai pemanasan global warming, bahayanya, serta solusi untuk mengeremnya. Mengeremnya? Ya, mengerem pemanasan global tidaklah mustahil apabila masing-masing dari kita mau berubah. Perubahan pola pikir dan pola hidup dapat mengerem pemanasan global hingga titik terendah yang bahkan mungkin Anda pikir mustahil untuk dilakukan.

  1. Pengertian Global warming                                    
Pemanasan global / Global warming  adalah suatu kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
 Meningkatnya temperatur global diperkirakan juga akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningk, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Untuk Lebih jelas perhatikan gambar berikut :
 
2. Penyebab Global Warming
a. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini, gas-gas inilah yang bergesekan/beraksi dengan lapisan ozon rusak. Padahal lapisan ozon inilah yang berfungsi menyerap sinar ultra violet yang berlebihan, sehingga dapat mencegah makhluk hidup di bumi terkena kanker kulit dan mencegah rusaknya tanaman dan biota di perairan.
Uap air (H2O) sebenarnya merupakan gas rumah kaca terkuat (memberikan sumbangan 36 – 70 % efek rumah kaca). Akan tetapi siklus harian air mencegah akumulasi berlebihan uap air di atmosfir. Efek uap air hanya dirasakan sebagai perubahan suhu harian atau sesuai dengan perubahan cuaca. Gas CO2 (memberi sumbangan 9 – 26 %) menimbulkan efek rumah kaca tidak sekuat uap air tetapi jauh lebih kuat daripada CH4 (memberikan sumbangan 4 – 9%). Gas rumah kaca lain adalah ozon (O3) yang memberikan sumbangan sebesar 3 – 7 %. Baik gas CO2 maupun CH4 dapat berada di atmosfir untuk waktu yang lama, sehingga CO2 merupakan gas utama yang bertanggung jawab atas pemanasan bumi.
Peningkatan gas rumah kaca terutama CO2 dimulai secara signifikan setelah kebangkitan ideologi kapitalis di Eropa dengan industrialisasinya. Gambar dibawah ini menunjukkan korelasi dan menggambarkan peningkatan yang lebih tajam pada tahun-tahun berikutnya ketika industri mulai berkembang.  Sehingga tidak salah bila kapitalisme dinobatkan sebagai ideologi dan peradaban yang bertanggung jawab atas global warming. Disamping itu, negara-negara industri kapitalis merupakan negara yang paling bertanggung jawab dalam emisi berlebih CO2. Amerika Serikat penghasil CO2 terbesar, yaitu 25% dunia. Wyongming, negara bagian AS dengan penduduk yang tidak banyak, hanya 495.7000 orang, menghasilkan CO2 lebih banyak dibandingkan dengan tujuh puluh empat negara berkembang dengan jumlah populasi gabungan hampir sebaganyak 369 juta jiwa. Emisi CO2 yang dihasilkan Texas, dengan populasi 22 juta jiwa, setara dengan emisi gas yang dihasilkan oleh 120 negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 1,1 miliar manusia. Secara kuantitatif AS menghembuskan hampir 6500 Mega Ton CO2-equivalen yang 95% dari sektor energi, sementara Indonesia (minus kebakaran hutan) dengan jumlah penduduk yang hampir sama dengan AS menghembuskan hanya sekitar 400 Mega Ton CO2-equivalen. Bila ditotal
maka negara kapitalis yang tergabung dalam G-8 (AS, Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Perancis, Italia dan Rusia) membuang CO2  sebanyak 68% dunia. Ini artinya negara industri kapitalis, dengan ideologi kapitalisnya, mengakibatkan bencana kehidupan berupa global warming.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya. Salah satu buktinya perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar bagian kiri : rata-rata suhu tahunan dari tahun 1880 s.d. 1990, 
Gambar bagian kanan  kandungan CO2 di udara kota Hawai (dalam ppm)

b. Efek umpan balik
 Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
           Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat
          Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
          Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
             c. Variasi  Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
3. Dampak Global Warming
            a. Mencairnya es di kutub utara & selatan
Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu mendapat perhatian serius peneliti.
b.Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi.
        Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
c. Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. 
              Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
d. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
e. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
f. Kesehatan manusia
          Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari. Jadi pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan. 
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.
         Yah,kita semua sudah mengetahui itu dan sebagian orang tetap mencoba untuk memberitahukan bahwa kejadian ini benar-benar sedang terjadi. Namun tetap tidak sedikit orang yang masih tidak peduli. Mungkin karena kita masih merasa nyaman dengan keadaan sekarang, bisa menikamti semuanya mulai dari makanan, air, udara, daratan yang sukup untuk bermain bola, social yang masih cukup damai, dan lain - lain.
Yah,itu saat ini lalu bagaimana jika 10 tahun lagi, atau 20 tahun, atau sampai 30 tahun lagi. Kita tahu tidak akan terjadi perubahan yang signifikan saat ini karena kita semua masih menganggap ini hal yang biasa, tapi saya akan menjadi manusia yang sangat bodoh jika saya tidak terus mencoba untuk menginformasikan ini. Untuk itu pada penulisan kali ini saya akan mencoba ”Mengimformasikan Solusi Pengendalian Global Warming terhadap bumi”

C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalahkali ini adalah : ” Apakah Peneraan solusi pengendalaian Global Warming, berpengaruh terhadap bumi “?

D.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah di atas maka tujuan dari penlisan makalah ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penerapan solusi pengendalain Global Warming,  terhadap bumi.

E.  Manfaat Penulisan
 Adapun manfaat penulisan makalah ini bagi kita semua secara umum dan bagi penulis secara khusus adalah :
    1. Dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya menjaga bumi dari kerusakan
    2. Memenuhi tugas mata kuliah Materi dan Energi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN        
A. Bumi
Bumi adalah planet yang ketiga letaknya dari matahari.
Yang dimaksud dengan planet adalah benda – benda langit yang beredar mengelilingi matahari. Bumi juga diartikan sebagai tanah tempat kita berpijak.
1. Pandangan Geosentris dan Heliosentris
 Pandangan atau Hipotesis Geosentris dikemukakan oleh Ptolomeus tahun 70-174 sebelum masehi yang memandang bumi sebagai pusat alam semesta dengan menjelaskan gerak bulan, planet dan matahari ini dengan menempatkan lingkaran-lingkaran kecil pada gerak planet, matahari dan bulan pada lapisan yang berorientasi mengelilingi bumi. Pandangan ini dibantah oleh Covernicus 1473-1543 yang mengemukakan suatu sistem atau Hipotesis Heliosentris dengan menempatkan matahari sebagai pusat tata surya. Covernicus memandang gerak planet-planet ini berbentuk lingkaran mengintari matahari termasuk juga bumi. Susunan planet-planet dalam sistem tata surya, dimulai dari planet yang terdekat dengan matahari yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Sarturnus, Uranus, dan Pluto.
2. Bumi sebagai planet
  Bumi mengorbit matahari dalam lintasan berbentuk elips ( Hukum Keppler I ) pada jarak rata-rata 149,6 juta kilometer atau 93 juta mil. Karena lintasannya berbentuk elips maka jarak matahari dan bumi selalu berubah-ubah. Perubahan jarak matahari bumi dalam satu tahun adalah sekitar 3 juta mil.
B. Bagian-Bagian Bumi
1 Inti Bumi (Barisfer atau Centrosfer)
            Inti bumi terdiri dari bagian yaitu : Mantel (tebalnya 1800 mil), Inti Luar (tebalnya 1360 mil), dan Inti Dalam (tebalnya 815 mil). Berat jenis inti bumi diperkirakan 10, 7 sedangkan berat jenis Litosfer rata-rata 2, 8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ini bumi lebih berat dari kulit bumi. Pengaruh panas matahari hanya terasa paling dalam 20 m dibawah permukaan bumi. Setelah 20 m ke bawah temperaturnya telah konstan (tidak lagi dipengaruhi musim panas dan musim dingin). Akan tetapi, makin masuk ke dalam bumi temperaturnya makin tinggi. Ada beberapa alasan tentang kenapa Barisfer atau Inti Bumi dikatakan padat. Yang pertama, bila seandainya barisfer itu cair, maka tentu akan terjadi pasang naik dan pasang surut, yang mungkin akan mengakibatkan permukaan bumi kembang kempis. Yang kedua getaran-getaran gemba di Jepang dapat diukur di Inggris dengan alat-alat yang alus. Sifat tersebut menunjukan bahwa inti bumi padat. Inti bumi menyebabkan adanya sifat kemagnetan. Bumi merupakan magnet raksasa dengan kutub utara magnet terletak dibagian selatan bumi dan kutub selatan magnet terletak dibagian utara bumi meskipun ternyata tidak tepat betul pada kutub bumi, yang menyimpang 17 derajat dilihat dari pusat bumi.   
2 Kulit Bumi (Litosfer)
Kulit bumi adalah bagian bumi yang fital bagi kehidupan manusia berupa benua, daratan, pulau-pulau tempat tinggal dan tempat melangsungkan kehidupan manusia. Lapisan litosfer terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan sial (silisium dan aluminium) dengan berat jenis rata-rata 2, 65, dan lapisan sima (sisilium dan magnesium) dengan berat jenis rata-rata 2, 9. Kulit bumi terdiri dari zat padat yang disebut batuan.
Menurut kejadiannya batuan dibedakan atas 3 golongan yaitu :
  • Batuan Beku, terjadi dari magma yang cair dan panas, membeku di dalam atau di luar bumi akibat temperaturnya turun. Menurut tempa terbentuknya, dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku luar (magma yang cair dan panas keluar dari kawah gunung berapi saat meletus dan bersentuhan dengan udara yang temperaturnya lebih rendah dipermukaan bumi, akibatnya magma tadi membeku menjadi batuan), Batuan beku sela (magma yang membeku dijalan keluar muka bumi) dan batuan beku dalam (magma yang membeku di dalam bumi)
  • Batuan Sedimen (Endapan), angin. air, es mengkikis batuan dan hasil kikisannya diendapkan ditempat lain. Ditempat baru ini, hasil kikisan diendapkan. Hasil kikisan ini, ada yang tetap gembur, ada yang menjadi keras karena tekanan dari lapisan diatasnya. Contoh yang tetap gembur, antara lain : Pasir pantai dan pasir sungai, sedangkan yang mengeras contohnya : konglomrat dan batuan pasir
  • Batuan Metamorf (malihan), batuan sidemen maupun batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat, karena suhu yang tinggi atau tekanan yang berat. Contohnya batu pualam

3 Lapisan air (Hidrosfer)
Hidrosfer adalah semua perairan yang ada di bumi yaitu samudra, lautan, sungai, danau dan air tanah

4 Lapisan udara (Atmosfer)
Atmosfer terdiri dari uap, udara, sphira bulatan yang menyelimuti bumi. Berdasarkan sifatnya, lapisan udara dibagi dalam beberapa lapisan
  • Troposfer, didaerah tropika tinggi troposfer bisa mencapai 18 km sedangkan didaerah kutub tinggi troposfer hanya 6 km. Gejala cuaca sehari-hari seperti awan, embun, hujan, salju, angin terjadi pada lapisan ini. Pada lapisan ini terdapat gejala “Lapse rate” artinya setiap naik 100 m suhu akan turun rata-raa 0, 6 derajat C.
  • Stratosfer, lapisan udara diatas tropopause disebut stratosfer. Kenaikan suhu pada kenaikan ini disebabkan oleh lapisan ozon yang menyerap radiasi ultra violet dari matahari. Stratosfer bagian atas dibatasi oleh stratohouse yang terletak pada ketinggian 60 km. Lapisan diatas stratopaus disebut mesosfer yang terletak pada ketinggian 60 km-80 km.
  • Masosfer, pada lapisan ini ditandai dengan penurunan suhu rata-rata 0, 4 derajat C setiap naik 100 m. Bagian atas mesosfer dibatasi mesopause, lapisan pada atmosfer yang paling rendah kira-kira -100 derajat C terletak pada ketinggian 85 km. Di atas mesopaus terdapat lapisan atmosfer yang terletak pada ketinggian 85 km-300 km. suhu pada lapisan ini, dari -100 derajat C – ratusan bahkan ribuan derajat.
  • Termosfer, lapisan ini dibatasi oleh termospause yang terletak pada ketingian 300 km- 1000 km. Suhu termopause konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan waktu. Pada malam hari suhu berkisar antara 300 – 1200 derajat Celcius dan pada siang hari antara 700 – 1700 derajat Celcius.
  • Esosfer, merupakan lapisan udara di atas stratosfer dengan ketinggian lebih dari 80 km, terbagi menjadi daerah D yaitu antara 80-88 km, daerah E antara 88-160 km, dan daerah F di atas 160 km. pada lapisan ini tekanan udara sudah sangat rendah, dan semua molekul gas diubah menjadi ion-ion oleh pancaran sinar matahari dan kosmik. Iniosfer ini amat penting bagi komunikasi, oleh karena lapisan ini mampu memantulkan gelombang radio. 

5.Biosfer
       Adalah bagian dari bumi yang di dalamnya dijumpai organisme hidup. Daerah ini meliputi kedalaman beberapa meter sampai 6-7 km dan ketinggian 6-7 km dari permukaan laut. Populasi yang terpadat terletak di dalam daerah dekat permukaan bumi sampai kedalaman 170 meter dari permukaan laut.


C.
Solusi Pengendalaian Global Warming
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia selalu meningkat. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin. Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca. 
         Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam
ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
        Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien. Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbondioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbondioksida.Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca.
Tapi masih ada beberapa cara mudah yang biasa kita lakukan untuk pengendalian masalah ini, yaitu ;
  1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
  2. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
  3. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
  4.  Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
  5. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
  6. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Melalui Persetujuan Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB:
Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca – karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC – yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia.
Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang. Sebagian besar ketetapan Protokol Kyoto berlaku terhadap negara-negara maju yang disenaraikan dalam Annex I dalam UNFCCC.
Pada saat pemberlakuan persetujuan pada Februari 2005, ia telah diratifikasi oleh 141 negara, yang mewakili 61% dari seluruh emisi. Negara-negara tidak perlu menanda tangani persetujuan tersebut agar dapat meratifikasinya. Daftar terbaru para pihak yang telah meratifikasinya ada di sini. Menurut syarat-syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku “pada hari ke-90 setelah tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen dari seluruh emisi karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I, telah memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan.” Dari kedua syarat tersebut, bagian “55 pihak” dicapai pada 23 Mei 2002 ketika Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi syarat “55 persen” dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada 16 Februari 2005. Hingga 3 Desember 2007, 174 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria. Ada dua negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol tersebut: Amerika Serikat (tidak berminat untuk meratifikasi), dan Kazakstan. Pada awalnya AS, Australia, Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu untuk melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau persetujuan lainnya yang bersifat mengekang. Namun pada awal Desember 2007 Australia akhirnya ikut seta meratifikasi protokol tersebut setelah terjadi pergantian pimpinan di negera tersebut.
Melalui Cara-Cara Lain
Melalui  beberapa cara mudah yang telah  kita ketahui untuk pengendalian masalah ini, juga akan berpengaruh terhadap bumi, yang tentunya kita mulai dari diri kita sendiri.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
B. Saran
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini kita harus lama-lama memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.







           
DAFTAR PUSTAKA
Hardianto, Joko. 2009. IPA Terpadu. Jakarta. CV Seti_Aji http://ms.wikipedia.org/wiki/Bumi (diakses 27 Oktober 2011) 

Notohadypra, Tejo. 2006. Bumi. (Http://Googel.Co.Id, diakses 27 Oktober 2011)

Rahmad, Agus. 2008. Pemanasan Global atau Global Warming. (Http://Googel.Co.Id, diakses 27 Oktober 2011)
Sutresna, Nana. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Sutrisno, Rudi. 2008. Global Warming. (Http://Googel.Co.Id, diakses 27 Oktober 2011)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar