BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Maksalah
Ratusan
tahun yang lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan
para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam
semesta telah ada sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta,
ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai
awal. Tidak ada momen penciptaan yakni momen ketika alam semesta dan segala
isinya muncul.
Gagasan keberadaan abadi ini
sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari filsafat materialisme.
Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa
materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagat raya ada sejak
waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini bertahan dalam
bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran Romawi
dan abad pertengahan, materialisme mulai mengalami kemunduran karena pengaruh
filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah Renaisans, materialisme kembali
mendapatkan penerimaan luas di antara pelajar dan ilmuwan Eropa, sebagian besar
karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.
Immanuel Kant-lah yang pada
masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant
menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas,
betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan
gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Pada awal
abad ke-19, gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal, bahwa tidak pernah
ada momen ketika jagat raya diciptakan-secara luas diterima. Pandangan ini
dibawa ke abad ke-20 melalui karya-karya materialis dialektik seperti Karl Marx
dan Friedrich Engels.
Pandangan tentang alam semesta
tanpa batas sangat sesuai dengan ateisme. Tidak sulit melihat alasannya. Untuk
meyakini bahwa alam semesta mempunyai permulaan, bisa berarti bahwa ia
diciptakan dan itu berarti, tentu saja, memerlukan pencipta, yaitu Tuhan. Jauh
lebih mudah dan aman untuk menghindari isu ini dengan mengajukan gagasan bahwa
alam semesta ada selamanya, meskipun tidak ada dasar ilmiah sekecil apa pun
untuk membuat klaim seperti itu. Georges Politzer, yang mendukung dan
mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad
ke-20, adalah pendukung setia Marxisme dan Materialisme.
Dengan mempercayai kebenaran model "jagat
raya tanpa batas", Politzer menolak gagasan penciptaan dalam bukunya
Principes Fondamentaux de Philosophie ketika dia menulis:
Alam
semesta bukanlah objek yang diciptakan, jika memang demikian, maka jagat raya
harus diciptakan secara seketika oleh Tuhan dan muncul dari ketiadaan. Untuk
mengakui penciptaan, orang harus mengakui, sejak awal, keberadaan momen ketika
alam semesta tidak ada, dan bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini pandangan
yang tidak bisa diterima sains.
Politzer menganggap sains
berada di pihaknya dalam pembelaannya terhadap gagasan alam semesta tanpa
batas. Kenyataannya, sains merupakan bukti bahwa jagat raya sungguh-sungguh
mempunyai permulaan. Dan seperti yang dinyatakan Politzer sendiri, jika ada
penciptaan maka harus ada penciptanya
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :
- Alam semesta
- Asal mula terjadinya alam
semesta berdsarkan aqur’an
- Asal mula
terjadinya alam semesta berdasrkan teori
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui apa itu alam
semesta
2. Mengetahui asal mula
terjadinya alam semesta
3. Melengkapi nilai tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
D.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan dari
makalah ini yaitu ditulis secara sistematis dengan penjabaran awal, yaitu bab
pendahuluan diringi dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan. Setelah itu, bab isi dimana terdapat defenisi alam semesta, proses terjadinya alam semesta, teori penciptaan alam
semesta, Big Bang, tokoh-tokoh penentang filsafat. Makalah ini diakhiri dengan bab penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.
BABII
ISI
A.
Pengertian Alam Semesta
Alam semesta adalah suatu
ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan
abiotik, serta di dalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat
diungkapkan manusia maupun yang tidak
(http://niesamafruchas.blogspot.com/2011/11/asal-mula-penciptaan-alam-semesta.html).
Sedangkan menurut KBBI alam senesta merupakan seluruh alam
B.
Proses Terjadinya Alam Semesta
Alam
semesta ini sangat besar, sehingga kita sulit mengetahui seberapa besar dan
luasnya. Alam semesta terdiri dari miliaran galaksi dan benda-benda langit yang
tidak terhitung banyaknya, ini adalah kebesaran Allah SWT. Hanya sekitar 10%
benda langit dari hasil penelitian di ruang angkasa yang bisa dikenali,
sedangkan sisanya belum bisa dikenali. Sepanjang sejarah dunia, manusia mempunyai rasa ingin tahu
yang amat besar tentang dunia ruang angkasa yang sangat luas. Ini terbukti dari
dikirimnya astronot ke luar angkasa sejak dulu sampai yang pertama bisa
menginjak bulan adalah pesawat Apollo 11. Hingga saat ini kejadian alam yang
sementara berlaku adalah teori Big Bang, yaitu teori ledakan besar.
Menurut teori Big Bang
terbentuknya bumi 14 miliar tahun yang lalu karena adanya ledakan besar. Hal
ini menunjukkan bahwa dahulu ruang angkasa, galaksi, planet-planet, matahari,
bumi, dan semua benda yang ada di alam semesta menjadi satu. Kemudian terpisah
karena terjadinya ledakan besar sehingga terbentuk bumi seperti sekarang ini. Dari ledakan besar tersebut membuat “keteraturan” di alam
semesta ini. Miliaran galaksi, planet, dan benda-benda lain bisa tersusun rapi
dan berfungsi dengan tepat. Sungguh sempurna keteraturan tersebut.
Jika
kita melihat kembali yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an Az-zumar ayat 5,
yang artinya :
“Dia menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar; dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan
siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan
menurut waktu yang ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”
Dan Al-Qur’an surat Ar-Rahman
ayat 33, yang artinya :
“Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”
Dari potongan ayat diatas jelaslah bahwa bumi dan
semua benda-benda ruang angkasa saling berputar secara teratur. Dan manusia
boleh meneliti apa yang ada di angkasa luas, tetapi jangan lupa bahwa semua
sesuai kehendak Allah SWT.
Dan telah di jelaskan juga dalam al’quran bahwa pembentukan
alam semesta melalui enam masa. Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 yang artinya: ”Apakah
kamu lebih sulit penciptaanya atau kah langit? Allah telah membinanya {27} Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya
gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah
itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu
{33}” (Q.S. An-Nazi’at: 27-33)
C.
Filsafat Penciptaan Alam Semesta
1.
Meterialisme : Teori Alam Semesta dalam Keadaan Tetap
Teori ini muncul pada abad ke 19,
dimana gagasan umum abad 19 ini adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan
materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada
selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan
ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak
berawal dan tidak berakhir (http://arifzp88.blogspot.com/2011/11/teori-big-bang.html)
Materialisme adalah sistem pemikiran
yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak
keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan
mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi
terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx. Para penganut
materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham
ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie,
filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa “alam semesta bukanlah
sesuatu yang diciptakan” dan menambahkan: “Jika
ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari
ketiadaan”( http://arifzp88.blogspot.com/2011/11/teori-big-bang.html).
Ketika Politzer berpendapat bahwa
alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam
semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah
pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20
akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.
2.
Alam Semesta Diciptakan
Pada tahun 1929, di observatorium
Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah
satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati
bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan
cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini bergerak
menjauhi kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber
cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu,
sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan
oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti
bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah
membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi
kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan
dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama
lain adalah bahwa ia terus-menerus mengembang. Agar lebih mudah dipahami, alam
semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang.
Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama
lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi
satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.
Alam semesta telah terbentuk melalui
ledakan titik tunggal (http://arifzp88.blogspot.com/2011/11/teori-big-bang.htmlm).
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan Big Bang, dan teorinya dikenal dengan
nama tersebut. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini
diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan
dalam Alqur’an Al-An’aam yang artinya: “Dia pencipta langit dan bumi” (QS.
Al-An’aam, 6: 101)
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya
adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan
materi diciptakan melalui Big Bang
atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini
dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
D.
Big Bang
1.
Bukti Penting Tentang Big Bang
Big Bang terjemahan bebas ledakan
dahsyat atau dentuman besar dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu
pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta.
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat
dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun (lalu http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/penemuan-penemuan-baru/teori-big-bang-ledakan-besar).
Para
peneliti yang mengkaji data tentang galaksi-galaksi menyimpulkan bahwa
galaksi-galaksi terbentuk pada materi yang terbentuk 350.000 tahun setelah
peristiwa Big Bang, di mana materi ini saling bertemu dan mengumpul, dan
kemudian mendapatkan bentuknya akibat pengaruh gaya gravitasi.
Penemuan tersebut membenarkan teori Big
Bang, yang menyatakan bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal
bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar
tahun lalu. Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah
pengkajian yang terdiri dari puluhan tahun pengamatan astronomi, dan berdiri
tegar tak terkalahkan di atas pijakan yang teramat kokoh. Big Bang diterima
oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini, dan menjadi bukti ilmiah yang
membenarkan kenyataan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dari
ketiadaan.
Karena
alasan ini, para astronom yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big
Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini
terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis
terkenal yang mengatakan: "Secara filosofis, gagasan tentang permulaan
tiba-tiba dari tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi
saya". Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred
Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang.
Di pertengahan
abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip
dengan teori 'alam semesta tetap' di abad 19. Teori steady-state menyatakan
bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan
mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan
teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka
yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov
muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah
pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA
mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk
melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi
COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan
sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta.
Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini
dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan
helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi
hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis
konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam
semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka
unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi
helium.
Segala bukti meyakinkan ini
menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang
adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam
semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha
Perkasa dengan sempurna tanpa cacat, sesesuai dengan firman Allah dalm sebuah
surat yang artinya:
“Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3)”
- Bukti-Bukti
Ilmiah Kebenaran Teori Big Bang
·
Adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang
sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari
ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di
alam semesta telah habis berubah menjadi helium.
·
Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini
masih berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas
ini merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan
kabut gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk miliyaran
matahari dengan planet-planet, termasuk bumi yang kita huni ini. Ilmuwan cerdas
yang pertama kali mengemukakan teori ini bernama Laplace dari Perancis dan
Immanue Kant dari Jerman
·
Alam semesta tidak mungkin statis dengan perhitungan -
perhitungan berdasarkan teori relativitas (yang mengantisipasi kesimpulan
Friedman dan Lemaitre). Terkejut oleh temuannya, Einstein menambahkan
"konstanta kosmologis" pada persamaannya agar muncul "jawaban
yang benar", karena para ahli astronomi meyakinkan dia bahwa alam semesta
itu statis dan tidak ada cara lain untuk membuat persamaannya sesuai dengan
model seperti itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa konstanta
kosmologis ini adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.
·
Ditemukan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam
semesta tidaklah statis dan bahwa impuls kecil pun mungkin cukup untuk
menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori
Relativitas Einstein.
·
Dengan mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh
dan menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. Jika alam semesta
terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah
tertentu radiasi yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus
bisa dideteksi, dan lebih jauh, harus sama di seluruh alam semesta. (Pengemuka
: George Gamov, tahun 1948)
·
Penciptaan alam dalam pandangan kosmologi modern, secara
kronologis alam tercipta bermula dari ruang kosong, kemudian inti atom padat
meledak, lalu menjadi galaksi, dan menjadi bintang-bintang dengan tata suryanya
sendiri-sendiri.
Tetapi
ada beberapa hal yang belum bisa
djelaskan oleh teori Big Bang, yaitu:
·
Dimana tempat atau daerah ledakan bermula dari atom raksasa
itu, tentunya kini berupa daerah angakasa yang kosong hampa.
·
Kenapa ada bimasakti-bimasakti yang
tampaknya semakin mendekat, dan ada pula yang sedang menjauh antara sesamanya?
·
Apa yang menyebabkan semua pecahan
ledakan demikian berbentuk globe-globe bulat sempurna menjadi bintang-bintang,
planet-planet , dan bulan-bulan? Sedangkan meteoritis dan asteroids yang
puluhan ribu ribuan jumlahnya sebagai pecahan planet antara mars dan jupiter,
semuanya berbentuk tidak teratur, tiada satupun di antaranya yang bulat
sempurna.
·
Apa yang menyebabkan bintang-bintang senantiasa bergolak
dengan api nyala, sementara planet-planet dan bulan-bulan sudah lama mendingin?
·
Apa yang menyebabkan bulan-bulan tidak berputar di sumbunya
sewaktu beredar keliling planet? Padahal planet itu sendiri berotasi sewaktu
mengitari bintang yang juga berputar disumbunya.
·
Apa yang menyebabkan bulan-bulan
mengelilingi planet? Kenapa bulan-bulan itu tidak langsung mengorbit bintang
atau surya?
·
Kiranya teori relativity Einstein ini wajar
E.
Tokoh-Tokoh Penentang Flsafat
Al-Ghazali merupakan tokoh penentang
dan penyanggah falsafat (filsafat Islam) yang paling brilian. Oliver Leaman
dalam Pengantar Filsafat Islam menulis bahwa Al-Ghazali seringkali menyerang
para filsuf dengan dasar argumen yang mereka pergunakan sendiri, sambil
menyampaikan pendapatnya secara filosofis dengan menyatakan bahwa tesis-tesis
utama mereka adalah tidak benar dilihat dari sudut-sudut dasar logika itu
sendiri.
Sebagai
contoh, dalam bukunya The Incoherence of the philosophers (Tahafut
al-Falasifah), Al-Ghazali membentangkan dua puluh pernyataan yang ia coba
buktikan kesalahannya. Tujuh belas di antaranya menimbulkan bid’ah karena
dianggap menyimpang dari ajaran yang asli, yakni Alquran. Dan, tiga di
antaranya benar-benar membuktikan apa yang ia ka tegorikan sebagai orang yang
tidak beriman, bahkan dengan tuduhan yang lebih berat lagi.
Mengenai pandangan yang keliru dari
para filsuf ini, Al-Ghazali mengungkapkan pendapatnya sebagaimana ia paparkan
dalam bukunya yang berjudul Munqidh min adh-Dhalal bahwa “kekeliruan para filsuf
terdapat dalam ilmu-ilmu metafisik. Karena ternyata mereka tidak dapat
memberikan bukti-bukti yang pasti menurut persyaratan yang mereka perkirakan
ada dalam logika. Maka, dalam banyak hal mereka berbeda pendapat dalam
persoalan-persoalan metafisik. Ajaran Aristoteles tentang masalah-masalah ini,
sebagaimana yang dilansir oleh Farabi dan Ibnu Sina, mendekati inti pokok
ajaran filsafat Islam”. Salah satu filsuf Muslim yang mendapat kritikan dari
Al-Ghazali adalah Ibnu Rusyd. Menurut Leaman, silang pendapat antara Al-Ghazali
dan Ibnu Rusyd sangat menarik karena argumen-argumen yang disampaikan oleh
keduanya selalu melahirkan masalah-masalah khusus yang bersifat kontroversial.
Contohnya adalah perdebatan Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd tentang penciptaan alam.
Tentang
penciptaan alam, Al-Ghazali mempunyai konsep yang sangat berbeda dari konsepsi
yang dimiliki para filsuf Muslim. Para filsuf Muslim, termasuk Ibnu Rusyd,
berpendapat bahwa alam itu azali, atau qadim, yakni tidak bermula dan tidak
pernah ada. Sementara itu, Al-Ghazali berpikir sebaliknya. Bagi Al-Ghazali,
bila alam itu dikatakan qadim, mustahil dapat dibayangkan bahwa alam itu
diciptakan oleh Tuhan. Jadi paham qadim-nya alam membawa kepada simpulan bahwa
alam itu ada dengan sendirinya, tidak diciptakan Tuhan. Dan, ini berarti
bertentangan dengan ajaran Alquran yang jelas menyatakan bahwa Tuhanlah yang
menciptakan segenap alam (langit, bumi, dan segala isinya).
Bagi Al-Ghazali, alam haruslah tidak
qadim dan ini berarti pada awalnya Tuhan ada, sedangkan alam tidak ada,
kemudian Tuhan menciptakan alam, alam ada di samping adanya Tuhan. Sebaliknya,
bagi para filsuf Muslim, paham bahwa alam itu qadim sedikit pun tidak dipahami
mereka sebagai alam yang ada dengan sendirinya. Menurut mereka, alam itu qadim
justru karena Tuhan menciptakannya sejak azali/qadim. Bagi mereka, mustahil
Tuhan ada sendiri tanpa mencipta pada awalnya, kemudian baru menciptakan alam.
Gambaran bahwa pada awalnya Tuhan tidak mencipta, kemudian baru menciptakan
alam, menurut para filsuf Muslim, menunjukkan berubahnya Tuhan. Tuhan, menurut
mereka, mustahil berubah, dan oleh sebab itu mustahil pula Tuhan berubah dari
pada awalnya tidak atau belum mencipta, kemudian mencipta.
Dalam rangka menangkis serangan
Al-Ghazali terhadap paham qadim-nya alam, Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham itu
tidak bertentangan dengan ajaran Alquran. Bahkan sebaliknya, pendapat para
teolog yang mengatakan bahwa alam diciptakan Tuhan dari tiada, justru tidak
mempunyai dasar dalam Alquran. Menurut Ibnu Rusyd, dari ayat-ayat Alquran (QS
11: 7; QS 41: 11; dan QS 21: 30) dapat diambil simpulan bahwa alam diciptakan
Tuhan bukanlah dari tiada (al-'adam), tapi dari sesuatu yang telah ada. Ia
mengungkapkan hal ini dalam kitabnya Tahafut Tahafut al-Falasifah (Kehancuran bagi
Orang yang Menghancurkan Filsafat). Selain itu, ia mengingatkan bahwa paham
qadim-nya alam tidaklah harus membawa kepada pengertian bahwa alam itu ada
dengan sendirinya atau dijadikan oleh Tuhan.
Sementara
itu, menurut Sulaiman Dunya dalam pengantarnya tentang "Al-Ghazali:
Biografi dan Pemikirannya", dalam Terjemahan Tahafut al-Falasifah, karya
Al-Ghazali ini belum menggambarkan secara keseluruhan pemikiran Al-Ghazali.
Sebab, komentar AlGhazali tentang kehancuran para filsuf ini, kata Sulaiman,
sebelum ia mendapatkan pencerahan petunjuk mengenai `ketersingkapan tabirsufistik'
(al-kasyf ash-Shufiyyah). Maksudnya, secara keseluruhan AlGhazali menerima
pemikiran filsafat selama pandangan itu sesuai dengan pandangan Alquran dan
hadis Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Alam semesta adalah suatu
ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan
abiotik, serta di dalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat
diungkapkan manusia maupun yang tidak. Terdapat beberapa teori asal mula penciptaan alam
semesta, yaitu ; teori Big Bang, teori alam dan teori alam dalam keadaan tetap.
Asal mula alam semesta digambarkan
dalam Al Qur’an, keterangan yang diberikan Al Qur’an bersesuaian penuh dengan
penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat
ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu,
muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam
sekejap. Peristiwa ini dikenal dengan “Big Bang”.
Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi
dentuman besar telah dibuat sejak akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh
kemajuan besar dalam teknologi teleskop dan analisa data yang berasal dari
satelit-satelit seperti COBE, Teleskop luar angkasa Hubble dan WMAP. Selain itu
masih banyak penemuan-penemuan dari hasil teori “Bing Bang” ini.
Selain berimbas bagi pengetahuan teori ini juga sebagai pukulan keras bagi
kaum atheis yang tidak mempercayai adanya sang pencipta alam semesta seperti
gagasan ‘Keberadaan Abadi” kaum materialisme.
Pemikiran materialisme sempat mati
sekian lama setelah pola pikir warga dunia didominasi oleh pola pikir
supernatural (kekuatan gaib yang mengendalikan alam). Pemikiran ini terutama
diakibatkan ditemukannya teori “Big Bang”. Gagasan “Keberadaan Abadi” ini sesuai dengan pandangan
orang Eropa yang berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya
dikembangkan di dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya
yang ada di jagat raya dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada
selamanya.
Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan
sepenuhnya utuh, Al Qur’an, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari
ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan
abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu. Singkatnya, temuan-temuan
ilmu alam modern mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al Qur’an dan bukan
dogma materialis.
B.
Saran
Dengan
kebesaran-Nya, alam semesta tercipta dengan sempurna. Maka dengan itu kita manusia
sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta ini, marilah kita bersahabat
dengan alam semesta dan jaga alam
semesta ini.
DAFTAR
PUSTAKA
-
http://arifzp88.blogspot.com/2011/11/teori-big-bang.html.
Diakses 30 Oktober 2012
-
http://faidzin.wordpress.com/2007/07/12/pembuktian-big-bang-sebagai-kekalahan-materialisme.
Diakses 1 November 2012
- http://melyme-agama.blogspot.com/2012/10/bukti-bukti-ilmiah-kebenaran-teori-big.html. Diakses 29 Oktober 2012
- http://niesamafruchas.blogspot.com/2011/11/asal-mula-penciptaan-alam-semesta.html.
Diakses 29 Oktober 2012
-
http://syamsisyem.blogspot.com/2011/12/perkembangan-teori-big-bang-terhadap_28.html.
Diakses 29 Oktober 2012
- http://www.syasapratama.com/?Makalah:Pend._Islam:Alam_Semesta_dalam_Pandangan_Islam.
Diakses 30 Oktober 2012
-
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
- Tim Penyusun Kamus. 1988. Kamus Besar Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Perum Balai Pustaka
artikel yang menarik..jangan lupa mapir di blog sya ya..http://duniapendidikan33.blogspot.com
BalasHapus