Minggu, 18 Agustus 2013

Hakikat Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia, berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya interaksi warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya.
Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat  dalam mekanismenya ada ilmu masyarakat (sosiologi), pengertian secara sosiologis atau ilmiah sesungguhnya memadai bagi seseorang profesional supaya lebih efektif menjalankan fungsinya didalam masyarakat, khususnya bagi pendidik. Hidup bermasyarakat memang sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang hidup di dunia ini. Adakah orang yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain? Tentu saja tidak ada. Berbagai macam manusia dengan aneka karakter membuat kita harus bisa menempatkan diri dengan baik. Mengingat pentingnya mempelajari masyarakat, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai masyarakat.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
2.      Apa saja teori tentang hakekat masyarakat?
3.      Bagaimana hakikat nilai dan moral dalam kehidupan di masyarakat?
4.      Apa perbedaan pola hidup masyarakat desa dan kota?
5.      Apa faktor penyebab dan penghambat manusia dalam bersosialisasi di masyarakat?
6.      Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?
7.      Bagaimana hubungan masyarakat dan pendidikan?
C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian masyarakat.
2.      Untuk mengetahui teori tentang hakekat masyarakat.
3.      Untuk mengetahui hakikat nilai dan moral dalam kehidupan di masyarakat.
4.      Untuk mengetahui perbedaan pola hidup masyarakat desa dan kota.
5.      Untuk mengetahui faktor penyebab dan penghambat manusia bersosialisasi.
6.      Untuk mengetahui interaksi sosial.
7.      Untuk mengetahui hubungan masyarakat dan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society, yang berarti kumpulan orang yang sudah lama terbentuk, memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri dan memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama. Menurut Paul B. Horton dan Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia. Menurut Ogburn dan Nimkoff, suatu masyarakat ialah satu kelompok atau sekumpulan kelompok-kelompok yang mendiami suatu daerah. Sedangkan menurut Plato masyarakat merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami keguncangan sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan intelegensia. Dalam konsep an-Nas bahwa masyarakat adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antara sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah pada waktu tertentu dengan tata cara berfikir dan bertindak  yang relatif sama dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan interaksi warga masyarakat itu dengan alam sekitar yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagi satu kesatuan (kelompok). Unsur-unsur masyarakat antara lain:
1.      Kumpulan orang
Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya adalah dua orang yang hidup bersama.
2.      Sudah terbentuk dengan lama.
Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti kursi, meja dsb. Karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Akibat hidup bersama maka timbullah sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
3.      Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri.
4.      Memiliki kepercayaan (nilai), siap dan perilaku yang dimiliki bersama.
5.      Adanya kesinambungan dan pertahanan diri.
6.      Memiliki kebudayaan, sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.
Dalam hubungan manusia dengan masyarakat terjadi interaksi aktif. Manusia dapat mengintervensi dengan masyarakat lingkungannya dan sebaliknya masyarakat pun dapat memberi pada manusia sebagai warganya. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, masyarakat memiliki karakteristik tertentu.
Fungsi masyarakat terhadap individu yaitu untuk mengembangkan cipta, rasa, karya dan karsa setiap individu. Karya masyarakat yaitu menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan/kebudayaan kebendaan yang dibutuhkan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar dapat diabadikan pada keperluan masyarakat. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaedah-kaedah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan. Cipta yaitu kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup bermasyarakat. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa (niat)
Perkembangan jiwa seseorang banyak ditentukan oleh pergaulannya dengan orang-orang lainnya. Sebagai contoh orang yng sejak kecilnya diasingkan dari pergaulan dengan orang lain, mempunyai kelakuan-kelakuan yang mirip dengan hewan. Tak dapat berbicara dan tak dapat berprilaku sebagai manusia biasa. Secara fisik mereka sebagai manusia, tetapi perkembangan jiwanya jauh terbelakang.
B.     Teori Tentang Hakekat Masyarakat
Teori-teori tentang hakekat masyarakat yang berkembang dan dianut dunia pada umumnya hingga dewasa ini adalah:
1.    Teori Atomic
Pribadi manusia sebagai individu memiliki kebebasan, kemerdekaan dan persamaan diantara manusia lainnya, karena didorong oleh kesadaran tertentu, mereka secara sukarela membentuk masyarakat dan masyarakat dalam bentuk yang formal ialah negara. Tiap-tiap pribadi sebagai individu adalah sederajat dan didalam kebersamaan mereka itulah untuk tujuan tertentu terbentuk apa yang dikenal sebagai masyarakat.
Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi manusia adalah prinsip utama. Nilai-nilai sosial di dalam masyarakat berorientasi kepada martabat manusia, terutama selft-respect. Artinya setiap praktek tentang kehidupan didalam masyarakat selalu diarahkan bagi pembinaan hak-hak manusia, demi martabat manusia. Tata kehidupan sosial menurut menurut teori atomistic pasti berlandaskan nilai-nilai demokrasi.
2.    Teori Organisme
Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori organisme ialah:1) bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga monolistis dan vertikal hak, kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu, 2) lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totaliter, pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara ideal, dan bukan manusia sebagai individu ideal.
3.    Teori integralistik
Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai satu lembaga yang mencerminkan kebersamaan sebagai satu totalitas, namun tak dapat diingkari realita manusia sebagai pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi selalu ada dan hidup didalam kebersamaan, didalam masyarakat. Pelaksanaan asas-asas menurut teori integralistik adalah berdasarkan keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Praktek tata kehidupan  sosial berdasarkan kesadaran nilai-nilai, norma-norma sosial yang berlaku dan dijunjung bersama baik oleh individu sebagai pribadi, maupun oleh masyarakat sebagai lembaga.
C.     Hakikat Nilai dan Moral dalam Kehidupan di Masyarakat
Dalam masyarakat ini, manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Mereka hidup berinteraksi dengan orang lain, dalam interaksi itulah manusia harusnya memiliki suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Nilai erat hubungannya dengan masyarakat, baik dalam bidang etika yang mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang objektif, apabila ia memandang nilai itu ada tanpa ada yang menilainya, tetapi ada sebagian sesuatu yang ada dan menuntun manusia dan kehidupannya. jadi nilai nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilaian. Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilaian.
D.    Perbedaan Pola Hidup Masyarakat Desa dan Kota
Masyarakat berdasarkan tempat hidupnya dibagi dua yaitu masyarakat kota dan masyarakat desa. Pola hidup antara masyarakat desa dan kota pada umumnya sangat terlihat jelas berbeda. Selain faktor lingkungan di mana mereka tinggal dalam melakukan kegiatan sehari-hari, faktor etika dan budaya juga sangat memperlihatkan perbedaan yang ada. Kesederhanaan misalnya, sebagian masyarakat desa terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Hal tersebut bisa disebabkan karena pada dasarnya secara ekonomi mereka memang tidak mampu dan secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri. Berbeda dengan masyarakat kota yang cenderung terbiasa hidup dalam kemewahan.
Dalam hal kewaspadaan, masyarakat desa lebih mudah menaruh curiga terhadap hal-hal baru yang belum dipahaminya dan akan menganggap hal tersebut sesuatu yang asing. Sedangkan masyarakat kota lebih mudah menerima perubahan-perubahan atau hal asing tersebut sebagai sebuah tren baru atau perkembangan. Orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan, misalnya dalam berhadapan dengan orang yang lebih tua, dengan pejabat, dengan tetangga, orang yang tinggi tingkat pendidikannya dan lain-lain. Sudah menjadi karakteristik bagi mereka bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah mendarah-daging dalam hati mereka.
Ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa antara lain, berbicara apa adanya. Mereka tidak peduli apakah ucapan mereka menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak bermaksud untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka tanamkan. Dalam hal keuangan, masyarakat kota lebih cenderung mempublikasikannya ke khalayak. Karena menurut mereka, status sosial dari segi materi sangat berpengaruh dalam pergaulan. Sedangkan masyarakat desa biasanya akan menutup diri jika ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung, ketika bertemu dan bergaul dengan orang kota, masyarakat desa cenderung memiliki perasaan minder yang cukup besar. Biasanya mereka lebih memilih untuk tidak banyak bicara. Berbeda dengan masyarakat kota yang cenderung agresif dalam bergaul. Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya. Balas budi yang diberikan ada orang lain tidak selalu dalam wujud materi seperti yang kebanyakan dilakukan oleh orang kota.
 Ada pula salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki hampir di seluruh kawasan Indonesia, yaitu gotong royong. Tanpa dimintai pertolongan, dengan serta merta mereka akan membantu tetangga mereka yang butuh pertolongan. Sedangkan masyarakat kota biasanya cenderung kurang peka terhadap lingkungan sekitar karena kesibukkan yang dijalani setia individu.antara masyarakat kota dan masyarakat desa tergantung kepada individu yang masing-masing menjalaninya. Karena di zaman globalisasi seperti ini, pola kehidupan berubah begitu drastis mengikuti perkembangan jaman yang ada.
E.     Faktor Penyebab dan Penghambat Hidup Manusia dalam Bersosialisasi Di Masyarakat
1.      Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3.      Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pencinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
4.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi secara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
F.      Interaksi sosial
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut orang perorangan dengan sekelompok manusia.Apabila dua orang bertemu interaksi sosial dimulai, pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan bahkan mungkin ada yang berkelahi.
1.      Interaksi sosial
Interaksi adalah proses di mana orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan.Seperti kita ketahui bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan yang satu dengan yang lain.Ada beberapa pengertian interaksi yang ada di masyarakat, di antaranya:
a.       Menurut H. Booner, merumuskan interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
b.      Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara orang-orang secara individu,antar kelompok dan orang perorangan dengan kelompok.
c.       Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu, antar kelompok dengan kelompok, antar individu dengan kelompok.
Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan. Ada pun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu:
a.       Faktor imitasi, faktor ini mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial.Salah satu segi positifnya yaitu imitasi dapat membawa kaidah-kaidah yang berlaku.
b.      Faktor sugesti, yang dimaksud sugesti di sini yaitu pengaruh psikis,baik yang datang dari dirinya maupun dari orang lain,yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik
c.       Faktor identifikasi, identifikasi dalam fisiologi berarti dorongan untuk menjadi identik(sama) dengan orang lain.
d.      Faktor simpati, simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang akan tiba-tiba merasa tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya.
G.    Hubungan Masyarakat dan Pendidikan
Hubungan masyarakat dan pendidikan sangat bersifat korelatif, masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. Masyarakat harus secara aktif menetapkan asas-asas pendidikan yang tersimpul didalam filsafat pendidikan masyarakat (bangsa dan negara).
Menurut Thompson, pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan masyarakat, dan oleh beberapa ahli diberi batasan sebagai proses penyesuain oleh pribadi untuk melaksanakan fungsinya didalam masyarakat. Untuk pedoman pelaksanaan pendidikan termaktub didalam undang-undnag pendidikan. Jadi masyarakat/negara sebagai subyek makro kependidikan wajar menentukan motivasi, tujuan, lembaga atau keseluruhan sistem pendidikan nasional berdasarkan cita karsa.



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah pada waktu tertentu dengan tata cara berfikir dan bertindak  yang relatif sama dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan interaksi warga masyarakat itu dengan alam sekitar yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagi satu kesatuan (kelompok).
2.      Teori-teori tentang hakekat masyarakat
a.       Teori Atomic
b.      Teori Organisme
c.       Teori integralistik
3.      Dalam berinteraksi dengan orang lain manusia harusnya memiliki suatu etika, nilai dan norma hidup bermasyarakat.
4.      Pola hidup antara masyarakat desa dan kota pada umumnya sangat terlihat jelas berbeda, faktor yang membedakan yaitu faktor lingkungan, faktor etika dan budaya.
5.      Faktor penyebab dan penghambat hidup manusia dalam bersosialisasi di masyarakat
a.       Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
c.       Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
6.      Hubungan masyarakat dan pendidikan sangat bersifat korelatif, masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.

B.     Saran
1.      Terdapat berbagai macam manusia dengan aneka karakter dimasyarakat, sebaiknya setiap individu bisa menempatkan diri dengan baik.
2.      Etika, nilai dan norma sebaiknya dijadikan pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya sehingga tercipta masyarakat yang damai.



DAFTAR PUTAKA

Syam, M.Noor. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filasafat Kependidikan Pancasila. Usaha Nasional: Surabaya.
http://cham-chemistry.blogspot.com/2010/07/hakikat-masyarakat-dan-makna-manusia.html. diakses 12 Oktober 2012

http://www.masbied.com/2011/02/27/masyarakat-dan-pola-hidup-masyarakat/. diakses 12 Oktober 2012

1 komentar:

  1. terimakasih mbak, semoga tulisan2 yang di post bermanfaat untuk orang banya

    BalasHapus