TUGAS
MATERI DAN ENERGI
“SUMBER PANAS BUMI DAN HUKUM KEKEKALAN ENERGI’’
OLEH
SRI
WAHYU WIDYANINGSIH
BENNY
SAPRIMA
APRINALDI
ELIZABETH
SIEN
YOMI
RAMADHONA
ZATURAHMI
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KONSENTRASI
PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2011
SUMBER PANAS BUMI
Suhu
Bawah Permukaan
Semakin
ke bawah, temperatur bawah permukaan bumi semakin meningkat atau semakin panas.
Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi peluruhan unsur-unsur
radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir yang sama saat ini
masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di jagad raya.
Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius. Permukaan bumi
pada awal terbentuknya juga memiliki panas yang dahsyat. Namun setelah melewati
masa milyaran tahun, temperatur bumi terus menurun dan saat ini sisa-sisa
reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja. Pada kedalaman
10.000 meter atau 33.000 feet, energi panas yang dihasilkan bisa mencapai
50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas alam yang
masih tersimpan di dunia. Inilah yang menjadi sumber energi panas bumi.
Suatu model lapisan bumi berikut
unsur-unsur yang dominan dimasing-masing lapisan tersebut telah dirilis oleh J.
Marvin Herndon dalam Current Science, Vol. 88, No. 7, 10 April 2005. Model
tersebut, sebagaimana yang ditampilkan di atas, merupakan model terakhir yang
diakui oleh kalangan ilmuwan geofisika, meskipun masih diperdebatkan khususnya
pada bagian inti bumi (inner core) apakah keadaannya berupa liquid (cairan)
atau solid (padat) atau plasma. Adapun pada lapisan outer-core, para ilmuwan
sepakat bahwa kandungan unsur pada lapisan tersebut didominasi oleh Fe (iron
atau unsur besi).
Sementara itu, beberapa pakar dari
University College London telah melakukan simulasi dengan superkomputer Cray
T3E untuk mengukur temperatur tinggi yang bisa melelehkan besi dalam tekanan
yang sangat tinggi sebagaimana yang ada di inti bumi. Hasil simulasi tersebut
menunjukkan bahwa titik leleh atau titik lebur besi adalah pada suhu 6700
Kelvin pada tekanan diantara inner-core dan outer-core di perut bumi. Temuan
ini mendukung model sebelumnya yang mengatakan bahwa temperatur inti bumi
berkisar pada suhu tersebut.
Dari sini sebuah pertanyaan
sainstifik bisa dimunculkan, yaitu darimana inti bumi mendapatkan energi panas
yang dahsyat tersebut? Para ilmuwan masih percaya bahwa semua itu dihasilkan
oleh reaksi fisi nuklir alamiah (geo-reaktor) yang terjadi di dalam inner-core.
Itulah sebabnya dalam model (gambar) di atas, Herndon menempatkan uranium
sebagai unsur yang mendominasi bagian inner-core, dimana kita semua tahu bahwa
uranium adalah salah satu unsur radioaktif yang bisa menghasilkan reaksi fisi
nuklir. Asumsi akan adanya georeaktor tersebut cukup tepat untuk menjawab
teka-teki mengenai keberadaan isotop helium yang begitu melimpah, sekaligus
juga menjelaskan fenomena variasi medan geomagnetik bumi.
Geothermal
Secara
bahasa, kata geothermal terbentuk dari dua kata yaitu geo yang berarti
bumi dan thermal yang artinya panas. Jadi istilah geothermal sama saja
dengan panas bumi. Geothermal dapat dimaknai sebagai energi panas yang
terbentuk secara alami dibawah permukaan bumi. Perhatikan gambar di atas. Kerak
bumi (crust), yang merupakan lapisan terluar yang keras/padat berupa
batu, mampu menahan aliran panas yang berasal dari bawah permukaan bumi.
Sementara mantel bumi (mantle) merupakan lapisan yang semi-cair atau
batuan yang meleleh atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh
tekanan dan temperatur tinggi disekitarnya. Sedangkan bagian luar dari
inti bumi (outer core) berbentuk liquid. Akhirnya, lapisan terdalam
dari inti bumi (inner core) berwujud padat.
Reservoir
Air
hujan (rain water) itu bisa turun dari awan disebabkan oleh pengaruh
gravitasi bumi. Ketika tiba di permukaan bumi air hujan akan merembes ke dalam
tanah melalui saluran pori-pori atau rongga-rongga diantara butir-butir batuan.
Bila jumlah air hujan yang turun cukup deras, maka air tersebut akan mengisi
rongga-rongga antar butiran sampai penuh atau jenuh. Air hujan yang sudah masuk
ke tanah disebut air tanah. Kalau sudah tidak tertampung lagi, maka air hujan
yang masih dipermukaan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ini disebut
air permukaan. Perlu diketahui disini bahwa daya serap (atau lebih dikenal
dengan istilah permeabilitas) masing-masing batuan atau lapisan batuan
bervariasi tergantung jenis batuannya. Di daerah gunung api, dimana terdapat
potensi panas bumi, seringkali ditemukan struktur sesar (fault) dan
kaldera (caldera) sebagai akibat dari letusan gunung maupun aktifitas
tektonik lainnya. Keberadaan struktur tersebut tidak sekedar membuka pori-pori
atau rongga-rongga antar butiran menjadi lebih terbuka, bahkan lebih dari itu
mereka menciptakan zona rekahan (fracture zone) yang cukup lebar dan
memanjang secara vertikal atau hampir vertikal dimana air tanah dengan leluasa
menerobos turun ke tempat yang lebih dalam lagi sampai akhirnya dia berjumpa
dengan batuan panas (hot rock). Air tersebut tidak lagi turun ke
bawah, sekarang dia mencari jalan dalam arah horizontal ke lapisan batuan yang
masih bisa diisi oleh air. Seiring dengan berjalannya waktu, air tersebut terus
terakumulasi dan terpanaskan oleh batuan panas (hot rock). Akibatnya
temperatur air meningkat, volume bertambah dan tekanan menjadi naik.
Sebagiannya masih tetap berwujud air panas, namun sebagian lainnya telah
berubah menjadi uap panas. Tekanan yang terus meningkat, membuat fluida panas
tersebut menekan batuan panas yang melingkupinya seraya mencari jalan terobosan
untuk melepaskan tekanan tinggi. Kalau fluida tersebut menemukan celah yang
bisa mengantarnya menuju permukaan bumi, maka akan dijumpai sejumlah
manifestasi sebagaimana yang diterangkan pada halaman sebelumnya. Namun bila
celah itu tidak tersedia, maka fluida panas itu akan tetap terperangkap disana
selamanya. Lokasi tempat fluida panas tersebut dinamakan reservoir panas bumi (geothermal
reservoir). Sementara lapisan batuan dibagian atasnya dinamakan cap
rock yang bersifat impermeabel atau teramat sulit ditembus oleh fluida.
Manifestasi
Air
atau uap panas –fluida– (yang berada di perut gunung api) ternyata tidak diam
ditempatnya, justru karena menerima panas dari magma, terjadilah fenomena arus
konveksi. Pada awalnya, molekul-molekul fluida tersebut berusaha mentransfer
atau berbagi panas kepada sesamanya hingga mencapai kesetaraan temperatur.
Seiring dengan meningkatnya temperatur, volumenya bertambah dan efeknya tekanan
fluida semakin naik. Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan sekitarnya
atau berusaha menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk
melepaskan tekanannya. Secara umum, tekanan di sekitar permukaan bumi lebih
rendah dari pada tekanan dibawah permukaan bumi. Berdasarkan hal ini, air panas
maupun uap panas yang terperangkap dibawah permukaan bumi akan berupaya mencari
jalan terobosan supaya bisa keluar ke permukaan bumi. Silakan perhatikan foto
di atas. Ketika mereka menemukan jalan untuk sampai ke permukaan, kita bisa
melihatnya sebagai asap putih yang sesungguhnya adalah uap panas (fumarole),
atau bisa juga mereka keluar dalam wujud cairan membentuk telaga air
panas (hot spring), atau bisa juga berupa lumpur panas (mud
pots). Semua fenomena ini adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan
sistem panas bumi (geothermal system). Itu merupakan tanda-tanda alam
yang menunjukkan bahwa di bawah lokasi manifestasi tersebut pasti ada intrusi
magma yang memanaskan batuan sekelilingnya. Berarti daerah tersebut menyimpan
potensi panas bumi yang suatu saat bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Magma
Intrusi
magma yang terakumulasi di perut gunung api masih memiliki temperatur sekitar
700°C hingga 1600°C dan masih memiliki tekanan yang sedemikian kuat
sehingga terus mendorong ke atas dan menerobos rekahan-rekahan yang akhirnya
keluar ke permukaan menjadi lava. Foto diatas memperlihatkan lava panas
berwarna merah yang keluar dari dalam bumi dimana efek tekanan dari bawah
membuat lava tersebut terdorong atau tersembur ke udara hingga ketinggian
beberapa ratus meter. Tidak semua magma keluar menjadi lava, bahkan sebagian
besar magma tetap tersimpan di perut gunung atau di lempeng benua. Magma
tersebut memberikan panasnya kepada batuan yang ditempatinya hingga mampu
merubah struktur dan sifat-sifat batuan disekitarnya dan akhirnya membentuk
mineral-mineral yang beraneka ragam. Batuan yang terpengaruh oleh temperatur
tinggi tersebut secara umum dinamakan batuan alterasi atau batuan yang
mengalami alterasi. Disisi lain, air bawah tanah yang berada disekitar batuan
alterasi akan menjadi air panas atau uap panas yang bertekanan tinggi.
Proses Tektonik
Kerak
bumi (crust) terdiri dari dua jenis lempengan (plate) yaitu
lempeng samudera (oceanic plate) dan lempeng benua (continental
plate). Lempeng benua lebih tebal dibandingkan lempeng samudera.
Namun densitas lempeng samudera lebih besar dari pada lempeng benua. Kedua
jenis lempeng tersebut berada dalam posisi mengapung di atas mantel bumi yang
berupa semi-cairan yang sangat panas yang dikenal dengan magma. Cairan panas
tersebut tidak diam, melainkan berputar atau mengalir mengikuti pola konveksi
akibat perbedaan temperatur yang tinggi antara inti bumi dan mantel bumi.
Aliran konveksi tersebut mempengaruhi kestabilan lempeng benua dan lempeng
samudera sehingga lempeng-lempeng tersebut bergerak bahkan saling bertabrakan
satu sama lain. Pada saat lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng benua,
karena memiliki desitas lebih tinggi, maka lempeng samudera melesak atau
menunjam (subducting) ke bawah lempeng benua. Inilah yang
terjadi di bagian selatan pulau Jawa dan bagian barat pulau Sumatera. Lempengan
Indo-Australia yang memuat Australia, India dan Samudera Hindia melesak ke
bawah lempeng Eurasia yang memuat benua Asia, termasuk Indonesia. Pada saat
menghunjam ke bagian yang lebih dalam dimana temperatur dan tekanannya lebih
tinggi, lempeng samudera tersebut meleleh menjadi magma. Adanya rekahan-rekahan
di bagian lempeng benua sebagai akibat dari gesekan dan tabrakan tadi membuka
jalan bagi magma untuk menerobos ke atas mendekati permukaan bumi sekaligus
mendorong lempeng benua membentuk gunung api. Proses ini disebut intrusi magma.
Sebenarnya, deretan gunung api semacam inilah yang membentuk Sumatera, Jawa,
Bali, Lombok dan pulau-pulau dengan gunung api lain sampai ke Laut Banda.
Terkadang magma tersebut memperoleh jalan untuk menuju ke permukaan bumi dan
muncul sebagai lava. Ini terjadi pada saat terjadi letusan gunung api.
HUKUM
KEKEKALAN ENERGI
Siapapun yang
berkecimpung dalam belantara fisika ataupun kimia, haruslah menunduki suatu
hukum yang merupakan poros dari suatu sifat perubahan. Hukum itu adalah Hukum
Kekekalan Energi. Hukum yang menyatakan bahwa Energi itu tetap dan tidak
mungkin diciptakan atau dimusnahkan. Energi di alam itu tidak mungkin bertambah
atau berkurang. Jumlah keseluruhan Energi di alam (energi pikiran manusia,
energi nuklir, energi matahari, energi tumbuhan, energi otot, kalor, energi
gerak, energi potensial, energi listrik, energi elektromagnetik, foton, dan
sebagainya), dari dahulu sampai sekarang dan yang akan datang adalah tetap dan
tak berubah jumlahnya. Energi bisa saja berubah dari bentuk satu ke bentuk yang
lain namun ia tidak bisa dimusnahkan atau diciptakan yang berarti tidak bisa
berkurang atau bertambah jumlahnya.
Energi memang
kekal, tidak dapat di buat dan tidak memiliki akhir. Tidak memiliki asal usul
karena waktu baru ada setelah energi, maka hukum sebab-akibat tidak berlaku
untuk menciptakan energi karena hukum sebab-akibat memerlukan waktu. Tapi, itu
tidak absolut.
Perlu dipahami lagi bahwa kekekalan absolut adalah keabadian, tanpa awal dan akhir, dan tidak terikat oleh waktu. Sedangkan energi disebut kekal karena kuantitasnya tetap selama waktu itu ada, namun waktu itu sendiri tidak kekal. Waktu mulai timbul saat ledakan Big Bang dimana energi jagat raya mulai bekerja. Alam semesta berawal dari ketiadaan, tanpa dimensi ruang, waktu, dan energi.
Perlu dipahami lagi bahwa kekekalan absolut adalah keabadian, tanpa awal dan akhir, dan tidak terikat oleh waktu. Sedangkan energi disebut kekal karena kuantitasnya tetap selama waktu itu ada, namun waktu itu sendiri tidak kekal. Waktu mulai timbul saat ledakan Big Bang dimana energi jagat raya mulai bekerja. Alam semesta berawal dari ketiadaan, tanpa dimensi ruang, waktu, dan energi.
Apa dan
bagaimanakah energi itu dan kenapa energi itu ada pada ketidakadaan. harus ada
yang merencanakan dan merancang eksistensinya dari ketiadaan belaka. Tidak
mungkin alam yang tidak berpikiran merencanakan energi itu yg merupakan unsur
terpenting alam semesta itu. Energi pasti direncanakan dan dirancang oleh
kekuasaan yang tidak terikat oleh hukum waktu dan hukum alam lainnya. Yaitu
Sang Pencipta, yang tidak dapat dinalar karena tidak terikat oleh ketetapan
alam apapun dan Dia menciptakan ketetapan alam itu sendiri dan segala yg bisa
dinalar.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar