RESUME
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
“MODEL PEMBELAJARAN’’
OLEH
SRI WAHYU WIDYANINGSIH (1104033)
DOSEN
PEMBIMBING
Prof.
Dr. Festiyed, M.S
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan resume yang
berjudul “Model Pembelajaran”
ini. Selawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena
dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa dari alam yang penuh dengan
kejahiliahan menuju alam yang penuh keimanan seperti yang kita rasakan sekarang
ini.
Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika, resume ini juga
disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang Model Pembelajaran. Dengan adanya resume ini penulis
berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika
dan dalam mengajar nantinya.
Dalam
penyusunan resume ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Festiyed, MS selaku dosen
pembimbing mata kulian Srategi
Pembelajaran Fisika dan teman-teman yang telah membantu
hingga resume ini selesai sebagaimana mestinya.
Penulis
menyadari dalam penyajian resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada
pembuatan resume yang akan datang. Semoga resume ini bermanfaat sebagaimana
yang diharapkan.
Padang, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................ 2
A.
Perbedaan
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Model Pembelajaran...... 2
B.
Pengertian Model Pembelajaran................................................................................. 6
C.
Macam-macam Model Pembelajaran.......................................................................... 6
BAB III. PENUTUP........................................................................................................ 22
A.
KESIMPULAN......................................................................................................... 22
B.
SARAN...................................................................................................................... 22
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar
mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena
itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru
itu sendiri.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Model
pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yaitu:
1.
Rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2.
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai).
3.
Tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERBEDAAN PENDEKATAN,
STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi
pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik
pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan
pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan
ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
- Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
- Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita
terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
- Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
- Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya
(2008). Jadi, metode
pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan
metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Sementara taktik
pembelajaran merupakan
gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga
istilah desain pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta
konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
B. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang
paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Model
pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar.
Model
pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yaitu:
4.
Rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
5.
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai).
6.
Tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
C. MACAM-MACAM
MODEL PEMBELAJARAN
1. Model pembelajaran dengan pendekatan
induktif dan deduktif.
Kedua
pendekatan ini merupakan pendekatan yang ditinjau dari interaksi antara siswa
dengan bahan ajar. Kedua pendekatan ini saling bertentangan. Pendekatan
deduktif merupakan suatu penalaran dari umum ke khusus, sedangkan pendekatan induktif
suatu penalaran dari khusus ke umum.
a. Pendekatan deduktif berdasarkan
penalaran deduktif.
b. Penalaran deduktif adalah cara
berpikir menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus.
c. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya menggunakan pola berpikir silogisme, terdiri dari 2 macam pernyataan
yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi)
d. Kedua pernyataan pendukung silogisme
disebut premis (hipotesis): premis mayor dan premis minor.
e. Kesimpulan diperoleh sebagai hasil
penalaran deduktif berdasarkan macam premi itu.
2.
Model
pembelajaran dengan pendekatan ekspositori
Pendekatan
ekspositori merupakan suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan
siswa. Dalam pendekatan ini semata-mata siswa tinggal menerima apa yang
disajikan oleh guru. Jadi guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara
sistimatis sehingga siswa dapat menerimanya dengan mudah.
Untuk itu
dalam proses pembelajaran guru perlu melakukan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali
pengetahuan yang berkaitan dengan bahan ajar yang akan disajikan. Dalam
pembelajaran ini guru menjelaskan panjang lebar, jika perlu guru membuat gambar
maupun menggunakan media yang dianggap dapat lebih mempermudah siswa memahami
bahan ajar yang disampaikan.
3.
Model
pembelajaran dengan Pendekatan Proses
Dalam
pendekatan ini guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi
sedemikian sehingga siswa terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman. Atas
bimbingan guru siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai
sendiri suatu kegiatan. Dalam pendekatan proses ini yang dapat dilakukan siswa
antara lain: mengamati gejala yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur
besaran-besarannya, mencari hubungan konsep konsep yang ada, mengenal adanya
masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melakukan percobaan,
menganalisis data dan menyimpulkan.
4.
Model
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Dalam
menggunakan model penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan
persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari
persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa
mengikuti pertunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.
Penemuan
terbimbing biasanya dilakukan dengan bahan yang dikembangkan pembelajarannya
secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan “yang ditemukan” sungguh
secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Seringkali
peranan guru dalam penemuan terbimbing diungkapkan dalam lembar kerja penemuan
terbimbing. Lembar kerja ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan
kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat). Penyusunan lembar
kerja jenis ini biasanya diawali dari guru menyiapkan secara lengkap tahap demi
tahap dalam menjelaskan adanya suatu sifat atau prinsip atau rumus.
Penjelasan
ini dituang dalam suatu tulisan secara lengkap. Kemudian dipikirkan, jika
penjelasan itu dilakukan di kelas, dan dilakukan dengan tanya jawab, dicatat di
bagian manakah yang kiranya perlu digunakan sebagai bahan tanya jawab. Bagian
yang ditanyakan ini dapat berupa pendapat siswa tentang bahan yang lalu yang
perlu digunakan dalam pengembangan konsep, atau pendapat siswa tentang tahapan
yang perlu dipertimbangkan dalam melangkah, atau isian yang berupa bilangan
atau kata kunci dalam menuju tujuan penemuan tersebut.
Bagian-bagian
yang perlu ditanyakan tadilah yang perlu dihapus dari catatan penjelasan
lengkap, dan dalam lembar kerja diungkapkan dalam bentuk tempat kosong atau
titik-titik yang harus diisi oleh siswa Strategi Dan Pendekatan Dalam Model
Investigasi Flenor (1974) membagi kegiatan guru menjadi 5 (lima)
tahap:
a. Apersepsi
b. Investigasi
c. Diskusi
d. Penerapan dan
e. Pengayaan
Pada
investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru
hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan
siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta
menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga
berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri
maupun hasil kerja kelompoknya.
Kadang
mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali
pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan
yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu
menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan. Dalam hal
investigasi yang dilaksanakan secara berkelompok. Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan
1. Mengidentifikasi topik dan
mengorganisasi kelompoknya dalam kelompok peneliti.
2. Merencanakan tugas
pembelajaran,
3. Melaksanakan
penyelidikan,
4. Menyiapkan laporan,
5. Menyampaikan laporan akhir,
6. Mengevaluasi program.
Diskusi
kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat penting guna
memberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan segala hal yang mereka
pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan oleh teman mereka.
Pengalaman yang baik seperti ini akan memotivasi siswa untuk belajar dan mau
menyelidiki (menginvestigasi) lebih lanjut. Pengalaman bekerjasama dalam banyak
hal sangat sesuai dengan semangat gotong royong yang telah berkembang sejak
lama di bumi tercinta Indonesia ini. Hal ini perlu selalu dikembangkan dengan
melatihkannya kepada para siswa.
Dalam
kerja kelompok siswa, sebagian besar siswa menginginkan mereka sendirilah yang
menentukan anggota kelompok kegiatan, dengan banyak anggota 3 − 5 orang siswa
campuran putra dan putri dan dengan berbagai tingkat kemampuan siswa. Kelompok
semacam itu memberikan efektifitas dalam peningkatan hasil belajar siswa.
5.
Koperatif
Learning
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi model
pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila
rata-ratanya 30-40
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti. Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis / pertanyaan
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Penutup.
Kelebihan:
a. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
b. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
a. Anggota kelompok semua mengalami
kesulitan.
b. Membedakan siswa.
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah:
1.
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.
Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3.
Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar.
4.
Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5.
Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6.
Mulai
dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa
mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan
waktu yang lama.
8.
Artikulasi
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Guru
menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk
mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Suruhlan
seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Suruh
siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
9.
Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban. Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru
mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk
kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap
kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap
kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari
data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan
sesuai konsep yang disediakan guru
10. Make – A Match (Mencari Pasangan)
Langkah-langkah
:
1. Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban
2. Setiap
siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap
siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap
siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal
jawaban)
5. Setiap
siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah
satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
7. Demikian
seterusnya
8. Kesimpulan/penutup
11. Think Pair And Share (Frank Lyman,
1985)
Langkah-langkah :
1. Guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa
diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa
diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan
hasil pemikiran masing-masing
4. Guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal
dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
6. Guru
memberi kesimpulan
7. Penutup
Model
pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat
digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance,
relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan
teori-teori belajar.
Model
pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai
jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi
motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan
berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua
komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan
(expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh
Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran
itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim
ARCS.
Model pembelajaran
ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman
nyata para instruktur. Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada
evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya
pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses
kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa. Mengingat
pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan
menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
Dengan
modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen
yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence
(percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi).
Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance,
dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri)
menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence.
Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan
berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa
bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata
attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung
pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik
minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara
minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun
dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan
satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan
pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa.
Kegiatan
pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara
minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga
pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf
awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh
karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model
pembelajaran ARIAS.
Model
pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest,
assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima
komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang
dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
Komponen
pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu
berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan
dengan harapan untuk berhasil. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri
tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di
mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan
mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap
ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini
menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan
berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan.
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang
dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap
percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk
mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang
optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu
kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik
dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
a. Membantu siswa menyadari kekuatan
dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap
diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai
pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil
(sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif
terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Penggunaan model seseorang yang
berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas
dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap
percaya diri. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat
mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat
menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
b. Memberi tugas yang sukar tetapi
cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya
memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas
yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat
kesukarannya
c. Memberi kesempatan kepada siswa
secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
Komponen
kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan
siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa
kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna
bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang
akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan
yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada
manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa
yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan
mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan
baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan
sama.
Dalam
kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam
pembelajaran adalah:
a. Mengemukakan tujuan sasaran yang
akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit)
pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan. Hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar mereka.
b. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi
kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di
masa mendatang.
c. Menggunakan bahasa yang jelas atau
contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai
yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.
Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat
menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi
siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik
tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan
fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang
dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan
media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian
dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran
pada setiap kegiatan pembelajaran.
Komponen
ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan
minat/perhatian siswa. Sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada
minat/perhatian. Dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus
dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan
memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya
minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa
melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik
sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara
minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran.
Minat/perhatian
merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar
siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga
minat/perhatian siswa antara lain adalah:
a. Menggunakan cerita, analogi, sesuatu
yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam
pembelajaran.
b. Memberi kesempatan kepada siswa
untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa
diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan
atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
c. Mengadakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari
suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
d. Mengadakan komunikasi nonverbal
dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang dapat
dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.
Komponen
keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan
dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam
pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi guru evaluasi
merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh
siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok;
untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam
belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan
motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki
kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran. Evaluasi tidak
hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka
sendiri (self assessment) atau evaluasi diri.
Evaluasi
diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman
mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari
sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau
kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri.
Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar
mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Evaluasi diri
secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.
Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa
yang ingin mereka capai. Evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
·
Mengadakan
evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
·
Memberikan
evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi
kepada siswa.
·
Memberi
kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
·
Memberi
kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Komponen
kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan
dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar
satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil
mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan
tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut
untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau penguatan yang dapat
memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul
dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana
individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau
mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh
dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut
kebanggaan ekstrinsik . Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang
dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun
nonverbal dari orang lain atau lingkungan.
13. Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
1. Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika
perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu
atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan
hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
14. Contextual Teaching and
Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran
yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
a.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan
yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan
pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa
belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah
perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus
dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan jaman.
b.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami
sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan
itu. Transfer belajar; anak
harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru
mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa
bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
c.
Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya
jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru
digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis
dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud
keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan
ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam
membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri
meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data,
kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau
komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau
kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan
mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau
melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model
tentang how to learn
(cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa
berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau
merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk
mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar
dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah;
pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan
jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari
itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang
menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata.
Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa
agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr
periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya
dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
d.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik.
Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat
belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam
pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik
yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
BAB
III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
2. SARAN
Dalam pembuatan
makalah ini tentu banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu
pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Terima Kasih, tulisanmu sangat membantu :)
BalasHapus