RESUME
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
“STRATEGI PEMBELAJARAN’’
OLEH
Sri
Wahyu Widyaningsih
(1104033)
DOSEN
PEMBIMBING
Prof.
Dr. Festiyed, M.S
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan resume yang
berjudul “Strategi
Pembelajaran” ini. Selawat beriring salam penulis sampaikan
kepada nabi Muhammad SAW karena dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa
dari alam yang penuh dengan kejahiliahan menuju alam yang penuh keimanan
seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika, resume ini juga
disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang Strategi Pembelajaran. Dengan adanya resume ini penulis
berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika
dan dalam mengajar nantinya.
Dalam
penulisan makalah ini, tentu saja tidak akan dapat diselesaikan dengan
sendirinya oleh penulis tanpa dorongan dan semangat, serta bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga dengan bantuan tersebut penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen pembimbing ibu Prof. Dr. Festiyed, M.Si yang telah memberikan arahan
kepada penulis.
Penulis
menyadari dalam penyajian resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada
pembuatan resume yang akan datang. Semoga resume ini bermanfaat sebagaimana
yang diharapkan.
Padang, November 2011
Sri Wahyu Widyanigsih
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................. 2
A. Pengertian Strategi Pembelajaran.................................................................
2
B. Klasifikasi Strategi
Pembelajaran................................................................. 5
C. Komponen
Strategi Pembelajaran ............................................................... 9
D. Pola-Pola
Belajar Peserta Didik................................................................... 12
E. Instrumental
Input atau Sasaran.................................................................. 16
F. Inveromental
Input (Lingkungan)................................................................ 17
G. Strategi
Pembelajaran Efektif...................................................................... 17
BAB
III PENUTUP....................................................................................................... 22
A. Kesimpulan.................................................................................................. 22
B. Saran............................................................................................................ 22
REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
pertemuan sebelumnya kita telah membahas mengenai belajar, pembelajaran dan
teori belajar dan pembelajaran. Belajar merupakan proses bagi manusia untuk
menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai
sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Sedangkan pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan ,
penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dan untuk pertemuan kali ini kita akan membahas mengenai
strategi pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia
militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi,
untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia
akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat
untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series
of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi,
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
Secara
umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Dalam
dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(Sanjaya, 2007 : 126).
Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and
Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007 : 126).
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan
rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan
suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia
militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi,
untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia
akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat
untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series
of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi,
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Sanjaya Wina (2007) istilah strategi, sebagaimana
banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak
selalu sama. Di dalam konteks belajar-mengajar, strategi berarti pola umum
perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar.
Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud
tampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam
bermacam-macam peristiwa belajar. Dengan demikian maka konsep strategi dalam
hal ini menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta
didik di dalam peristiwa belajar-mengajar. Implisit di balik karakteristik
abstrak itu adalah rasional yang membedakan strategi yang satu dari strategi
yang lain secara fundamental. istilah lain yang juga dipergunakan untuk maksud
ini adalah model-model mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru-peserta
didik dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan
prosedur instruksional.
Di bawah ini
akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran.
·
Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
·
Kozma (dalam Sanjaya
2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.
·
Gerlach dan Ely menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya
dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik.
·
Dick dan Carey (1990
dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya
terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk
juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik.
·
Cropper di dalam Wiryawan
dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus
dapat dipraktikkan.
Ada dua hal yang patut dicermati dari
pengertian-pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan
rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Strategi pembelajaran berbeda dengan
desain instruksional karena strategi pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan
variasi pola dalam arti macam dan urutan umum perbuatan belajar-mengajar yang
secara prinsip berbeda antara yang satu dengan yang lain, sedangkan desain
instruksional menunjuk kepada cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan
belajar tertentu, setelah ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih
strategi pembelajaran tertentu. Kalau disejajarkan dengan pembuatan rumah,
pembicaraan tentang (bermacam-macam) strategi pembelajaran adalah ibarat
melacak pelbagai kemungkinan macam rumah yang akan dibangun (joglo, rumah
gadang, villa, bale gede, rumah gedung modern, dan sebagainya yang
masing-masing menampilkan kesan dan pesan unik), sedangkan desain
instruksional adalah penetapan cetak biru rumah yang akan dibangun itu serta
bahan-bahan yang diperlukan dan urutan langkah-langkah konstruksinya maupun
kriteria penyelesaian dari tahap ke tahap sampai dengan penyelesaian akhir, setelah
ditetapkan tipe rumah yang akan dibuat.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa
untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan
wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran
sesuai dengan tujuan-tujuan belajar, baik dalam arti efek instruksional maupun
efek pengiring, yang ingin dicapai berdasarkan rumusan tujuan pendidikan yang
utuh, di samping penguasaan teknis di dalam mendesain sistem lingkungan
belajar-mengajar dan mengimplementasikan secara efektif apa yang telah
direncanakan di dalam desain instruksional.
Ceramah, diskusi, bermain peran, LCD,
video-tape, karya wisata, penggunaan nara sumber, dan lain-lainnya merupakan
metode, teknik dan alat yang menjadi bagian dari perangkat alat dan cara di dalam
pelaksanaan sesuatu strategi pembelajaran. Juga harus dicatat bahwa dalam
peristiwa pembelajaran, seringkali harus dipergunakan lebih dari satu strategi,
karena tujuan-tujuan yang akan dicapai juga biasanya kait-mengait satu dengan
yang lain dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang lebih umum.
Agar tidak bias dalam mendefinisikan strategi
pembelajaran, dibutuhkan pemahaman terhadap pengertian-pengertian lain yang
mirip dengan strategi pembelajaran yang selalu digunakan seperti model,
pendekatan, strategi, metode dan teknik. Dalam referensi kependidikan sering
disandingkan antara pengertian-pengertian tersebut dengan maksud yang serupa,
namun dalam bahan perkuliahan ini akan diuraikan perbedaan antara model,
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran,
B. KLASIFIKASI
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Strategi
Deduktif-Induktif
Strategi pembelajaran pembelajaran deduktif adalah
pembelajaran yang dimulai dengan prinsip yang diketahui ke prinsi[ yang tidak
diketahui. Sedangkan strategi pembelajaran induktif adalah pembelajaran yang
dimulai dari prinsip-prinsip yang tidak diketahui ke prinsip-prinsip yang
diketahui.
2. Strategi pembelajaran
langsung
Strategi pembelajaran langsung
merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif
untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap.
Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan
dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran
kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik
dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung
perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
3.
Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut
inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan.
Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung
umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat
saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi
fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) mendorong
ketertarikan dan keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan
menyelesaikan masalah, (3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan
interpersonal dan kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik, (5) mengekspresikan
pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu
panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak
cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
4. Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing
di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta
didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan
guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan
merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik
dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan
kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang
rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau
kelompok-kelompok dan
metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung
pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
5. Strategi
pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang
pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain
merupakan faktor kritis
dalam
pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara lain: (1) meningkatkan
partisipasi peserta didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3)
meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi
yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada
proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu
yang panjang.
6.
Strategi pembelajaran mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk
membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada
perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga
bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta
didik yang mandiri dan bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah
peserta MI belum dewasa, sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
Karakteristik dan cara penggunaan macam-macam strategi di
atas, akan dibahas tuntas pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Strategi yang
akan dibahas telah dimodivikasi sesuai yang banyak diperlukan dalam
pembelajaran di Mi, yaitu: pada paket 5, dibahas tentang strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), paket 6, strategi pembelajaran tak
langsung (indirect instruction) yang diberi judul dengan startegi
pembelajaran inkuiri , paket 7, strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM), paket 8, strategi pembelajaran kooperatf (Cooperative Learning),
paket 8, strategi pembelajaran aktif, dan paket 9, strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berfikir
7. Strategi
pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir
Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi
pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus
menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir
siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari
pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal.
Kedua,
telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan
anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan
anak.
8. Strategi
pembelajaran kooperatif
Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategipembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya
aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya
tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan.
9. Strategi
pembelajaran afektif
Strategi
pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh
sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa.
Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan
tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk
dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran
yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak
itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan
keluarga.
Strategi pembelajaran afektif pada umumnya
menghadapkan siswa pada
situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi
ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang
dianggapnya baik.
C. KOMPONEN
STRATEGI PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang
mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen,
antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi.
Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan
sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak
boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode,
bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara
keseluruhan.
1. Guru
Guru adalah pelaku
pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di
tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak
dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru
mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi.
Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan
rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik
supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta
didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai
dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus
berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2. Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan
belajar untuk mengembangkan potensi
kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini
dapat dimodifikasi oleh guru.
3. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk
menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam
strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus
dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang
ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
4. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan
arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.
Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam
kegiatan pembelajaran.
5. Kegiatan
pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,
maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran
yang berlangsung.
7. Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai
tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu
nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain,
sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan
lain-lain.
8. Sumber
Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar
dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya,
manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
9. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga
bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah
ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi
sumatif dan formatif.
10. Situasi atau
Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan
fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan
hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang
lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat
untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan
menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan
mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih
mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi
pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu: peserta didik sebagai raw input, entering behavior peserta
didik, dan instrumental input atau sasaran.
11. Peserta didik
sebagai raw input.
Strategi pembelajaran digunakan dalam rangka membelajarkan
peserta didik. Untuk itu dalam pembelajaran seorang guru harus memperhatikan
siapa yang dihadapi. Peserta didik pada tingkat sekolah yang sama cenderung
memiliki umur yang sama, sehingga perkembangan intelektual pada umumnya adalah
sama. Dipandang dari kesamaan ini, maka seorang guru dapat menggunakan metode
atau teknik yang sama dalam membelajarkan peserta didik. Namun demikian di
samping persamaan tersebut, peserta masih mempunyai perbedaan-perbedaan
walaupun pada umur yang relatif sama.
Perbedaan peserta didik tersebut dari segi fisiologisnya
adalah pendengaran, penglihatan, kondisi fisik, juga perbedaan dari segi
psikologisnya. Perbedaan segi psikologis tersebut antara lain adalah IQ, bakat,
motivasi, minat/perhatian, kematangan, kesiapan, dan masih banyak lagi.
Kondisi-kondisi tersebut sangat mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Untuk
itu, dalam menentukan strategi pembelajaran harus
diperhatikan hal-hal di atas.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
heterogenitas peserta dalam kelas yang sama adalah seorang guru disarankan
untuk menggunakan multimetode dan multimedia. Hal ini disebabkan masing-masing
metode dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan dimungkinkan
masing-masing peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik pada metode
dan media tertentu.
12. Entering
Behavior Peserta Didik
Seorang pendidik untuk dapat menentukan strategi
pembelajaran yang sesuai terlebih dahulu harus mengetahui perubahan
perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara
behavior peserta didik. Misalnya, apakah tingkat prestasi yang dicapai
peserta didik itu merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan?.
Untuk kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik perilaku
peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan saat kegiatan belajar mengajar
dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku peserta didik yang
dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang
dimaksudkan dengan entering behavior peserta didik. Entering
bahavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
·
Secara tradisional, telah lazim
para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum
menyajikan bahan baru.
·
Secara inovatif, guru tertentu
di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau mampu mengembangkan instrumen
pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pretes sebelum
mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.
D. POLA-POLA BELAJAR PESERTA DIDIK
Mengetahui pola belajar peserta didik adalah modal bagai
seorang guru untuk menentukan strategi pembelajaran. Robert M. Gagne (1979)
membedakan pola-pola belajar peserta didik ke dalam delapan tipe, yang tiap
tipe merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan
tipe belajar dimaksud adalah: 1) signal , (belajar isyarat), 2) stimulus-response
learning (belajar stimupons), 3) chaining (rantai atau rangkaian),
4) verbal association,(asosiasi verbal), 5) discrimination learning (belajar
diskriminasi), 6) concept learning (belajar konsep), 7) rule learning
(belajar aturan), problem solving (memecahkan masalah).
Kedelapan tipe belajar sebagaimana disebutkan di atas
akan dijelaskan satu per satu secara singkat dan jelas sebagai berikut.
Belajar Tipe 1:
Signal Learning (Belajar Isyarat)
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi,
tidak ada persyaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju
jenjang belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai
penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary ( tidak sengaja
dan tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional
di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini
adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak dan
perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali. Signal learning. Ini
mirip dengan conditioning menurut Pavlov yang timbul setelah
sejumlah pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum dan emosional
selain timbulnya dengan tidak sengaja dan tidak dapat dikuasai. Contoh: Aba-aba
“Siap!” merupakan suatu signal atau isyarat mengambil sikap tertentu. Melihat
wajah ibu menimbulkan rasa senang. Wajah ibu di sini merupakan isyarat
yang menimbulkan perasaan senang itu. Melihat ular yang besar menimbulkan rasa
takut. Melihat ular merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan tertentu.
Belajar Tipe 2:
Stimulus-Respons Learning (Belajar Stimulus-respon)
Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical
condition, maka belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental conditioning
atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba). Proses belajar
bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang
diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. Waktu
antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R
dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.
Contoh: Anjing dapat diajar “memberi’
salam”.dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan “Kasih tangan! ”
atau “Salam “. Ucapan `kasih tangan’ merupakan stimulus yang menimbulkan
respons `memberi’ salam’ oleh anjing itu.
Belajar Tipe 3:
Chaining (Rantai atau Rangkaian)
Chaining adalah belajar menghubungkan satuan
ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang
diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal
anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik
maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement
tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
Contoh: Dalam bahasa kita banyak contoh chaining
seperti ibu-bapak, kampung-halaman, selamat tinggal, dan sebagainya.
Juga dalam perbuatan kita banyak terdapat chaining ini, misalnya pulang
kantor, ganti baju, makan malam, dan sebagainya. Chaining terjadi
bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, sebab yang terjadi segera setelah
yang satu lagi. Jadi berdasarkan hubungan conntiguity).
Belajar Tipe 4.
Verbal Association (Asosiasi Verbal)
Baik chaining maupun verbal association, yang
kedua tipe belajar ini, menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu
dengan lain. Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila
diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat mengatakan “bujur
sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya. Sebelumnya, ia
harus dapat membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal `bujur sangkar’
sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal ‘bola’, `saya’, dan ‘itu’.
Hubungan itu terbentuk, bila unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang
satu segera mengikuti satu lagi (conntiguity).
Belajar Tipe 5:
Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
Discrimination learning atau belajar
membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara
perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola
respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama berlangsung proses belajar
ini adalah anak didik sudah mempunyai pola aturan melakukan chaining dan
association serta pengalaman (pola S-R)
Contoh:. Guru mengenal peserta didik serta
nama masing-masing karena mampu mengadakan diskriminasi di antara anak itu.
Diskriminasi didasarkan atas chain. Anak misalnya harus mengenal mobil
tertentu berserta namanya. Untuk mengenal model lain diadakannya chain baru
dengan kemungkinan yang satu akan mengganggu yang satunya lagi. Makin banyak
yang dirangkaikan, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena kemungkinan
gangguan atau interference itu, dan kemungkinan suatu chain dilupakan.
Belajar Tipe 6:
Concept Learning (Belajar Konsep)
Concept learning adalah belajar
pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan
objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep. Kondisi utama yang
diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental
sebelumnya.
Belajar konsep dapat dilakukan karena kesanggupan manusia
untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan
menggunakan bahasa. Manusia dapat melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan
kemampuannya mengabstraksi. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan
dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar,
jumlah, dan sebagainya. la dapat menggolongkan manusia menurut hubungan
keluarga, seperti bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya; menurut bangsa,
pekerjaan, dan sebagainya. Dalam hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasai oleh
stimulus dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk yang abstrak. Misalnya kita
dapat menyuruh peserta didik dengan perintah: “Ambilkan botol yang di
tengah! ” Untuk mempelajari suatu konsep, peserta didik harus mengalami
berbagai situasi dengan stimulus tertentu. Untuk itu, ia harus dapat mengadakan
diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep itu.
Proses belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur.
Belajar Tipe 7:
Rule Learning (Belajar Aturan)
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum,
dan kaidah. Pada tingkat ini peserta didik belajar mengadakan kombinasi
berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif,
dedukatif, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas)
sehingga peserta didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin
selanjutnya dipandang sebagai “rule “: prinsip, daliI, aturan, hukum,
kaidah, dan sebagainya.
Belajar Tipe 8:
Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving adalah belajar
memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar merumuskan
memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan
atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang
telah dikuasainya. Belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: Individu
menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan
sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. Langkah-langkah yang
memecahkan masalah, adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan dan
Menegaskan Masalah
Individu melokalisasi letak sumber kesulitan, untuk
memungkinkan mencari jalan pemecahannya. la menandai aspek mana yang mungkin
dipecahkan dengan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya
sebagai pegangan.
2. Mencari Fakta
Pendukung dan Merumuskan Hipotesis
Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan
termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa.
Kemudian mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan pemecahannya yang
dapat dirumuskan sebagai pertanyaan dan jawaban sementara yang memerlukan
pembuktian (hipotesis).
3. Mengevaluasi
Alternatif Pemecahan yang Dikembangkan
Setiap alternatif pemecahan ditimbang dari segi untung
ruginya. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang
dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntungkan.
4. Mengadakan
Pengujian atau Verifikasi
Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental
alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktikkan, atau dilaksanakan. Dari hasil
pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang
telah dirumuskan.
E. INSTRUMENTAL INPUT ATAU SASARAN
Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pembelajaran.
Yang termasuk dalam instrumental input antara lain guru, kurikulum,
bahan/sumber, metode, dan media.
Keberadaan instrumental input ini sangat mempengaruhi
dalam menentukan strategi pembelajaran. Misalnya secara teoritis, dipandang
dari tujuannya maka suatu materi harus disajikan dengan menggunakan metode
laboratorium, namun karena tidak adanya media di sekolah tersebut, maka diganti
dengan metode demonstrasi atau yang lainnya.
Strategi pembelajaran yang dterapkan oleh guru akan
selalu bergantung pada sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan
berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkrit, yakni Tujuan
Instruksional Khusus dan Tujuan Instruksional Umum, tujuan
kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran
akhir kegiatan pelajaran akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara
serta sasaran-kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam
ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan tersebut harus memiliki
kualifikasi: a) pengembangan bakat secara, optimal, b) hubungan antarmanusia,
c) efisiensi ekonomi, dan d) tanggung jawab warga selaku warga negara.
Pandangan hidup para guru maupun peserta didik akan turut
mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman.
Konsekuensinya akan mempengaruhi juga kebijakan tentang perencanaan,
pengorganisasian, serta penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar.
F.
ENVIROMENTAL
INPUT ( LINGKUNGAN)
Lingkungan sangat mempengaruhi guru di dalam menentukan
strategi belajar- mengajar. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan
fisik (misalnya iklim, sekolah, letak sekolah, dan lain sebagainya), dan hubungan
antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain.
Contoh keadaan ini misalnya seharusnya menurut isi materinya seharusnya
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat
sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat
kliping.
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari
lingkungan sekolah yang diiorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar
kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut
menentukan lingkungan dalam membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang
baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para peserta didik
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujua yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam
suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi
serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, job description guru dalam
implementasi proses belajar- mengajar sebagai berikut.
·
Perencanaan instruksional, yaitu alat
atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
·
Organisasi belajar yang merupakan usaha
menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar.
Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan
mengarahkan motivasi belajar peserta didik.
·
Supervisi dan pengawasan, yakni usaha
mengawasi, menunjang, manbantu, mengaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain
sebelumnya.
·
Penelitian yang lebih bersifat
penafsiran penilaian yang mendukung pengertian lebih luas dibanding
dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
G. STRATEGI
PEMBELAJARAN EFEKTIF
Pengertian strategi pembelajaran efektif adalah prinsip
memilih hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi
pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak
semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan
semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Killen (1998): No teaching strategy is better
than others in all circumstances, so you have to be able to use a variety of
teaching strategies, and make rational decisions about when each of the
teaching strategies is likely to most effective.
Apa yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus
mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru
perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai
berikut.
1.
Berorientasi pada Tujuan
Segala aktivitas guru dan peserta didik, mestinya
diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting,
sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena keberhasilan suatu
strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran.
2.
Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivitas peserta didik.
3.
Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu
peserta didik. Walaupun kita mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada
hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap peserta
didik.
4.
Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan
seluruh pribadi peserta didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan
kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek afektif, dan psikomotorik.
Prinsip khusus
dalam pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.
1. Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan
hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke peserta didik; akan tetapi
mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang
peserta didiik untuk belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran adalah
proses interaksi baik antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan
peserta didik, maupun antara peserta didik dengan lingkungannya. Melalui proses
interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik akan berkembang, baik mental
maupun intelektualnya.
2. Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang
memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai
informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati,
yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang peserta
didik untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka
berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta didik
berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap peserta didik.
3. Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin
dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan.
Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses
yang menyenangkan (joyfull learning). Proses pembelajaran yang
menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan
menarik, yaitu yang memenuhi unsur kesehatan, misalnya dengan pengaturan
cahaya, ventilasi, dan sebagainya; serta memenuhi unsur keindahan, misalnya
cat tembok yang segar dan bersih, bebas dari debu, lukisan dan karya-karya
peserta didik yang tertata, vas bunga, dan lain sebagainya. Kedua, melalui
pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan
pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta
gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
4. Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan
rasa ingin tahu peserta didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara
intuitif atau bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus
dapat merangsang peserta didik untuk berpikir (learning how to learn)
dan melakukan (learning how to do). Apabila guru akan memberikan
informasi, hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi yang siap
dikonsumsi peserta didik, akan tetapi informasi yang mampu membangkitkan
peserta didik untuk mau “mengunyahnya”, untuk memikirkannya sebelum ia
mengambil kesimpulan. Untuk itu, dalam hal-hal tertentu, sebaiknya guru
memberikan informasi yang “meragukan”, kemudian karena keraguan itulah peserta
terangsang untuk membuktikannya.
5. Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan peserta didik. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin mereka
memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi
merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri
peserta didik manakala mereka merasa membutuhkan (need). Peserta didik
yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh sebab, itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat
menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan peserta
didik, dengan demikian peserta didik akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh
nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Menurut
Djamarah (2002 : 5-6) ada
empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1.
Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.
Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3.
Memilih
dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan
kegiatan mengajarnya.
4.
Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari
batasan di atas, dapat digambarkan bahwa ada empat pokok masalah yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar agar dapat berhasil sesuai dengang yang diharapkan.
Pertama,
dapat dilihat bahwa apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar
mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah, oleh karena itu maka tujuan dari
pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami
oleh anak didik.
Kedua,
memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran. Dan disini dapat dilihat bahwa bagaimana cara seorang guru memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang harus digunakan oleh seorang
guru dalam memecahkan masalah suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.
Ketiga,
memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode dan teknik penyajian untuk memotivasi
anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan
masalah.
Keempat,
menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan
tugas-tugas yang telah dilakukannya. Sehingga suatu program baru bisa diketahui
keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan
belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan
dengan strategi dasar yang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
- Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
- Klasifikasi strategi pembelajaran
a. Strategi
Deduktif-Induktif
b.
Strategi pembelajaran langsung
c.
Strategi pembelajaran tak langsung
d.
Strategi pembelajaran interaktif
e.
Strategi pembelajaran empirik (experiential)
f.
Strategi pembelajaran mandiri
g. Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir
h. Strategi
pembelajaran kooperatif
i.
Strategi pembelajaran afektif
3.
Komponen
strategi pembelajaran
a.
Guru
b.
Peserta didik
c.
Tujuan
d.
Bahan Pelajaran
e.
Kegiatan pembelajaran
f.
Metode
g.
Alat
h.
Sumber Pembelajaran
i.
Evaluasi
j.
Situasi atau Lingkungan
k.
Peserta didik sebagai raw input.
l.
Entering Behavior Peserta Didik
B.
SARAN
Dalam pembuatan makalah ini tentu
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu pemakalah mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar