RESUME
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
“SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN’’
OLEH
Sri
Wahyu Widyaningsih
(1104033)
DOSEN
PEMBIMBING
Prof.
Dr. Festiyed, M.S
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan resume yang
berjudul “Soft Skill dalam
Pembelajaran” ini. Selawat beriring salam penulis sampaikan
kepada nabi Muhammad SAW karena dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa
dari alam yang penuh dengan kejahiliahan menuju alam yang penuh keimanan
seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika, resume ini juga
disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang Soft Skill dalam Pembelajaran. Dengan adanya resume
ini penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika
dan dalam mengajar nantinya.
Dalam
penulisan makalah ini, tentu saja tidak akan dapat diselesaikan dengan
sendirinya oleh penulis tanpa dorongan dan semangat, serta bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga dengan bantuan tersebut penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen pembimbing ibu Prof. Dr. Festiyet, M.Si yang telah memberikan arahan
kepada penulis.
Penulis
menyadari dalam penyajian resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada
pembuatan resume yang akan datang. Semoga resume ini bermanfaat sebagaimana
yang diharapkan.
Padang, November 2011
Sri Wahyu Widyanigsih
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A. Pengertian Soft Skill...................................................................................
3
B. Manfaat Soft Skill ...................................................................................... 5
C. Pengembangan
Soft Skill dalam Pembelajaran .......................................... 6
D. Pengembangan Soft Skill Siswa.................................................................. 8
E. Antara Soft Skill dan Hard Skill................................................................. 10
F. Soft Skill dalam Perusahaan......................................................................... 12
BAB
III PENUTUP....................................................................................................... 16
A. Kesimpulan.................................................................................................. 16
B. Saran............................................................................................................ 16
REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan dan aspek aspek yang harus
dilihat sebagai indikator keberhasilan pendidikan nasional, di antaranya aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, selama ini sistem pendidikan
nasional masih berorientasi pada pengembangan intelligence quotient (IQ). Dalam
implementasinya kurikulum pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan
masih berorientasi pada perolehan nilai hasil ujian. Tidak mengherankan jika
hanya ujian nasional (UN) yang sering dijadikan acuan dalam keberhasilan
belajar siswa.
Penguasaan
kemampuan yang bersifat teknis akademis (hard skills) akan semakin
lengkap apabila memiliki kemampuan intrapersonal dan interpersonal (soft
skills). Dengan menguasai soft skill, maka proses pembelajaran akan berlangsung
sebab tahapan pembelajaran adalah dari sesuatu yang konkrit mengarah
kepada yang abstrak.
Soft skill
merupakan bagian keterampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau
sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan
soft skill lebih mengarah kepada ketrampilan psikologis maka dampak yang
diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa
dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja
sama, membantu orang lain dan sebagainya. Keabstrakan kondisi tersebut
mengakibatkan soft skill tidak mampu dievaluasi secara tekstual karena
indikator-indikator soft skill lebih mengarah pada proses eksistensi seseorang
dalam kehidupannya.
Pengembangan
soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan
tingkatan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang juga tidak sama. Hal ini
dikarenakan proses pengembangan soft skill berjalan linier dengan proses
kehidupan seseorang. Kondisi ini mengakibatkan kita tidak bisa mendapatkan
pelajaran soft skill dari sekolah formal. Soft skill dipelajari dalam kehidupan
sosial melalui interaksi sosial.
Kita dapat
mempelajari soft skill melalui pengamatan atas perilaku orang lain dan juga
atas refleksi tindakan kita sebelumnya. Dengan kata lain, soft skill bisa kita
pelajari melalui proses pengasahan soft skill kita baik dari melihat maupun
melakukan sesuatu. Konsep pembelajarannya-pun tidak terikat waktu dan tempat
sehingga kita bisa belajar soft skill kapan dan di mana saja selama kita
berinteraksi dengan orang lain.
Makalah ini
akan membahas mengenai softskill dalam pembelajaran yang akan dipaparkan pada pembahasan Bab II,
semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi kita
tentang softskill dalam
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOFT SKILL
Konsep tentang soft skill sebenarnya
merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah
kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan
sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan
pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Kedua kemampuan tersebut dapat
dimiliki oleh seseorang melalui proses pembelajaran maupun proses pembiaasan
dalam kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar, kemampuan
intrapersonal mencakup beberapa aspek, yaitu:
1.
Kesadaran diri (self awareness),
yang didalamnya meliputi: kepercayaan diri, kemampuan untuk melakukan penilaian
dirinya, pembawaan, serta kemampuan mengendalikan emosional.
2.
Kemampuan diri (self skill), yang
didalamnya meliputi: upaya peningkatan diri, kontrol diri, dapat dipercaya,
dapat mengelola waktu dan kekuatan, proaktif, dan konsisten.
Sedangkan kemampuan interpersonal juga
mencakup beberapa aspek yaitu:
1.
Aspek kesadaran sosial (social
awareness), yang meliputi kemampuan kesadaran politik, pengembangan aspek-aspek
yang lain, berorientasi untuk melayani, dan empati.
2.
Aspek kemampuan sosial (social
skill), yang meliputi kemampuan memimpin, mempunyai pengaruh, dapat
berkomunikasi, mampu mengelola konflik, kooperatif dengan siapapun, dapat
bekerja sama dengan tim, dan bersinergi.
Disamping itu, soft skill juga bisa
diterjemahkan ke dalam kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat
mengembangan perasaan positif (positive feeling), selalu dan bisa untuk
berfikir positif (positive thinking), dan mempunyai kebiasaan positif (positive
habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan
diri sendiri maupun untuk orang lain.
Soft
skill adalah istilah sosiologis yang
berkaitan dengan seseorang “EQ” (Emotional Intelligence Quotient),
kumpulan karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang
menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft melengkapi keterampilan
keterampilan keras (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan
teknis pekerjaan dan banyak kegiatan lainnya.
Seseorang
yang lembut EQ keterampilan merupakan bagian penting dari individu nya
kontribusi bagi keberhasilan suatu organisasi. Terutama yang berhubungan dengan pelanggan
organisasi face-to-face umumnya lebih berhasil jika mereka melatih staf mereka
untuk menggunakan keterampilan ini. Skrining atau pelatihan untuk
kebiasaan atau ciri-ciri pribadi seperti ketergantungan dan kesadaran dapat
menghasilkan laba atas investasi yang signifikan bagi suatu organisasi. Untuk
alasan ini, soft skill semakin dicari oleh pengusaha di samping standar
kualifikasi.
Telah
dikatakan bahwa dalam sejumlah soft skill profesi mungkin lebih penting dalam
jangka panjang daripada keterampilan teknis. Profesi hukum adalah salah
satu contoh di mana kemampuan untuk berhubungan dengan orang secara efektif dan
sopan, lebih dari sekadar nya keterampilan teknis, dapat menentukan
keberhasilan profesional pengacara.
Kecakapan hidup merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Soft skill sering juga disebut keterampilan lunak adalah keterampilan
yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Secara
garis besar keterampilan ini dapat dikelompokkan ke dalam:
1.
Process Skills
2.
Social Skills
3.
Generic Skills
Contoh lain dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam
kategori soft skills adalah etika/profesional, kepemimpinan, kreativitas,
kerjasama, inisiatif, facilitating kelompok maupun masyarakat,
komunikasi, berpikir kritis, dan problem solving.
Keterampilan-keterampilan tersebut umumnya berkembang dalam kehidupan
bermasyarakat. Fakta-fakta yang ada di dalam kehidupan saat ini:
1.
Terjadi
perubahan kehidupan bermasyarakat sebagai dampak dari perkembangan teknologi
dan lingkungan sosial telah mempersempit kesempatan mengembangkan keterampilan
sosial.
2.
Penyesuaian
diri terhadap persaingan hidup (baik kehidupan pribadi maupun dunia kerja)
menuntut dikuasainya keterampilan (hard maupun soft).
3.
Pembelajaran
tradisional yang lebih banyak dilakukan dengan satu arah, kurang memfasilitasi
berkembangnya soft skills ini.
B. MANFAAT SOFT SKILL
1. Berpartisipasi dalam tim.
2. Mengajar orang lain.
3. Memberikan layanan.
4. Memimpin sebuah tim.
5. Bernegosiasi.
6. Menyatukan sebuah tim di tengah-tengah perbedaan budaya.
7. Motivasi.
8. Pengambilan keputusan menggunakan keterampilan.
9. Menggunakan kemampuan memecahkan masalah.
10. Amati bentuk etiket.
11. Berhubungan dengan orang lain.
12. Menjaga berarti percakapan (basa-basi).
13. Menjaga percakapan bermakna (diskusi/perdebatan).
14. Menetralkan argumen dengan waktu, petunjuk dan sopan, bahasa
singkat.
15. Berpura-pura minat dan berbicara dengan cerdas tentang topik
apapun.
C. PENGEMBANGAN SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN
Atribut
soft skill sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar
yang berbeda-beda. Atribut tersebut dapat berubah jika yang bersangkutan mau
mengubahnya. Atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang.
Bagaimana mengubah atau mengembangkannya? Tidak lain tidak bukan, harus diasah
dan dipraktekkan oleh setiap individu yang belajar atau ingin mengembangkannya.
Salah satu ajang yang cukup baik untuk mengembangkan soft skill adalah melalui
pembelajaran dengan segala aktivitasnya dan lembaga kesiswaan.
Soft
skill merupakan kemampuan khusus, diantaranya meliputi social interaction,
ketrampilan teknis dan managerial. Kemampuan ini adalah salah satu hal yang
harus dimiliki tiap siswa dalam memasuki dunia kerja. Gambaran mengenai
persentase kemampuan seorang siswa yang diperoleh dari kampus mereka.
Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan dan
keterampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan
teknis dan sisanya soft skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk
menghadapi dunia kerja yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari
data tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam memasuki dunia
kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih dominan.
Untuk
mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh
adalah dimulai dari guru. Maka, Ichard skillan yang juga turut merumuskan
pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru
supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi
living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan
sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak
yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya
berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa,
ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Lihat di Indonesia,
korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa
sekolah.
Soft
skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi
pembelajaran. Materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa,
tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen.
Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan
yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk
mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.
Tentu
saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih
merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi”
pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta
komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat.
Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus
dikembangkan ketika mengajar.
Hard
skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk
menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban
tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang
divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi,
sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa
menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah
afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format
observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang
direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi
juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes
maupun perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah
nyata, sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa
shadow authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara
lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan
behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak
hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
Banyak survey yang telah dilakukan dan
mengungkapkan bahwa lulusan universitas yang dibutuhkan di dunia kerja adalah
lulusan yang tidak hanya memiliki hardskills namun juga yang memiliki
serangkaian softskill. sebutlah seperti kemampuan berkomunikasi dan
bekerja dalam tim. hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang tidak membutuhkan
orang-orang yang memiliki kemampuan tersebut. pada umumnya, hardskills
didefinisikan sebagai kemampuan menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan
keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. misalnya seorang
insinyur mesin seharusnya menguasai ilmu dan teknik permesinan. sedangkan
softskills didefinisikan sebgai kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain (interpersonal skills) dan kemampuan dalam mengatur/mengelola
dirinya sendiri (intrapersonal skills).
D. MENGEMBANGKAN SOFT SKILL SISWA
Untuk
mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh
adalah dimulai dari guru. Maka, Ichard skillan yang juga turut merumuskan
pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru
supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi
living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan
sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak
yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya
berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa,
ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Lihat di Indonesia,
korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa
sekolah.
Soft
skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi
pembelajaran. Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu dikembangkan
kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan
berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan
pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa,
alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang
relevan.
Tentu
saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih
merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi”
pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta
komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat.
Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus
dikembangkan ketika mengajar.
Hard
skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk
menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban
tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang
divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi,
sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa
menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah
afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format
observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang
direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi
juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes maupun
perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah nyata,
sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa shadow
authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara
lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan
behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak
hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
langkah-langkah
penyusunan pengembangan softskills dapat dilakukan dengan berbagai cara:
- Indetifikasi softskills, identifikasi softskills apa saja yang dibutuhkan oleh lulusan jurusan anda. untuk memperoleh ini, dapat dilakukan dengan meminta masukan dari alunmi ataupun industri pengguna lulusan.
- Definisi softskills, setelah softskills yang dibutuhkan diidentifikasi, maka "pilihlah" softskills yang memang "paling" penting diadopsi dalam kurikulum jurusan anda.
- Program pengembangan, (1) written curriculum, ini dilakukan dengan memasukan softskills yang telah ditentukan ke dalam rancangan pembelajaran. dengan demikian penguasaan mahasiswa terhadap softskills tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata kuliah tersebut. (2) hidden curriculum, ini dilakukan secara informal yaitu melalui interaksi dosen-mahasiswa. dosen sebagai panutan (role model). dapat juga dilakukan dengan menciptakan atmosfir akademik di lingkungan jurusan anda. (3) Co-curriculum, manfaatkan kegiatan seperti magang (internship), kerja praktik (KP), ataupun KKN (kuliah kerja nyata). (4) Extra-curriculum, libatkan unit kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk melatih softskills mahasiswa tersebut.
- Evaluasi softskills, tentukan alat ukur yang sesuai untuk menilai softskills yang talah anda masukan ke dalam kurikulum jurusan anda.
E. ANTARA SOFT SKILL DAN HARD SKILL
Sekolah
dasar atau menengah bahkan perguruan tinggi sudah saatnya mengembangkan
pembelajaran berbasis soft skill dan hard skill. Hal ini sangat penting sebab banyak orang-orang
pintar tetapi sebahagian perilakunya ternyata hanya untuk kepentingan pribadi
dan membodohi rakyat.
Integrasi
soft skill dan hard skill akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang
cerdas, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti dan peduli terhadap sesama
manusia dan lingkungan. Soft skill diartikan sebagai perilaku personal dan
interpersonal yang mampu mengembangkan dan memaksimalkan kinerja yang humanis.
Sehingga penerapan soft skill dapat mengatur keterampilan berhubungan dengan
orang lain dan mampu mengatur dirinya sendiri.
Etika,
kepemimpinan, kreativitas, kerja sama, inisiatif dan lain sebagainya dapat
dicapai dengan pembelajaran soft skill. Karena itu pembelajaran seperti ini
merupakan suatu keharusan agar diimplementasikan di tingkat pendidikan dasar,
menengah bahkan perguruan tinggi dalam kurikulum. Namun penerapannya masih banyak
yang mengalami kendala. Hal ini akibat banyaknya tenaga pendidik yang kurang
paham dengan soft skill dan mengimplementasikannya.
Hard skill merupakan kemampuan teknis
yang terdiri dari keahlian bidang kerja (mata pelajaran). Namun pada
kenyataannya suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan orang lain secara kolektif
atau kolaboratif sehingga dibutuhkan kemampuan lain yang sifatnya non teknis
seperti komunikasi yang baik, keterampilan kerja kelompok dan kepemimpinan.
Jika soft skill dan hard skill dipadukan dalam pembelajaran maka terciptalah
lulusan yang cerdas, pintar dan beretika.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam mengintegrasikan soft skill dan hard skill, yaitu:
1.
Soft skill harus
diintegrasikan dalam mata pelajaran dan tujuan yang akan dicapai soft skill.
Sehingga tenaga pendidik harus menyeleksi dan mengorganisasikan dimensi-dimensi
soft skill yang koheran dalam mata pelajaran.
2.
Penerapan soft skill harus
berdasarkan pada pengalaman kerja di sekolah misalnya jika ingin menerapkan
kedisiplinan, motivasi kerja, kewirausahaan kepada peserta didik maka tenaga
pendidik harus melakukan seleksi pengalaman belajar yang layak dan bermakna
untuk disimulasikan. Jadi, tidak semua hal bisa dijadikan simulasi dalam
pengembangan soft skill.
3.
Penerapan soft skill dalam
mata pelajaran (hard skill) dapat dilakukan dengan pemberian contoh oleh tenaga
pendidik sehingga tenaga pendidik mengajar dari segi abstrak ke kongkret.
Masalahnya
banyak tenaga pendidik yang tidak mengerti mana abstrak dan kongkret.
F.
SOFT
SKILL DALAM PERUSAHAAN
Mengukur soft skill ini adalah
hal yang tidak mudah. Tetapi dalam perusahaan yang paling progresif, manajer
mencari orang-orang kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan terbuka, dan
untuk mendengarkan dan menanggapi empati. Mereka juga ingin mereka telah sama
baik mengasah keterampilan yang ditulis sehingga korespondensi (termasuk email)
tidak membatalkan semua pekerjaan baik mereka tatap muka menciptakan
komunikasi. Baik soft skill juga mencakup kemampuan orang untuk menyeimbangkan
kebutuhan komersial perusahaan mereka dengan kebutuhan individu staf mereka.
Menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dari suatu
organisasi juga memenuhi syarat sebagai soft skill, seperti halnya kemampuan
untuk berkolaborasi dengan orang lain dan pengaruh situasi melalui lateral dan
berpikir lebih kreatif.
Kemampuan untuk menghadapi
perbedaan-perbedaan, multikulturalisme dan keragaman yang dibutuhkan lebih dari
sebelumnya. Sangat sedikit perusahaan yang tak tersentuh oleh kian meluas
pengaruh budaya lain baik soft skill dan memfasilitasi komunikasi yang lebih
baik dan orang-orang kemampuan untuk mengelola perbedaan secara efektif. Semua
orang sudah memiliki beberapa bentuk soft skill (mungkin jauh lebih banyak
daripada mereka menyadari)
Mereka hanya perlu melihat
daerah dalam kehidupan pribadi mereka di mana mereka bergaul dengan orang lain,
merasa yakin dalam cara mereka berinteraksi, dapat memecahkan masalah, baik
untuk mendorong, dapat schmooze dengan yang terbaik dari mereka.
Semua keahlian ini lembut dan
semua itu dapat dialihkan ke tempat kerja. Tidak hanya hal itu, berita terbaik dari
semua ini adalah soft skill yang dapat dikembangkan dan diasah pada dasar
terus-menerus melalui pelatihan yang baik, berwawasan membaca, pengamatan dan
tentu saja, berlatih, berlatih, berlatih. Dalam perusahaan pun berbagai hasil studi tentang
kebutuhan perusahaan akan karyawan profesional adalah pentingnya segi kemampuan
dalam berkomunikasi. Kemampuan yang dituntut perusahaan itu merupakan urutan
ketiga setelah kemampuan intelektual dan kejujuran calon karyawannya. Alasan
yang sering diungkapkan perusahan adalah kemampuan komunikasi sangat penting
ketika seorang karyawan harus mampu menterjemahkan apa yang yang dikehendaki
pimpinan, mampu menyampaikan gagasan-gasannya dengan gamblang, mampu membuat
surat bisnis, dan mampu membangun komunikasi positif dengan atasan dan sesama
karyawan. Bahkan perusahaan yang sangat aktif membangun jejaring bisnisnya,
kemampuan karyawan profesional dalam berkomunikasi (negosiasi) bisnis dengan
pihak rekanan sangat dibutuhkan.
Lebih-lebih ketika perusahaan
memasuki pasar global, kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing
menjadi handalan perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sering
mengalami kesulitan mencari calon karyawan profesional yang terampil dalam
berkomunikasi seperti yang diuraikan di atas. Pasalnya ketrampilan yang
termasuk soft skill ini sangat jarang diajarkan di kalangan perguruan
tinggi. Akibatnya perusahaan harus mengusahakan beragam jenis pelatihan dalam
bidang komunikasi ini. Kemudian peusahaan pun harus menciptakan suasana
komunikasi yang tidak semata-mata bernuansa bisnis saja tetapi bersuasana
kekerabatan sosial internal perusahaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
motivasi dan sekaligus kinerja para karyawannya. Pertanyaannya apa dan
bagaimana pendekatan-pendekatan komunikasi di lingkungan karyawan yang sebaiknya
diterapkan dalam suatu perusahaan?.
Cara berkomunikasi klasik yang
sejak lama dipakai adalah melalui (1) pengungkapan kata-kata, dan (2)
melalui bahasa tulisan. Dalam prosesnya dibutuhkan kemampuan berbicara efektif
yang merupakan kombinasi dari tiga unsur yaitu (1) isi pembicaraan,
(2) keterampilan komunikasi ujaran, dan (3) keterampilan komunikasi non-ujaran.
Berdasarkan pengamatan empiris
selain komunikasi formal, komunikasi informal, di dunia manajemen memiliki
ciri-ciri pokok yang berbeda atau keunggulan dibanding dengan komunikasi
formal, antara lain adalah: tidak terikat pada hirarki jabatan, suasana lebih
santai dan penuh kekeluargaan, materi komunikasi tidak selalu terkait langsung
dengan pekerjaan, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, dan suasana
komunikasi lebih terbuka. Disinilah kecakapan karyawan dalam bentuksoftskills
sangat memegang peranan penting dalam memperlancar proses komunikasi efektif.
Sekarang diakui sebagai kunci untuk membuat bisnis lebih menguntungkan
dan tempat yang lebih baik untuk bekerja. Semakin, perusahaan tidak hanya
menilai staf mereka saat ini dan masa depan yang direkrut pada keterampilan
bisnis mereka. Mereka sekarang menilai mereka pada seluruh host kompetensi
keterampilan lunak sekitar seberapa baik mereka berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain. Kami sekarang merasa agak mengejutkan dan agak mengganggu
ketika seseorang menampilkan gaya otokratis lama bullying taktik manajemen
(meskipun kita tahu itu sayangnya masih jauh lebih menonjol daripada yang diinginkan). Orang kemampuan untuk menangani sisi soft skill bisnis, yaitu:
1.
Mempengaruhi
2.
Komunikasi
3.
Tim manajemen
4.
Mendelegasikan
5.
Penilaian
6.
Presentasi
7.
Memotivasi
Sekarang diakui sebagai kunci
untuk membuat bisnis lebih menguntungkan dan tempat yang lebih baik untuk
bekerja. Semakin, perusahaan tidak hanya menilai staf mereka saat ini dan masa
depan yang direkrut pada keterampilan bisnis mereka. Mereka sekarang menilai
mereka pada seluruh host kompetensi keterampilan lunak sekitar seberapa baik
mereka berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
Kami sekarang merasa agak
mengejutkan dan agak mengganggu ketika seseorang menampilkan gaya otokratis
lama bullying taktik manajemen (meskipun kita tahu itu sayangnya masih jauh
lebih menonjol daripada yang diinginkan). Banyak perusahaan hanya akan sekarang
tidak lagi tahan dengan itu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Soft skill adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat mengembangan perasaan positif (positive feeling), selalu dan bisa untuk berfikir positif (positive thinking), dan mempunyai kebiasaan positif (positive habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk orang lain.
- Hard skill merupakan kemampuan teknis yang terdiri dari keahlian bidang kerja (mata pelajaran).
- Integrasi soft skill dan hard skill akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti dan peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan.
- Jika soft skill dan hard skill dipadukan dalam pembelajaran maka terciptalah lulusan yang cerdas, pintar dan beretika.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini tentu banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh
sebab itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
REFERENSI
mbak izin copy paste, buat jadi prbandingan d kajian pustaka..
BalasHapus