Jumat, 27 Januari 2012

SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN


RESUME
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
“SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN’’



 










OLEH
Sri Wahyu Widyaningsih
(1104033)


DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Festiyed, M.S







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,
            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan resume yang berjudul “Soft Skill dalam Pembelajaran” ini. Selawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa dari alam yang penuh dengan kejahiliahan menuju alam yang penuh keimanan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika, resume ini juga disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang Soft Skill dalam Pembelajaran. Dengan adanya resume ini penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika dan dalam mengajar nantinya.
Dalam penulisan makalah ini, tentu saja tidak akan dapat diselesaikan dengan sendirinya oleh penulis tanpa dorongan dan semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dengan bantuan tersebut penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing ibu Prof. Dr. Festiyet, M.Si yang telah memberikan arahan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penyajian resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada pembuatan resume yang akan datang. Semoga resume ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

Padang,   November 2011


Sri Wahyu Widyanigsih



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................      i
DAFTAR ISI....................................................................................................................      ii
BAB I      PENDAHULUAN..........................................................................................      1
BAB  II    PEMBAHASAN.............................................................................................      3
                 A. Pengertian Soft Skill...................................................................................     3
                 B. Manfaat Soft Skill ......................................................................................      5                          
                 C. Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran ..........................................      6
                 D. Pengembangan Soft Skill Siswa..................................................................      8
                 E. Antara Soft Skill dan Hard Skill.................................................................      10
F. Soft Skill dalam Perusahaan.........................................................................      12
BAB III   PENUTUP.......................................................................................................      16
A. Kesimpulan..................................................................................................      16
B. Saran............................................................................................................      16
REFERENSI



















BAB I
PENDAHULUAN

Banyak faktor yang  mempengaruhi keberhasilan pendidikan dan aspek aspek yang harus dilihat sebagai indikator keberhasilan pendidikan nasional, di antaranya aspek kognitif, afektif, dan  psikomotorik. Namun, selama ini sistem pendidikan nasional masih berorientasi pada pengembangan intelligence quotient (IQ). Dalam implementasinya  kurikulum pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan masih berorientasi pada perolehan nilai hasil ujian. Tidak mengherankan jika hanya ujian nasional (UN) yang sering dijadikan acuan dalam keberhasilan belajar siswa.
Penguasaan kemampuan yang bersifat teknis akademis (hard skills) akan semakin lengkap  apabila memiliki kemampuan intrapersonal dan interpersonal (soft skills). Dengan menguasai soft skill, maka proses pembelajaran akan berlangsung sebab  tahapan pembelajaran adalah dari sesuatu yang konkrit mengarah kepada yang abstrak.
Soft skill merupakan bagian keterampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan soft skill lebih mengarah kepada ketrampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan sebagainya. Keabstrakan kondisi tersebut mengakibatkan soft skill tidak mampu dievaluasi secara tekstual karena indikator-indikator soft skill lebih mengarah pada proses eksistensi seseorang dalam kehidupannya.
Pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang juga tidak sama. Hal ini dikarenakan proses pengembangan soft skill berjalan linier dengan proses kehidupan seseorang. Kondisi ini mengakibatkan kita tidak bisa mendapatkan pelajaran soft skill dari sekolah formal. Soft skill dipelajari dalam kehidupan sosial melalui interaksi sosial.
Kita dapat mempelajari soft skill melalui pengamatan atas perilaku orang lain dan juga atas refleksi tindakan kita sebelumnya. Dengan kata lain, soft skill bisa kita pelajari melalui proses pengasahan soft skill kita baik dari melihat maupun melakukan sesuatu. Konsep pembelajarannya-pun tidak terikat waktu dan tempat sehingga kita bisa belajar soft skill kapan dan di mana saja selama kita berinteraksi dengan orang lain.
Makalah   ini  akan  membahas mengenai softskill dalam pembelajaran  yang akan dipaparkan pada pembahasan Bab II, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi kita tentang softskill dalam pembelajaran.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN SOFT SKILL
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Kedua kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh seseorang melalui proses pembelajaran maupun proses pembiaasan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara garis besar, kemampuan intrapersonal mencakup  beberapa aspek, yaitu:
1.      Kesadaran diri (self awareness), yang didalamnya meliputi: kepercayaan diri, kemampuan untuk melakukan penilaian dirinya, pembawaan, serta kemampuan mengendalikan emosional.
2.      Kemampuan diri (self skill), yang didalamnya meliputi: upaya peningkatan diri, kontrol diri, dapat dipercaya, dapat mengelola waktu dan kekuatan, proaktif, dan konsisten.
Sedangkan kemampuan interpersonal juga mencakup beberapa aspek yaitu:
1.      Aspek kesadaran sosial (social awareness), yang meliputi kemampuan kesadaran politik, pengembangan aspek-aspek yang lain,  berorientasi untuk melayani, dan empati.
2.      Aspek kemampuan sosial (social skill), yang meliputi kemampuan memimpin, mempunyai pengaruh, dapat berkomunikasi, mampu mengelola konflik, kooperatif dengan siapapun, dapat bekerja sama dengan tim, dan bersinergi.
Disamping itu, soft skill juga bisa diterjemahkan ke dalam kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat mengembangan perasaan positif (positive feeling), selalu dan bisa untuk berfikir positif (positive thinking), dan mempunyai kebiasaan positif (positive habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk orang lain.
Soft skill adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang “EQ” (Emotional Intelligence Quotient), kumpulan karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft melengkapi keterampilan keterampilan keras (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan teknis pekerjaan dan banyak kegiatan lainnya.
Seseorang yang lembut EQ keterampilan merupakan bagian penting dari individu nya kontribusi bagi keberhasilan suatu organisasi. Terutama yang berhubungan dengan pelanggan organisasi face-to-face umumnya lebih berhasil jika mereka melatih staf mereka untuk menggunakan keterampilan ini. Skrining atau pelatihan untuk kebiasaan atau ciri-ciri pribadi seperti ketergantungan dan kesadaran dapat menghasilkan laba atas investasi yang signifikan bagi suatu organisasi. Untuk alasan ini, soft skill semakin dicari oleh pengusaha di samping standar kualifikasi.
Telah dikatakan bahwa dalam sejumlah soft skill profesi mungkin lebih penting dalam jangka panjang daripada keterampilan teknis. Profesi hukum adalah salah satu contoh di mana kemampuan untuk berhubungan dengan orang secara efektif dan sopan, lebih dari sekadar nya keterampilan teknis, dapat menentukan keberhasilan profesional pengacara. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Soft skill sering juga disebut keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Secara garis besar keterampilan ini dapat dikelompokkan ke dalam:
1.      Process Skills
2.      Social Skills
3.      Generic Skills
Contoh lain dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skills adalah etika/profesional, kepemimpinan, kreativitas, kerjasama, inisiatif, facilitating kelompok maupun masyarakat, komunikasi, berpikir kritis, dan problem solving. Keterampilan-keterampilan tersebut umumnya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Fakta-fakta yang ada di dalam kehidupan saat ini:
1.      Terjadi perubahan kehidupan bermasyarakat sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan lingkungan sosial telah mempersempit kesempatan mengembangkan keterampilan sosial.
2.      Penyesuaian diri terhadap persaingan hidup (baik kehidupan pribadi maupun dunia kerja) menuntut dikuasainya keterampilan (hard maupun soft).
3.      Pembelajaran tradisional yang lebih banyak dilakukan dengan satu arah, kurang memfasilitasi berkembangnya soft skills ini.

B.  MANFAAT SOFT SKILL
1.      Berpartisipasi dalam tim.
2.      Mengajar orang lain.
3.      Memberikan layanan.
4.      Memimpin sebuah tim.
5.      Bernegosiasi.
6.      Menyatukan sebuah tim di tengah-tengah perbedaan budaya.
7.      Motivasi.
8.      Pengambilan keputusan menggunakan keterampilan.
9.      Menggunakan kemampuan memecahkan masalah.
10.  Amati bentuk etiket.
11.  Berhubungan dengan orang lain.
12.  Menjaga berarti percakapan (basa-basi).
13.  Menjaga percakapan bermakna (diskusi/perdebatan).
14.  Menetralkan argumen dengan waktu, petunjuk dan sopan, bahasa singkat.
15.  Berpura-pura minat dan berbicara dengan cerdas tentang topik apapun.
C.  PENGEMBANGAN SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN
Atribut soft skill sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Atribut tersebut dapat berubah jika yang bersangkutan mau mengubahnya. Atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang. Bagaimana mengubah atau mengembangkannya? Tidak lain tidak bukan, harus diasah dan dipraktekkan oleh setiap individu yang belajar atau ingin mengembangkannya. Salah satu ajang yang cukup baik untuk mengembangkan soft skill adalah melalui pembelajaran dengan segala aktivitasnya dan lembaga kesiswaan.
Soft skill merupakan kemampuan khusus, diantaranya meliputi social interaction, ketrampilan teknis dan managerial. Kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus dimiliki tiap siswa dalam memasuki dunia kerja. Gambaran mengenai persentase kemampuan seorang siswa yang diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam memasuki dunia kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih dominan.
Untuk mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Maka, Ichard skillan yang juga turut merumuskan pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa, ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Lihat di Indonesia, korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa sekolah.
Soft skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.
Tentu saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi” pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat. Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus dikembangkan ketika mengajar.
Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi, sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes maupun perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah nyata, sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa shadow authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
Banyak survey yang telah dilakukan dan mengungkapkan bahwa lulusan universitas yang dibutuhkan di dunia kerja adalah lulusan yang tidak hanya memiliki hardskills namun juga yang memiliki serangkaian softskill. sebutlah seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim. hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang tidak membutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan tersebut. pada umumnya, hardskills didefinisikan sebagai kemampuan menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. misalnya seorang insinyur mesin seharusnya menguasai ilmu dan teknik permesinan. sedangkan softskills didefinisikan sebgai kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan kemampuan dalam mengatur/mengelola dirinya sendiri (intrapersonal skills).

D.  MENGEMBANGKAN SOFT SKILL SISWA
Untuk mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Maka, Ichard skillan yang juga turut merumuskan pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa, ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Lihat di Indonesia, korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa sekolah.
Soft skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.
Tentu saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi” pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat. Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus dikembangkan ketika mengajar.
Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi, sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes maupun perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah nyata, sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa shadow authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
langkah-langkah penyusunan pengembangan softskills dapat dilakukan dengan berbagai cara:
  1. Indetifikasi softskills, identifikasi softskills apa saja yang dibutuhkan oleh lulusan jurusan anda. untuk memperoleh ini, dapat dilakukan dengan meminta masukan dari alunmi ataupun industri pengguna lulusan.
  2. Definisi softskills, setelah softskills yang dibutuhkan diidentifikasi, maka "pilihlah" softskills yang memang "paling" penting diadopsi dalam kurikulum jurusan anda.
  3. Program pengembangan, (1) written curriculum, ini dilakukan dengan memasukan softskills yang telah ditentukan ke dalam rancangan pembelajaran. dengan demikian penguasaan mahasiswa terhadap softskills tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata kuliah tersebut. (2) hidden curriculum, ini dilakukan secara informal yaitu melalui interaksi dosen-mahasiswa. dosen sebagai panutan (role model). dapat juga dilakukan dengan menciptakan atmosfir akademik di lingkungan jurusan anda. (3) Co-curriculum, manfaatkan kegiatan seperti magang (internship), kerja praktik (KP), ataupun KKN (kuliah kerja nyata). (4) Extra-curriculum, libatkan unit kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk melatih softskills mahasiswa tersebut.
  4. Evaluasi softskills, tentukan alat ukur yang sesuai untuk menilai softskills yang talah anda masukan ke dalam kurikulum jurusan anda.

E.  ANTARA SOFT SKILL DAN HARD SKILL
Sekolah dasar atau menengah bahkan perguruan tinggi sudah saatnya mengembangkan pembelajaran berbasis soft skill dan hard skill. Hal ini sangat penting sebab banyak orang-orang pintar tetapi sebahagian perilakunya ternyata hanya untuk kepentingan pribadi dan membodohi rakyat.
Integrasi soft skill dan hard skill akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti dan peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan. Soft skill diartikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mampu mengembangkan dan memaksimalkan kinerja yang humanis. Sehingga penerapan soft skill dapat mengatur keterampilan berhubungan dengan orang lain dan mampu mengatur dirinya sendiri.
Etika, kepemimpinan, kreativitas, kerja sama, inisiatif dan lain sebagainya dapat dicapai dengan pembelajaran soft skill. Karena itu pembelajaran seperti ini merupakan suatu keharusan agar diimplementasikan di tingkat pendidikan dasar, menengah bahkan perguruan tinggi dalam kurikulum. Namun penerapannya masih banyak yang mengalami kendala. Hal ini akibat banyaknya tenaga pendidik yang kurang paham dengan soft skill dan mengimplementasikannya.
Hard skill merupakan kemampuan teknis yang terdiri dari keahlian bidang kerja (mata pelajaran). Namun pada kenyataannya suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan orang lain secara kolektif atau kolaboratif sehingga dibutuhkan kemampuan lain yang sifatnya non teknis seperti komunikasi yang baik, keterampilan kerja kelompok dan kepemimpinan. Jika soft skill dan hard skill dipadukan dalam pembelajaran maka terciptalah lulusan yang cerdas, pintar dan beretika.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengintegrasikan soft skill dan hard skill, yaitu:
1.      Soft skill harus diintegrasikan dalam mata pelajaran dan tujuan yang akan dicapai soft skill. Sehingga tenaga pendidik harus menyeleksi dan mengorganisasikan dimensi-dimensi soft skill yang koheran dalam mata pelajaran.
2.      Penerapan soft skill harus berdasarkan pada pengalaman kerja di sekolah misalnya jika ingin menerapkan kedisiplinan, motivasi kerja, kewirausahaan kepada peserta didik maka tenaga pendidik harus melakukan seleksi pengalaman belajar yang layak dan bermakna untuk disimulasikan. Jadi, tidak semua hal bisa dijadikan simulasi dalam pengembangan soft skill.
3.      Penerapan soft skill dalam mata pelajaran (hard skill) dapat dilakukan dengan pemberian contoh oleh tenaga pendidik sehingga tenaga pendidik mengajar dari segi  abstrak ke kongkret. Masalahnya banyak tenaga pendidik yang tidak mengerti mana abstrak dan kongkret.

F.     SOFT  SKILL DALAM PERUSAHAAN
Mengukur soft skill ini adalah hal yang tidak mudah. Tetapi dalam perusahaan yang paling progresif, manajer mencari orang-orang kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan terbuka, dan untuk mendengarkan dan menanggapi empati. Mereka juga ingin mereka telah sama baik mengasah keterampilan yang ditulis sehingga korespondensi (termasuk email) tidak membatalkan semua pekerjaan baik mereka tatap muka menciptakan komunikasi. Baik soft skill juga mencakup kemampuan orang untuk menyeimbangkan kebutuhan komersial perusahaan mereka dengan kebutuhan individu staf mereka. Menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dari suatu organisasi juga memenuhi syarat sebagai soft skill, seperti halnya kemampuan untuk berkolaborasi dengan orang lain dan pengaruh situasi melalui lateral dan berpikir lebih kreatif.
Kemampuan untuk menghadapi perbedaan-perbedaan, multikulturalisme dan keragaman yang dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Sangat sedikit perusahaan yang tak tersentuh oleh kian meluas pengaruh budaya lain baik soft skill dan memfasilitasi komunikasi yang lebih baik dan orang-orang kemampuan untuk mengelola perbedaan secara efektif. Semua orang sudah memiliki beberapa bentuk soft skill (mungkin jauh lebih banyak daripada mereka menyadari)
Mereka hanya perlu melihat daerah dalam kehidupan pribadi mereka di mana mereka bergaul dengan orang lain, merasa yakin dalam cara mereka berinteraksi, dapat memecahkan masalah, baik untuk mendorong, dapat schmooze dengan yang terbaik dari mereka.
Semua keahlian ini lembut dan semua itu dapat dialihkan ke tempat kerja. Tidak hanya hal itu, berita terbaik dari semua ini adalah soft skill yang dapat dikembangkan dan diasah pada dasar terus-menerus melalui pelatihan yang baik, berwawasan membaca, pengamatan dan tentu saja, berlatih, berlatih, berlatih. Dalam perusahaan pun berbagai hasil studi tentang kebutuhan perusahaan akan karyawan profesional adalah pentingnya segi kemampuan dalam berkomunikasi. Kemampuan yang dituntut perusahaan itu merupakan urutan ketiga setelah kemampuan intelektual dan kejujuran calon karyawannya. Alasan yang sering diungkapkan perusahan adalah kemampuan komunikasi sangat penting ketika seorang karyawan harus mampu menterjemahkan apa yang yang dikehendaki pimpinan, mampu menyampaikan gagasan-gasannya dengan gamblang, mampu membuat surat bisnis, dan mampu membangun komunikasi positif dengan atasan dan sesama karyawan. Bahkan perusahaan yang sangat aktif membangun jejaring bisnisnya, kemampuan karyawan profesional dalam berkomunikasi (negosiasi) bisnis dengan pihak rekanan sangat dibutuhkan.
Lebih-lebih ketika perusahaan memasuki pasar global, kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing menjadi handalan perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sering mengalami kesulitan mencari calon karyawan profesional yang terampil dalam berkomunikasi seperti yang diuraikan di atas. Pasalnya ketrampilan yang termasuk  soft skill ini sangat jarang diajarkan di kalangan perguruan tinggi. Akibatnya perusahaan harus mengusahakan beragam jenis pelatihan dalam bidang komunikasi ini. Kemudian peusahaan pun harus menciptakan suasana komunikasi yang tidak semata-mata bernuansa bisnis saja tetapi bersuasana kekerabatan sosial internal perusahaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi dan sekaligus kinerja para karyawannya. Pertanyaannya apa dan bagaimana pendekatan-pendekatan komunikasi di lingkungan karyawan  yang sebaiknya diterapkan dalam suatu perusahaan?.
Cara berkomunikasi klasik yang sejak lama dipakai adalah melalui (1) pengungkapan kata-kata,  dan (2) melalui bahasa tulisan. Dalam prosesnya dibutuhkan kemampuan berbicara efektif yang merupakan kombinasi dari tiga unsur yaitu (1)  isi pembicaraan,  (2) keterampilan komunikasi ujaran, dan (3) keterampilan komunikasi non-ujaran.
Berdasarkan pengamatan empiris selain komunikasi formal, komunikasi informal, di dunia manajemen memiliki ciri-ciri pokok yang berbeda atau keunggulan dibanding dengan komunikasi formal, antara lain adalah: tidak terikat pada hirarki jabatan, suasana lebih santai dan penuh kekeluargaan, materi komunikasi tidak selalu terkait langsung dengan pekerjaan, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, dan suasana komunikasi lebih terbuka. Disinilah kecakapan karyawan dalam bentuksoftskills sangat memegang peranan penting dalam memperlancar proses komunikasi efektif.
Sekarang diakui sebagai kunci untuk membuat bisnis lebih menguntungkan dan tempat yang lebih baik untuk bekerja. Semakin, perusahaan tidak hanya menilai staf mereka saat ini dan masa depan yang direkrut pada keterampilan bisnis mereka. Mereka sekarang menilai mereka pada seluruh host kompetensi keterampilan lunak sekitar seberapa baik mereka berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Kami sekarang merasa agak mengejutkan dan agak mengganggu ketika seseorang menampilkan gaya otokratis lama bullying taktik manajemen (meskipun kita tahu itu sayangnya masih jauh lebih menonjol daripada yang diinginkan). Orang kemampuan untuk menangani sisi soft skill bisnis, yaitu:
1.      Mempengaruhi
2.       Komunikasi
3.      Tim manajemen
4.       Mendelegasikan
5.       Penilaian
6.       Presentasi
7.       Memotivasi
Sekarang diakui sebagai kunci untuk membuat bisnis lebih menguntungkan dan tempat yang lebih baik untuk bekerja. Semakin, perusahaan tidak hanya menilai staf mereka saat ini dan masa depan yang direkrut pada keterampilan bisnis mereka. Mereka sekarang menilai mereka pada seluruh host kompetensi keterampilan lunak sekitar seberapa baik mereka berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
Kami sekarang merasa agak mengejutkan dan agak mengganggu ketika seseorang menampilkan gaya otokratis lama bullying taktik manajemen (meskipun kita tahu itu sayangnya masih jauh lebih menonjol daripada yang diinginkan). Banyak perusahaan hanya akan sekarang tidak lagi tahan dengan itu.


























BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
  1. Soft skill adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat mengembangan perasaan positif (positive feeling), selalu dan bisa untuk berfikir positif (positive thinking), dan mempunyai kebiasaan positif (positive habits) yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk orang lain.
  2. Hard skill merupakan kemampuan teknis yang terdiri dari keahlian bidang kerja (mata pelajaran).
  3. Integrasi soft skill dan hard skill akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti dan peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan.
  4. Jika soft skill dan hard skill dipadukan dalam pembelajaran maka terciptalah lulusan yang cerdas, pintar dan beretika.

B.     SARAN
Dalam pembuatan makalah ini tentu banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.










REFERENSI


















 

1 komentar: