Jumat, 27 Januari 2012

MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN


 
RESUME
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
“MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN’’














OLEH
Sri Wahyu Widyaningsih
(1104033)


DOSEN PEMBIMBING
Pror. Dr. Festiyed, M.S







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,
            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan resume yang berjudul “Multiple Intelengensi dalam Pembelajaran” ini. Selawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa dari alam yang penuh dengan kejahiliahan menuju alam yang penuh keimanan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika, resume ini juga disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang Multiple Intelengensi dalam Pembelajaran dalam Pembelajaran. Dengan adanya resume ini penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika dan dalam mengajar nantinya.
Dalam penulisan makalah ini, tentu saja tidak akan dapat diselesaikan dengan sendirinya oleh penulis tanpa dorongan dan semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dengan bantuan tersebut penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing ibu Prof. Dr. Festiyet, M.Si yang telah memberikan arahan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penyajian resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada pembuatan resume yang akan datang. Semoga resume ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

Padang,   November 2011


Sri Wahyu Widyanigsih

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah swasta yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences).
Makalah   ini  akan  membahas mengenai Multiple Intelligences dalam pembelajaran  yang akan dipaparkan pada pembahasan Bab II, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi kita tentang Multiple Intelligences dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MULTIPLE INTELEGENSI
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard Garder mendefinisikan kecerdasan sebagai :
1.      Kemampuan memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan nyata.
2.      Kemampuan melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.      Kemampuan menyiapkan atau menawarkan suatu layanan yang bermakna dalam kehidupan kultur tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegens).

B.     MACAM-MACAM MULTIPLE INTELEGENSI
Kecerdasan majemuk yang merupakan keanekaragaman kemampuan yang menyangkut beberapa bidang. Kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu:
1.      Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence )
Adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai makna yang komplek, yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2.      Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich)
Adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan operasi-operasi matematika,
3.      Intelegensi Musik ( Musical intelegence )
Intelegensi musik adalah kecerdasan seseorang yang berhubungan dengan sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Musik adalah bahasa pendengaran yang menggunakan tiga komponen dasar yaitu intonasi suara, irama dan warna nada yang memakai system symbol yang unik.
4.      Intelegensi kinestetik.
Kinestetik adalah belajar melalui tindakan dan pengalaman melalui panca indera. Intelegensi kinestetik adalah kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada actor,atlet atau penari, penemu, tukang emas, mekanik.
5.      Intelegensi Visual-Spasial
Intelegensi visual-spasial merupakan kemampuan yang memungkinkan memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis data-data dan konsep-konsep ke dalam metavor visual.
6.      Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain dilihat dari perbedaan, temperamen, motivasi, dan kemampuan.
7.      Intelegensi Intrapersonal
Adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dari keinginan, tujuan dan system emosional yang muncul secara nyata pada pekerjaannya.
8.      Intelegensi Naturalis.
Adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya untuk berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
9.      Intelagensi Emosional.
Adalah yang dapat membuat orang bisa mengingat, memperhatikan, belajar dan membuat keputusan yang jernih tanpa keterlibatan emosi. Jadi intelegensi emosional disini berkaitan dengan sikap motivasi, kegigihan, dan harga diri yang akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa.
10.  Intelegensi Spiritual.
Adalah kemampuan yang berhubungan dengan pengakuan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam sepuluh aspek kecerdasan majemuk (multiple intelegensi) yang dimiliki masing-masing orang tersebut diatas merupakan potensi intelektual seseorang untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses pengembangan kognitif, psikomor, dan afektif ketika seseorang berada pada lingkungan. Menurut Depdiknas (2004) pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru pada saat seseorang berintegrasi dengan informasi dan lingkungan. Pembelajaran dapat terjadi pada berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah Pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi pada keadaan alam semesta beserta isinya, yang meliputi benda hidup (mahluk hidup) dan benda mati. Pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai proses pengembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif dalam mempelajari alam semesta beserta isinya.

C.    CIRI-CIRI MULTIPLE INTELEGENSI
1.      Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2.      Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3.      Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4.      Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5.      Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
6.      Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.      Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8.      Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
                Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.



D.    PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN IPA
1.      Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Verbal Linguistik.
Proses pembelajaran yang mengembangkan intelegensi verbal linguistic dapat merangsang perkembangan multi intelegensi dalam setiap mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan Alam.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk mengembangkan intelegensi verbal linguistic dalam dalam pembelajaran IPA adalah mendengarkan materi yang akan dibahas dari kaset maupun dari informasi yang langsung disampaikan oleh guru, diskusi kelas, membuat hasil laporan laporan pengamatan, melakukan kegiatan wawancara, mencari bahan untuk melengkapi tugas, menulis karya ilmiah dan sebagainya.
2.      Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Logika Matematika.
Dalam Ilmu Pengetahuan Alam hal yang patut diperhatikan dalam mengajar adalah penerapan konsep dasar IPA secara tepat dalam membuat keputusansetiap hari dan membantu siswa mengenal hubungan antara Ilmu Pengetauan Alam dengan teknologi dalam kehidupan masyarakat.
Penerapan Intelegensi Logika Matematika dalam pembelajaran IPA dapat melalui beberapa cara, yaitu:
a.       Metoda Ilmiah
Metoda ilmiah adalah suatu cara untuk menemukan produk ilmiah dengan langkah-langkah yang logis dan matematis. Proses umum metode ilmiah secara empiris adalah:
1)      Menemukan masalah.
2)      Menyusun hipotesa atau dugaan sementara.
3)      Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan.
4)      Menarik kesimpulan
5)      Menguji kesimpulan.
b.      Berfikir secara Ilmiah berdasarkan Kurikulum.
c.       Logika Deduktif.
Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menguraikan konsep yang umum ke konsep yang khusus.
Contohnya :
1)      Silogisme adalah argument yang tersusun dari dasar pemikiran dan kesimpulan.
2)      Diagram Venn, menggunakan lingkaran yang saling melengkapi untuk membandingkan sekumpulan informasi.
d.      Logika Induktif
Logika induktif adalah cara berfikir seseorang dengan mempertimbangkan kenyataan fakta khusus kepada kasimpulan umum dengan menggunakan analogi.
e.       Meningkatkan belajar dan berfikir.
Meningkatkan berfikir siswa, guru dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran.
f.       Proses berfikir secara matematika.
Matematika mata pelajaran yang khusus berfikir abstrak dan sulit, sehingga anak tidak tertarik. Untuk itu guru dapat menyusun pembelajaran dengan pola gambar, grafik, dan pembuatan kode untuk menimbulkan keingintahuan.
g.      Bekerja dengan angka-angka.
Siswa yang menyukai ketelitian akan menemukan kesenangan bekerja dengan angka-angka seperti pengukuran, peluang, masalah-masalah dalam bentuk cerita.
h.      Teknologi yang meningkatkan intelegensi logi-matematika.
Siswa dapat belajar dengan efektif dengan menggunakan software yang menarik.
3.      Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Musik.
Musik memilki kaitan yang erat dengan emosional seseorang, yaitu:
a.       Memberikan suasana yang ramah ketika siswa memasuki ruangannya.
b.      Menawarkan efek yang meredakan setelah melakukan aktivitas fisik.
c.       Melancarkan peralihan antar kelas.
d.      Membangkitkan kembali energy yang mulai sedikit.
e.       Mengurangi strees.
f.       Menciptakan suasana positif di sekolah.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembagkan intelegensi music di sekolah adalah:
a.       Memasang music latar yang lembut dan universal di sekolah.
b.      Melalui pembelajaran masing-masing bidang studi yang ada di sekolah.
Misalnya: menciptakan lagu-lagu yang bertemakan materi yang sedang diajarkan.
4.      Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Kinestetik.
Ada bermacam-macam aktivitas tectile-kinestetik yang bertujuan untuk mempertinggi pembelajaran siswa di segala usia, yaitu:
a.       Lingkungan fisik : daerah ruang kelas, dalam merencanakan ruang kelas, para pengajar membuat ruangan yang bisa membuat perasaan siswa menjadi senang.
b.      Drama : teater, permainan peran, drama kreatif, simulasi (keadaan yang meniru) keadaan sebenarnya.
c.       Gerak kreatif : memahami pengetahuan jasmaniah, memperkenalkan aktifitas gerak kreatif,menerapkan gerak kreatif keahlian dasar, menciptakan isi yang lebih terarah dari aktivitas gerakan.
d.      Tari : bagian-bagian tari, rangkaian pembelajaran melalui tari.
e.       Memainkan alat-alat : kartu-kartu tugas,teka-teki kartu tugas, menggambar alat-alat tambahan, membuat tanda-tanda bagi ruang kelas.
f.       Permainan ruangan kelas : Binatang buruan (binatang pemakan bangkai) permainan-permainan lantai besar, permainan-permainan merespon gerak fisik secara meanyeluruh, permainan mengulang hal yang umum.
g.      Pendidikan fisik : karakteristik dari seorang pengajar (tentang) fisik, pendidikan petualang, jaringan laba-laba, piramida sepuluh orang, petualangan-petuangan sepuluh orang.
h.      Kesempatan-kesempatan latihan.
i.        Perjalanan ke alam bebas.
5.      Proses Belajar yang Mengembangkan Intelegensi Visual Spasial.
Proses belajar ini merupakan suatu proses yang mengembangkan kemampuan persepsi. Imajinasi dan estesti dalam buku Mc.Kim Experience in Visual thinking. Mengidentifikasi 3 komponen yang luas dari gambaran visual :
a.       Gambaran eksternal yang kita rasakan.
b.      Gambaran internal yang kita impikan / kita bayangkan.
c.       Gambaran yang kita ciptakan melalui gambar yang tak beraturan.
6.      Proses belajar yang mengembangkan Intelegensi Interpersonal.
Membangun lingkungan interpersonal yang positif. Kriteria group yang efektif :
a.       Lingkungan kelas hangat dan terbuka.
b.      Guru dan siswa bersama-sama membuat tata tertib dan sanksi berdasarkan kemanusiaan.
c.       Proses pembelajaran saling ketergantungan yaitu melakukan peran aktif dan kontribusi darai semua siswa.
d.      Belajar bertujuan untuk belajar dari kurikulum, dari teman dan dari pengalaman.
e.       Tugas dan tanggung jawab dibagi rata, sehingga setiap anggota kelas merasa penting dalam kelas.
1)      Pembelajaran kolaboratif.
2)      Penanganan konflik.
3)      Belajar melalui tugas sosial / jasa.
4)      Menghargai perbedaan.
5)      Membangun persfektif yang beragam.
6)      Pemecahan masalah global dan local dalam pendidikan multicultural.
7)       Tekhnologi yang meningkatkan intelegensi interpersonal.
7.      Proses Belajar yang Mengembangkan Intelegensi Intrapersonal.
a.       Membangun suatu lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan diri.
b.      Penopang penghargaan diri.
c.       Penyusunan dan pencapaian tujuan.
d.      Keterampilan berfikir.
e.       Pendidikan keterampilan emosional dalam kelas.
f.       Penulisan jurnal.
g.      Mengetahui diri sendiri melalui orang lain.
h.      Merefleksikan ketakjupan dan tujuan hidup.
i.        Belajar mengarahkan diri sendiri.
j.        Teknologi yang mempertinggi intelegensi interpersonal.
8.      Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Naturalisme.
Proses pembelajaran ini merupakan suatu proses yang mengembangkan kemampuan naturalism pada siswa yaitu :
a.       Menata lingkungan sekolah yang hijau dan asri.
b.      Dalam mempelajari materi yang berhubungan dengan klasifikasi tumbuhan, ekosistem, pencemaran lingkungan siswa diajak langsung kea lam.
c.       Sekolah menyediakan alat bantu pelajaran seperti torso dan charta tentang organ-organ tubuh manusia.
d.      Menerapkan pelajaran pertanian atau perikanan yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
e.       Sekolah mengembangkan proses pembelajaran yang dapat membangkitkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.


9.      Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Emosional.
Pembelajaran emosional dapat meningkatkan sistem pembelajaran kognitif, dimana dengan cara ini otak emosional terlibat dalam pembelajaranpenalaran sama kuatnya dengan otak berfikir. Prinsip ini harus diterapkan oleh guru dalam mengajar, menurut Goleman, 1995 ( dalam Barbara K.Given, 2002). Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengembangkan intelegensi emosional adalah sebagai berikut:
a.       Sebaiknya guru dalam mengawali pelajaran dengan sikap lemah lembut, dengan cara bertahap meningkatkan antusiame.
b.      Menciptakan suasana kelas seperti yang diinginkan siswa.
c.       Guru bias menggerakkan siswa perlahan-lahan menuju keadaan sosial emosional yang berbeda.
d.      Dalam mengajar hendaknya guru mengembangkan rasa humor yang bias menurunkan ketegangan yang mungkin timbul akibat ketidak selarasan antara guru dan siswa.
10.  Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Spiritual.
Dalam proses pembelajaran sebaiknya memperluas cakupan dari ayat- ayat Alquran serta makna-makna yang terkandung di dalamnya sehingga mengakar di dalam jiwa dan pikiran siswa dengan cara menarik hikmah dari materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa.
Implikasi materi pembelajaran IPA dalam mengembangkan intelegensi spiritual sangat banyak sekali, sebagai contoh tentang tata surya. Dalam materi ini siswa dituntut untuk menguasai matahari sebagai bintang, matahari sebagai pusat tatasurya, rotasi dan revolusi bumi, pergerakan 9 macam planet dan sebagainya. Di akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk mengamati keteraturan gerak anggota tata surya dan menghubungkannya dengan surat yasin ayat 37 sampai ayat 40 yang artinya :
“ Dan sebagai tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkansiang dari malam itu, maka seketika itu mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Allah yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bulan, sehingga ( setelah ia sampai ke tempat peredaran terakhir ) kembali seperti bentuk tanndan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya ”.

E.     MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN
Dalam dunia pendidikan kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.
Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.
Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Insan Kancil, pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil porsi Sekolah Dasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak telah menekankan pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya dengan kecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh guru-guru masih tetap mementingkan akan kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Menurut Moleong, dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dan orang tua hendaknya bersinergi dalam mengembangkan berbagai jenis kecerdasan, terutama terhadap anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Anak-anak usia 0–8 tahun harus diperkenalkan dengan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan logika semata.
Multiple Intelligences yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7–8 tahun). Yang menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiap insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika (matematika) dan bahasa? Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerjasama dengan orang tua bersinergi untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasan pada anak didik di dalam proses belajar yang dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan?
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan Tingkat kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap kecersan seseorang). Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2.      Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar.
3.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Perumusan pertama melihat inteligensi sebagai kemampuan berpikir. Perumusan kedua sebagai kemampuan untuk belajar dan perumusan ketiga sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Ketiga-tiganaya menunjukkan aspek yang berbeda dari intelegensi, namun ketiga aspek tersebut saling berkhaitan. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri seseorang tergantung dari kemampuannya untuk berpikir dan belajar. Sejauhmana seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan menentukan penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan cara mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya mencerminkan kecerdasan. Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara demikian belum tentu tepat pula. Oleh karena itu, para ahli telah menyusun bermacam-macam tes inteligensi yang memungkinkan kita dalam waktu yang relatif cepat mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Inteligensi seseorang biasanya dinyatakan dalam suatu kosien inteligensi Intelligence Quotient(IQ).
Apakah hanya kecerdasan (yang diukur dengan tes intelegensi dan menghasilkan IQ) yang menentukan keberbakatan seseorang ? barangkali untuk bakat intelegtual masih tepat jika IQ menjadi kriteria (patokan) utama, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif, dan bakat kepemimpinan. Memang dulu para ahli cenderung untuk mengidentifikasi bakat intelektual berdasarkan tes intelegensi semata-mata, dalam penelitian jangka panjangnya mengenai keberbakatan menetapkan IQ 140 untuk membedakan antara yang berbakat dan tidak. Akan tetapi, akhir-akhir ini para ahli makin menyadari bahwa keberbakatan adalah sesuatu yang majemuk, artinya meliputi macam-macam ranah atau aspek, tidutak hanya kecerdasan.
Keberbakatan dan Anak Berbakat Renzulli, dkk.(1981) dari hasil-hasil penelitiannya menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang adalah pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) ciri-ciri, yaitu : kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tangung jawab terhadap tugas). Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masing-masing ciri mempunyai peran yang sama-sama menentukan. Seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat intelegtual, apabila ia mempunyai intelegensi tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual yang antara lain mempunyai daya abstraksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah). Akan tetapi, kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. Kreatifitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya. Demikian juga berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatnya diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial seperti bakat kepemimpinan. Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin, tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mampu belum tentu terwujud. Contoh Ada anak-anak yang sudah dapat mewujudkan bakat mereka yang unggul, tetapi ada pula yang belum. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam restasi yang unggul.

F.   MENDIDIK ANAK CERDAS DAN BERBAKAT
Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Apa itu kecerdasan majemuk ? Sebagai orang tua masa kini, kita sering kali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin mereka menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah.
Bill Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat berhasil di bidangnya. Kemudian di sinilah muncul pertanyaan sebagai berikut : Kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa ? Apa yang harus dilakukan orang tua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa depanya ? Kemudian jawabannya adalah :
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence)
dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu.
Membangun seluruh kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongkat sebagai penyangganya. Semakin sama tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri. Untuk menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti memiliki skor yang tinggi pada seluruh kecerdasan majemuk tersebut. Walaupun sangat jarang seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi di semua bidang, biasanya orang yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau 5 kecerdasan yang menonjol. Albert Einstein, beliau sangat terkenal jenius di bidang sains, ternyata juga sangat cerdas dalam bermain biola dan matematika. Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam bidang olah tubuh, seni arsitektur, matematika, dan fisika. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup lagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jadi untuk menjamin anak yang berhasil, kita tidak bisa menggantungkan pada sukses sekolah semata. Kedua orang tua harus berusaha sebaik mungkin untuk menentukan dan mengembangkan sebanyak mungkin kecerdasan yang memiliki oleh masing-masing anak.

G.    SUKSES DAN KECERDASAN
Kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen sukses. John Wareham (1992), mengatakan ada 10 (sepuluh) unsur pokok untuk menjadi eksekutif yang sukses yaitu :
1.    Kemampuan menampilkan pesona diri yang tepat
2.    Kemampuan mengelola energi diri yang baik
3.    Kejelasan dan kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak batin
4.    Kejelasan sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat
5.    Kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran)
6.    Adanya kebiasaan kerja yang baik
7.    Keterampilan antar manusia yang baik
8.    Kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional
9.    Pola kepribadian yang tepat dengan tuntutan pekerjaan
10.    Kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan espektasi gaya hidup.
Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan.Beliau mengatakan bahwa untuk berhasil dibutuhkan 10 (sepuluh Kualitas) yaitu :
1.      Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat,
2.      Keterampilan berkomunikasi yang baik,
3.      Keterampilan antar manusia yang baik,
4.      Kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain,
5.      Sikap positip terhadap orang, kerja dan diri sendiri,
6.      Keterampilan menjual ide dan gagasan,
7.      Kemampuan mengingat yang baik,
8.      kemampuan mengatasi masalah, stres dan kekuatiran,
9.      Antusiasme yang menyala-nyala, dan
10.  Wawasan hidup yang luas.
Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses. John Wareham, menyimpulkan hal di atas sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif dan mensuplai ribuan eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai ” head Hunter ”. Begitu juga Dale Carnegie tiba pada kesimpulannya sesudah ia mewawancarai banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca ribuan biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan kehidupan.

















BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Tingkat kecerdasan (Intelegensi) ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya. Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2.      Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Ciri-ciri keberbakatan seseorang adalah, kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri. Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak.

B.     SARAN
Pemerintah atau oknum pendidikan pada ukumnya hendaknya mengadakan seminar tentang kecerdasan oleh para pakar sehingga dapat memotivasi baik orangtua maupun guru dalam memberikan bimbingan kepada anaknya. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka perlu adanya pembinaan para guru agar bisa mencerdaskan siswa terutama pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.



























REFERENSI













Tidak ada komentar:

Posting Komentar