RESUME
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
“MULTIPLE INTELEGENSI DALAM
PEMBELAJARAN’’
OLEH
Sri
Wahyu Widyaningsih
(1104033)
DOSEN
PEMBIMBING
Pror.
Dr. Festiyed, M.S
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan resume yang
berjudul “Multiple
Intelengensi dalam Pembelajaran” ini. Selawat beriring salam
penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena dengan kerasulan beliaulah
kita telah dibawa dari alam yang penuh dengan kejahiliahan menuju alam yang
penuh keimanan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Srategi Pembelajaran Fisika, resume ini juga
disusun untuk menambah pengetahuan kita tentang Multiple Intelengensi dalam Pembelajaran dalam Pembelajaran.
Dengan adanya resume ini penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata
kuliah Srategi Pembelajaran Fisika
dan dalam mengajar nantinya.
Dalam
penulisan makalah ini, tentu saja tidak akan dapat diselesaikan dengan
sendirinya oleh penulis tanpa dorongan dan semangat, serta bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga dengan bantuan tersebut penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen pembimbing ibu Prof. Dr. Festiyet, M.Si yang telah memberikan arahan
kepada penulis.
Penulis
menyadari dalam penyajian resume ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat diperbaiki pada
pembuatan resume yang akan datang. Semoga resume ini bermanfaat sebagaimana
yang diharapkan.
Padang, November 2011
Sri Wahyu Widyanigsih
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa.
Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan
mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan,
maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan
perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaran akan
pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga
kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan
usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pendidikan.
Hal ini
terlihat dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah swasta yang dimulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Kendala bagi dunia pendidikan untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang
mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu
sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Suatu
kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya
diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan
nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya
menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Kecerdasan
intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas tetapi juga
harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan
kecerdasan jamak (Multiple Intelligences).
Makalah ini
akan membahas mengenai Multiple Intelligences
dalam pembelajaran yang akan dipaparkan pada pembahasan Bab II,
semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi kita
tentang Multiple Intelligences dalam
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MULTIPLE INTELEGENSI
Kecerdasan (intelegensi) adalah
kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga
dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Kemampuan kognitif,
psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard
Garder mendefinisikan kecerdasan sebagai :
1.
Kemampuan memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan
nyata.
2.
Kemampuan melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.
Kemampuan menyiapkan atau menawarkan suatu layanan yang
bermakna dalam kehidupan kultur tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama
dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak
jenisnya (beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut
dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegens).
B.
MACAM-MACAM MULTIPLE INTELEGENSI
Kecerdasan majemuk yang merupakan
keanekaragaman kemampuan yang menyangkut beberapa bidang. Kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan
kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada
dasarnya setiap anak cerdas. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10
macam yaitu:
1.
Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence )
Adalah kemampuan untuk berfikir dalam
bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai
makna yang komplek, yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan
berbicara.
2.
Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich)
Adalah kemampuan dalam menghitung,
mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan
operasi-operasi matematika,
3.
Intelegensi Musik ( Musical intelegence )
Intelegensi musik adalah kecerdasan
seseorang yang berhubungan dengan sensitivitas pada pola titik nada, melodi,
ritme, dan nada. Musik adalah bahasa pendengaran yang menggunakan tiga komponen
dasar yaitu intonasi suara, irama dan warna nada yang memakai system symbol
yang unik.
4.
Intelegensi kinestetik.
Kinestetik adalah belajar melalui
tindakan dan pengalaman melalui panca indera. Intelegensi kinestetik adalah
kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan
fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada actor,atlet atau penari,
penemu, tukang emas, mekanik.
5.
Intelegensi Visual-Spasial
Intelegensi visual-spasial merupakan
kemampuan yang memungkinkan memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis
data-data dan konsep-konsep ke dalam metavor visual.
6.
Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah
kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain dilihat dari
perbedaan, temperamen, motivasi, dan kemampuan.
7.
Intelegensi Intrapersonal
Adalah kemampuan seseorang untuk
memahami diri sendiri dari keinginan, tujuan dan system emosional yang muncul
secara nyata pada pekerjaannya.
8.
Intelegensi Naturalis.
Adalah kemampuan untuk mengenal flora
dan fauna melakukan pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan
menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya untuk berburu, bertani, atau
melakukan penelitian biologi.
9.
Intelagensi Emosional.
Adalah yang dapat membuat orang bisa
mengingat, memperhatikan, belajar dan membuat keputusan yang jernih tanpa
keterlibatan emosi. Jadi intelegensi emosional disini berkaitan dengan sikap
motivasi, kegigihan, dan harga diri yang akan mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan siswa.
10. Intelegensi
Spiritual.
Adalah kemampuan yang berhubungan
dengan pengakuan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam
sepuluh aspek kecerdasan majemuk (multiple intelegensi) yang dimiliki
masing-masing orang tersebut diatas merupakan potensi intelektual seseorang
untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses
pengembangan kognitif, psikomor, dan afektif ketika seseorang berada pada lingkungan.
Menurut Depdiknas (2004) pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baru pada saat seseorang berintegrasi dengan informasi
dan lingkungan. Pembelajaran dapat terjadi pada berbagai disiplin ilmu, salah satunya
adalah Pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam) pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi pada keadaan alam
semesta beserta isinya, yang meliputi benda hidup (mahluk hidup) dan benda
mati. Pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai proses pengembangan aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif dalam mempelajari alam semesta beserta
isinya.
C.
CIRI-CIRI
MULTIPLE INTELEGENSI
1.
Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri
antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau
menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal
kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah,
(f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g)
unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2.
Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara
lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka
mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?,
(c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara
logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e)
menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam
Matematika dan IPA.
3.
Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain: (a)
memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah
membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis
aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e)
sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka
melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas
sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau
uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri:
(a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam
kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh
sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat
atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang
kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan
gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap
jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian
menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang
bersifat kompetitif.
5.
Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain:
(a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat
melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi
atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama
musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam
mata pelajaran musik.
6.
Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara
lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di
lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di
luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik
antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang
lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi
pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.
Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara
lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau
belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
(d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah
pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang
dikerjakan sendiri.
8.
Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara
lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati
berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan
memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem
kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam
lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan
hidup.
Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya
mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi
pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk
menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.
D.
PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN
IPA
1.
Proses Pembelajaran
yang Mengembangkan Intelegensi Verbal Linguistik.
Proses pembelajaran
yang mengembangkan intelegensi verbal linguistic dapat merangsang perkembangan
multi intelegensi dalam setiap mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan Alam.
Beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk mengembangkan intelegensi verbal
linguistic dalam dalam pembelajaran IPA adalah mendengarkan materi yang akan
dibahas dari kaset maupun dari informasi yang langsung disampaikan oleh guru,
diskusi kelas, membuat hasil laporan laporan pengamatan, melakukan kegiatan
wawancara, mencari bahan untuk melengkapi tugas, menulis karya ilmiah dan
sebagainya.
2.
Pembelajaran yang
Mengembangkan Intelegensi Logika Matematika.
Dalam Ilmu
Pengetahuan Alam hal yang patut diperhatikan dalam mengajar adalah penerapan
konsep dasar IPA secara tepat dalam membuat keputusansetiap hari dan membantu
siswa mengenal hubungan antara Ilmu Pengetauan Alam dengan teknologi dalam
kehidupan masyarakat.
Penerapan Intelegensi
Logika Matematika dalam pembelajaran IPA dapat melalui beberapa cara, yaitu:
a. Metoda Ilmiah
Metoda ilmiah adalah suatu cara untuk menemukan produk
ilmiah dengan langkah-langkah yang logis dan matematis. Proses umum metode ilmiah
secara empiris adalah:
1) Menemukan masalah.
2) Menyusun hipotesa
atau dugaan sementara.
3) Menguji hipotesis
dengan melakukan percobaan.
4) Menarik kesimpulan
5) Menguji kesimpulan.
b. Berfikir secara Ilmiah
berdasarkan Kurikulum.
c. Logika Deduktif.
Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menguraikan
konsep yang umum ke konsep yang khusus.
Contohnya :
1) Silogisme adalah
argument yang tersusun dari dasar pemikiran dan kesimpulan.
2) Diagram Venn,
menggunakan lingkaran yang saling melengkapi untuk membandingkan sekumpulan
informasi.
d. Logika Induktif
Logika induktif adalah cara berfikir seseorang dengan
mempertimbangkan kenyataan fakta khusus kepada kasimpulan umum dengan
menggunakan analogi.
e. Meningkatkan belajar
dan berfikir.
Meningkatkan berfikir siswa, guru dalam pembelajaran
menggunakan media pembelajaran.
f. Proses berfikir
secara matematika.
Matematika mata pelajaran yang khusus berfikir abstrak dan
sulit, sehingga anak tidak tertarik. Untuk itu guru dapat menyusun pembelajaran
dengan pola gambar, grafik, dan pembuatan kode untuk menimbulkan keingintahuan.
g. Bekerja dengan
angka-angka.
Siswa yang menyukai ketelitian akan menemukan kesenangan bekerja
dengan angka-angka seperti pengukuran, peluang, masalah-masalah dalam bentuk
cerita.
h. Teknologi yang
meningkatkan intelegensi logi-matematika.
Siswa dapat belajar dengan efektif dengan menggunakan
software yang menarik.
3.
Proses Pembelajaran
yang Mengembangkan Intelegensi Musik.
Musik memilki kaitan yang erat dengan emosional seseorang,
yaitu:
a. Memberikan suasana
yang ramah ketika siswa memasuki ruangannya.
b. Menawarkan efek yang
meredakan setelah melakukan aktivitas fisik.
c. Melancarkan peralihan
antar kelas.
d. Membangkitkan kembali
energy yang mulai sedikit.
e. Mengurangi strees.
f. Menciptakan suasana
positif di sekolah.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembagkan intelegensi
music di sekolah adalah:
a. Memasang music latar
yang lembut dan universal di sekolah.
b. Melalui pembelajaran
masing-masing bidang studi yang ada di sekolah.
Misalnya: menciptakan
lagu-lagu yang bertemakan materi yang sedang diajarkan.
4.
Proses Pembelajaran
yang Mengembangkan Intelegensi Kinestetik.
Ada bermacam-macam aktivitas tectile-kinestetik yang
bertujuan untuk mempertinggi pembelajaran siswa di segala usia, yaitu:
a. Lingkungan fisik :
daerah ruang kelas, dalam merencanakan ruang kelas, para pengajar membuat
ruangan yang bisa membuat perasaan siswa menjadi senang.
b. Drama : teater,
permainan peran, drama kreatif, simulasi (keadaan yang meniru) keadaan
sebenarnya.
c. Gerak kreatif :
memahami pengetahuan jasmaniah, memperkenalkan aktifitas gerak
kreatif,menerapkan gerak kreatif keahlian dasar, menciptakan isi yang lebih terarah
dari aktivitas gerakan.
d. Tari : bagian-bagian
tari, rangkaian pembelajaran melalui tari.
e. Memainkan alat-alat :
kartu-kartu tugas,teka-teki kartu tugas, menggambar alat-alat tambahan, membuat
tanda-tanda bagi ruang kelas.
f. Permainan ruangan
kelas : Binatang buruan (binatang pemakan bangkai) permainan-permainan lantai
besar, permainan-permainan merespon gerak fisik secara meanyeluruh, permainan
mengulang hal yang umum.
g. Pendidikan fisik :
karakteristik dari seorang pengajar (tentang) fisik, pendidikan petualang,
jaringan laba-laba, piramida sepuluh orang, petualangan-petuangan sepuluh
orang.
h. Kesempatan-kesempatan
latihan.
i.
Perjalanan ke alam bebas.
5.
Proses Belajar yang
Mengembangkan Intelegensi Visual Spasial.
Proses belajar ini merupakan suatu proses yang mengembangkan
kemampuan persepsi. Imajinasi dan estesti dalam buku Mc.Kim Experience in
Visual thinking. Mengidentifikasi 3 komponen yang luas
dari gambaran visual :
a. Gambaran eksternal
yang kita rasakan.
b. Gambaran internal
yang kita impikan / kita bayangkan.
c. Gambaran yang kita
ciptakan melalui gambar yang tak beraturan.
6.
Proses belajar yang mengembangkan Intelegensi Interpersonal.
Membangun lingkungan interpersonal yang positif. Kriteria
group yang efektif :
a. Lingkungan kelas
hangat dan terbuka.
b. Guru dan siswa
bersama-sama membuat tata tertib dan sanksi berdasarkan kemanusiaan.
c. Proses pembelajaran
saling ketergantungan yaitu melakukan peran aktif dan kontribusi darai semua
siswa.
d. Belajar bertujuan
untuk belajar dari kurikulum, dari teman dan dari pengalaman.
e. Tugas dan tanggung
jawab dibagi rata, sehingga setiap anggota kelas merasa penting dalam kelas.
1) Pembelajaran
kolaboratif.
2) Penanganan konflik.
3) Belajar melalui tugas
sosial / jasa.
4) Menghargai perbedaan.
5) Membangun persfektif
yang beragam.
6) Pemecahan masalah
global dan local dalam pendidikan multicultural.
7) Tekhnologi yang meningkatkan intelegensi
interpersonal.
7.
Proses Belajar yang
Mengembangkan Intelegensi Intrapersonal.
a. Membangun suatu
lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan diri.
b. Penopang penghargaan
diri.
c. Penyusunan dan
pencapaian tujuan.
d. Keterampilan berfikir.
e. Pendidikan keterampilan
emosional dalam kelas.
f. Penulisan jurnal.
g. Mengetahui diri
sendiri melalui orang lain.
h. Merefleksikan ketakjupan
dan tujuan hidup.
i.
Belajar mengarahkan diri sendiri.
j.
Teknologi yang mempertinggi intelegensi interpersonal.
8.
Proses Pembelajaran
yang Mengembangkan Intelegensi Naturalisme.
Proses pembelajaran ini merupakan suatu proses yang
mengembangkan kemampuan naturalism pada siswa yaitu :
a. Menata lingkungan sekolah
yang hijau dan asri.
b. Dalam mempelajari
materi yang berhubungan dengan klasifikasi tumbuhan, ekosistem, pencemaran
lingkungan siswa diajak langsung kea lam.
c. Sekolah menyediakan
alat bantu pelajaran seperti torso dan charta tentang organ-organ tubuh
manusia.
d. Menerapkan pelajaran
pertanian atau perikanan yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
e. Sekolah mengembangkan
proses pembelajaran yang dapat membangkitkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan.
9.
Proses Pembelajaran
yang Mengembangkan Intelegensi Emosional.
Pembelajaran
emosional dapat meningkatkan sistem pembelajaran kognitif, dimana dengan cara
ini otak emosional terlibat dalam pembelajaranpenalaran sama kuatnya dengan
otak berfikir. Prinsip ini harus diterapkan oleh guru dalam mengajar, menurut
Goleman, 1995 ( dalam Barbara K.Given, 2002). Hal-hal yang dapat diterapkan
oleh guru dalam mengembangkan intelegensi emosional adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya guru dalam
mengawali pelajaran dengan sikap lemah lembut, dengan cara bertahap
meningkatkan antusiame.
b. Menciptakan suasana
kelas seperti yang diinginkan siswa.
c. Guru bias
menggerakkan siswa perlahan-lahan menuju keadaan sosial emosional yang berbeda.
d. Dalam mengajar
hendaknya guru mengembangkan rasa humor yang bias menurunkan ketegangan yang
mungkin timbul akibat ketidak selarasan antara guru dan siswa.
10. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Spiritual.
Dalam proses
pembelajaran sebaiknya memperluas cakupan dari ayat- ayat Alquran serta
makna-makna yang terkandung di dalamnya sehingga mengakar di dalam jiwa dan
pikiran siswa dengan cara menarik hikmah dari materi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa.
Implikasi materi
pembelajaran IPA dalam mengembangkan intelegensi spiritual sangat banyak
sekali, sebagai contoh tentang tata surya. Dalam materi ini siswa dituntut
untuk menguasai matahari sebagai bintang, matahari sebagai pusat tatasurya,
rotasi dan revolusi bumi, pergerakan 9 macam planet dan sebagainya. Di akhir
pembelajaran guru mengajak siswa untuk mengamati keteraturan gerak anggota tata
surya dan menghubungkannya dengan surat yasin ayat 37 sampai ayat 40 yang
artinya :
“ Dan sebagai tanda
kebesaran Allah bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkansiang dari malam itu,
maka seketika itu mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan Allah yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bulan, sehingga ( setelah ia sampai ke
tempat peredaran terakhir ) kembali seperti bentuk tanndan yang tua. Tidaklah
mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului
siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya ”.
E. MULTIPLE INTELEGENSI
DALAM PEMBELAJARAN
Dalam dunia pendidikan kita cenderung
hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika
(matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap
orang-orang
yang memiliki talenta (gift) di dalam
kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer,
penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.
Sangat
disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak
mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada
kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD (Attention
Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang
unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada
kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Teori
Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan
kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya
menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Padahal
setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh
seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu
yang dapat berguna bagi orang lain.
Pola
pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan
bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam
menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan
Insan Kancil, pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil porsi
Sekolah Dasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak mengajarkan membaca,
menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak telah menekankan
pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya dengan kecerdasan lain. Hal ini
berarti pula bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh guru-guru masih
tetap mementingkan akan kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Menurut
Moleong, dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dan orang
tua hendaknya bersinergi dalam mengembangkan berbagai jenis kecerdasan,
terutama terhadap anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap
dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Anak-anak usia 0–8
tahun harus diperkenalkan dengan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences).
Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan logika semata.
Multiple
Intelligences yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan
pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak
usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7–8 tahun). Yang
menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiap insan yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran
tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika (matematika) dan bahasa?
Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerjasama dengan orang tua bersinergi
untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasan pada anak didik di dalam proses
belajar yang dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan?
Kecerdasan
(Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : Kecerdasan sebagai
suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga
masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan
demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah
pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan
efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi
pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang
yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering
membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas
(sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari
rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Prestasi
seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun
mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi
kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan
mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat
Kecerdasan Tingkat kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik oleh bakat
bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor
lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh
seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat
terhadap kecersan seseorang). Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Kemampuan untuk
berpikir abstrak.
2.
Untuk menangkap
hubungan-hubungan dan untuk belajar.
3.
Kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Perumusan
pertama melihat inteligensi sebagai kemampuan berpikir. Perumusan kedua sebagai
kemampuan untuk belajar dan perumusan ketiga sebagai kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Ketiga-tiganaya menunjukkan aspek yang berbeda dari
intelegensi, namun ketiga aspek tersebut saling berkhaitan. Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri seseorang tergantung dari kemampuannya untuk berpikir dan
belajar. Sejauhmana seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan
menentukan penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan
cara mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya
mencerminkan kecerdasan. Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat
menyimpulkan kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara
demikian belum tentu tepat pula. Oleh karena itu, para ahli telah menyusun
bermacam-macam tes inteligensi yang memungkinkan kita dalam waktu yang relatif
cepat mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Inteligensi seseorang biasanya
dinyatakan dalam suatu kosien inteligensi Intelligence Quotient(IQ).
Apakah
hanya kecerdasan (yang diukur dengan tes intelegensi dan menghasilkan IQ) yang
menentukan keberbakatan seseorang ? barangkali untuk bakat intelegtual masih
tepat jika IQ menjadi kriteria (patokan) utama, tetapi belum tentu untuk bakat
seni, bakat kreatif-produktif, dan bakat kepemimpinan. Memang dulu para ahli
cenderung untuk mengidentifikasi bakat intelektual berdasarkan tes intelegensi
semata-mata, dalam penelitian jangka panjangnya mengenai keberbakatan
menetapkan IQ 140 untuk membedakan antara yang berbakat dan tidak. Akan tetapi,
akhir-akhir ini para ahli makin menyadari bahwa keberbakatan adalah sesuatu
yang majemuk, artinya meliputi macam-macam ranah atau aspek, tidutak hanya
kecerdasan.
Keberbakatan
dan Anak Berbakat Renzulli, dkk.(1981) dari hasil-hasil penelitiannya menarik
kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang adalah pada hakekatnya
tiga kelompok (cluster) ciri-ciri, yaitu : kemampuan di atas rata-rata,
kreativitas, pengikatan diri (tangung jawab terhadap tugas). Seseorang yang
berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Masing-masing
ciri mempunyai peran yang sama-sama menentukan. Seseorang dapat dikatakan
mempunyai bakat intelegtual, apabila ia mempunyai intelegensi tinggi atau
kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual yang antara lain mempunyai
daya abstraksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah). Akan
tetapi, kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang.
Kreatifitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara
unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya. Demikian juga
berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk
tekun dan ulet meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan
dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah
mengikatnya diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Adapun
yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki
kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi.
Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau
pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan
bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk
dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara.
Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi
:kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan
dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial
seperti bakat kepemimpinan. Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang,
namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja.
Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi
tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin, tetapi prestasi
akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik.
Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus
menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa
anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mampu belum tentu
terwujud. Contoh Ada anak-anak yang sudah dapat mewujudkan bakat mereka yang
unggul, tetapi ada pula yang belum. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan
agar dapat terampil dalam restasi yang unggul.
F.
MENDIDIK ANAK CERDAS DAN BERBAKAT
Mengembangkan
kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan
anak. Apa itu kecerdasan majemuk ? Sebagai orang tua masa kini, kita sering
kali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin
mereka menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki
perguruan tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan
bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa
depan. Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit
orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah.
Bill
Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa dari ribuan
orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat
berhasil di bidangnya. Kemudian di sinilah muncul pertanyaan sebagai berikut : Kalau
IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk meramalkan sukses seorang
anak di masa depan, lalu apa ? Apa yang harus dilakukan orang tua supaya
anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa depanya ? Kemudian jawabannya
adalah :
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu.
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu.
Membangun
seluruh kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai
beberapa tongkat sebagai penyangganya. Semakin sama tinggi tongkat-tongkat
penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri. Untuk menjadi sungguh-sungguh
cerdas berarti memiliki skor yang tinggi pada seluruh kecerdasan majemuk
tersebut. Walaupun sangat jarang seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi di
semua bidang, biasanya orang yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau
5 kecerdasan yang menonjol. Albert Einstein, beliau sangat terkenal jenius di
bidang sains, ternyata juga sangat cerdas dalam bermain biola dan matematika.
Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam
bidang olah tubuh, seni arsitektur, matematika, dan fisika. Penelitian
menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup lagi seseorang untuk
mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru peran orang tua dalam
memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam
menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jadi untuk menjamin anak yang
berhasil, kita tidak bisa menggantungkan pada sukses sekolah semata. Kedua
orang tua harus berusaha sebaik mungkin untuk menentukan dan mengembangkan
sebanyak mungkin kecerdasan yang memiliki oleh masing-masing anak.
G.
SUKSES DAN KECERDASAN
Kecerdasan
memang bukan satu-satunya elemen sukses. John Wareham (1992), mengatakan ada 10
(sepuluh) unsur pokok untuk menjadi eksekutif yang sukses yaitu :
1.
Kemampuan menampilkan
pesona diri yang tepat
2.
Kemampuan mengelola
energi diri yang baik
3.
Kejelasan dan
kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak batin
4.
Kejelasan
sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat
5.
Kecerdasan yang
memadai (dalam arti penalaran)
6.
Adanya kebiasaan kerja
yang baik
7.
Keterampilan antar
manusia yang baik
8.
Kemampuan adaptasi dan
kedewasaan emosional
9.
Pola kepribadian yang
tepat dengan tuntutan pekerjaan
10.
Kesesuaian tahap dan
arah kehidupan dengan espektasi gaya hidup.
Dale
Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara eksplisit
(dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan.Beliau mengatakan bahwa
untuk berhasil dibutuhkan 10 (sepuluh Kualitas) yaitu :
1.
Rasa percaya diri yang
berlandaskan konsep diri yang sehat,
2.
Keterampilan
berkomunikasi yang baik,
3.
Keterampilan antar
manusia yang baik,
4.
Kemampuan memimpin
diri sendiri dan orang lain,
5.
Sikap positip terhadap
orang, kerja dan diri sendiri,
6.
Keterampilan menjual
ide dan gagasan,
7.
Kemampuan mengingat
yang baik,
8.
kemampuan mengatasi
masalah, stres dan kekuatiran,
9.
Antusiasme yang
menyala-nyala, dan
10.
Wawasan hidup yang
luas.
Jadi
jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan
elemen tunggal atau tiket menuju sukses. John Wareham, menyimpulkan hal di atas
sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif dan mensuplai ribuan
eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai ” head Hunter ”.
Begitu juga Dale Carnegie tiba pada kesimpulannya sesudah ia mewawancarai
banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca ribuan
biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan
kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kecerdasan sebagai kemampuan
untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan
(problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah
dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai
sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Kecerdasan merupakan suatu
kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
Tingkat kecerdasan (Intelegensi) ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen
yang diturunkan dari orang tuanya. Secara umum intelegensi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2.
Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan
dan untuk belajar
3.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi-situasi baru.
Ciri-ciri keberbakatan
seseorang adalah, kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri.
Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang unggul dan
mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat-bakat tersebut baik sebagai
potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum,
kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni,
kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial. Mengembangkan kecerdasan majemuk
anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Peran orang tua
dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih
penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak.
B. SARAN
Pemerintah atau oknum
pendidikan pada ukumnya hendaknya mengadakan seminar tentang kecerdasan oleh
para pakar sehingga dapat memotivasi baik orangtua maupun guru dalam memberikan
bimbingan kepada anaknya. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa
sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka
perlu adanya pembinaan para guru agar bisa mencerdaskan siswa terutama
pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar