MAKALAH
MATERI DAN ENERGI
“ALAT
PENCATAT GEMPA’’
OLEH
SRI WAHYU
WIDYANINGSIH
BENNY SAPRIMA
APRINALDI
YOMI RAMADHONA
ELIZABETH SIEN
ZATURRAHMI
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KONSENTRASI
PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2011
M/1432 H
ALAT
PENCATAT GEMPA
A.
Gempa Bumi
Gempa
bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempengan
bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Ilmu yang
mempelajari gempa bumi, gelombang-gelombang seismik serta perambatannya disebut
seismologi.
Kerak
bumi selalu bergerak. Pada saat lempengan kerak saling bertemu, terjadilah gaya
yang amat besar yang menyebabkan timbulnya tegangan dan energy. Sisi-sisi
lempeng bertubrukan, saling menghujang dan kadang-kadang menyebabkan salah satu
lempeng terbenam di bawah lempeng yang lain. Lempeng samudra yang rapat
massanya lebih besar ketika bertabrakan dengan lempeng benua di zona tubrukan
(subduksi) akan menyusup
ke bawah.
Gerakan
lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi.
Perlambatan itu menyebabkan penumpukan energy di zona subduksi dan zona
patahan. Akibatnya di zona tersebut terjadi tekanan, tarikan dan geseran. Pada
saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadi patahan batuan yang
diikuti lepasnya energy secara tiba-tiba. Proses ini akan menyebabkan getaran
partikel kesegala arah yang disebut gelombang gempa bumi.
Energy
yang timbul dari gempabumi disebut gelombang seismic yang menggerakkan batuan.
Dari hiposentrum yaitu pusat gempa, gempa bumi akan melepaskan gelombang
kesegala arah. Titik dipermukaan bumi yang tepat di atas hiposentrum disebut
episentrum. Kerusakan paling parah biasanya terjadi di daerah ini. Sejumlah
gelombang seismic merambat ke bawah permukaan bumi, sebagian lagi merambat ke
zona yang berdekatan dengan permukaan bumi.
B.
Jenis-jenis Gempa Bumi
1. Jenis gempa bumi menurut terjadinya
·
Gempa
vulkanik
Gempa
vulkanik adalah bumi yang disebabkan oleh letusan gunung api.
·
Gempa
teknonik
Gempa
teknonik adalah gempa yang disebabkan pergeseran lapisan kulit bumi.
·
Gempa
runtuhan atau terban
Gempa
runtuhan atau terban adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor,
gua-gia yang runtuh, dan sejenisnya.
2. Jenis gempa bumi menurut kedalaman
hiposentrum
·
Gempa
dangkal
Gempa
dangkal adalah gempa bumi yang kedalamannya hiposentrumnya kurang dari 70 km
dari permukaan bumi.
·
Gempa
menengah
Gempa menengah adalah gempa bumi yang kedalamannya
hiposentrumnya atara 70-300 km dari permukaan bumi.
·
Gempa
dalam
Gempa
dalam adalah gempa bumi yang kedalamannya hiposentrumnya antara 300-700 km dari
permukaan bumi.
3. Jenis gempa menurut lokasinya
·
Gempa
daratan
Gempa
daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya terletak di daratan.
·
Gempa
lautan
Gempa lautan adalah gempa bumi yang episentrumnya terletak
di laut.
4. Jenis gempa menurut kekuatannya
·
Gempa
sangat besar, magnitudo > 8 Skala Richter
·
Gempa
besar, magnitudo 7-8 Skala Richter
·
Gempa
merusak, magnitudo 5-7 Skala Richter
·
Gempa
sedang, magnitudo 4-5 Skala Richter
·
Gempa
kecil, magnitudo 3-4 Skala Richter
·
Gempa
mikro, magnitudo 1-3 Skala Richter
·
Gempa
ultramikro, magnitudo < 1 Skala Richter
5. Jenis gempa menurut intensitasnya,
·
Macroseisme,
yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa dengan menggunakan alat.
·
Microseisme,
yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat perekam.
C.
Jenis-jenis Getaran Gelombang Gempa
1. Gelombang primer (P) yaitu berupa
gelombang yang merambat secara longitudinal dengan kecepatan 4-7 km/detik.
2. Gelombang sekunder (S) yaitu berupa
gelombang yang merambat secara transversal
dengan kecepatan 2-5 km/detik.
3. Gelombang panjang (L) atau gelombang
permukaan yaitu getaran gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan
rambat lebih rendah.
D.
Alat Pencatat Gempa Bumi
Getaran
seismik dapat berupa getaran yang arah gerakannya vertical dan getaran yang
arah getarnya horizontal. Untuk mengetahui kekuatan gempa bumi digunakan alat
yang disebut seismometer. Seismometer berasal dari bahasa
Yunani yaitu seismos berarti gempa
bumi dan metero yang berarti
mengukur. Seismometer adalah sebuah alat atau sensor getaran, yang biasanya
dipergunakan untuk mengetahui
kekuatan gempa bumi. Seismometer yang dirangkai dengan alat
yang mencatat parameter gempa disebut seismograf. Hasil rekaman dari alat ini
disebut seismogram.
Rekaman ini dapat dipergunakan salah satunya untuk
menentukan magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram yang
direkam ditempat lain, dapat menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa
tersebut terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka
kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam
jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer
broadband.
E.
Sejarah Seismometer
Prototip
dari alat ini diperkenalkan pertama kali di China pada abad ke 2 pada tahun 132
SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini
orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Kemudian John Milne menemukan horizontal pendulum seismograf di Imperial of
Engineering (Jepang) pada tahun 1880.
Pada pertengahan abad ke-18, gempa
bumi diukur dengan instrumen yang bernama seismokop. Seismokop adalah peralatan
perekam gempa yang paling primitif. Seismokop terdiri dari sebuah kontainer
sederhana berisi air atau air raksa. Ketika terjadi gempa, cairan tersebut akan
bergerak naik-turun akibat getaran gempa yang terjadi.
Terobosan besar untuk pengukuran
gempa bumi datang pada tahun 1920, ketika dua ilmuwan Amerika mengembangkan
alat yang disebut Wood-Anderson seismograf. Alat ini lebih sensitif
dibandingkan seismograf yang ada pada masa itu, sehingga langsung banyak
digunakan di seluruh dunia dan menjadi cikal bakal seismograf yang sekarang ada
dan berkembang. Saat ini, seismograf banyak digunakan oleh Seismologist dalam
mempelajari sesar dan gempa bumi.
F.
Bagian-bagian
pokok seismograph
Seismograph adalah alat
yang dapat mencatat gerakan tanah secara terus menerus. Bagian penting dari sebuah seismograph yang
beroperasi dan sampai menghasilkan catatan (seismogram) sebenarnya terdiri
dari :
1. Seismometer
Yaitu
alat yang merubah energi gerak (mekanik) menjadi energi listrik. Bagian
ini sering kita sebut sensor atau tranduser.
2. Amplifier/penguat
Yaitu
alat yang dapat memperbesar daya masukan (input) sehingga menghasilkan daya
keluaran (output) yang besarnya sesuai dengan pembesaran yang di inginkan.
3. Jam
Merupakan
bagian yang memberi tanda waktu untuk setiap catatan, disamping itu juga
mengendalikan frekuensi pencatatan alat dalam hal ini kecepatan motor penggerak
drum yang terdapat pada bagian recoder.
4. Radio
Yaitu
pesawat penerima siaran tanda waktu yang di siarkan oleh radio-radio
khusus yang menyiarkan tanda waktu (Inggris, Australia, Jepang) yang digunakan
untuk mengoreksi keadaan jam agar selalu sama dengan jam acuan yang dipakai
secara international yaitu G.M.T ( Greenwich Mean Time).
5. Rekoder/pencatat
Rekoder
terdiri dari dua komponen yaitu :
·
PMA
(Pen Motor Aplifier) : yaitu bagian/alat yang merubah energy
listrik menjadi energi gerak.
·
Drum
: yaitu tempat catatan seismogram di pasang.
6. Power Supply.
Yaitu
sumber tegangan DC dari setiap bagian rangkaian pada seismograph, untuk
SPS-1 kenimetriks.
G. Prinsip kerja Seismograf
Ketika
terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena
kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder
yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang
permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah.
Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk
seismogram.
Seismograf
memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang
dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa
tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur
garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Umumnya,
sebuah seismometer terdiri dari massa yang melekat pada dasar yang tetap.
Selama gempa bumi, basis/dasar bergerak dan massa tidak. Gerakan basis terhadap
massa diubah menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik dicatat/direkam di atas
kertas, pita magnetik, atau media rekaman lain. Rekaman ini berbanding lurus
dengan gerakan massa Seismometer relatif terhadap bumi, tetapi bisa
dikonversikan secara matematis kedalam rekaman dari pergerakan mutlak
tanah/bumi. Seismograf umumnya merupakan sebuah seismometer dengan alat
perekamnya sebagai satu unit alat.
Pada
prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti
pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran
gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
Ada dua macam seismograf :
1. Seismograf
Horizontal
Seismograf horizontal, yaitu
seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal.
Seismometer ini menggunakan pendulum. Ketika terjadi getaran yang arah geraknya
horizontal, maka bola pendulum akan bergerak kesamping dan dibagian bawahnya
ada alat seperti pena untuk menggambarkan grafik getaran yang terjadi pada
sebuah kertas. Akan tetapi penggunaan pendulum yang sederhana ini belum dapat
untuk merekam dengan bagus getaran dengan frekwensi rendah. Untuk mengatasinya,
digunakan inverted pendulum yang terdapat pegas pada kedua sisi bola pendulum.
Sehingga ketika bergetar, maka salah satu pegas akan meredam getaran dan pegas
yang lain memberikan tambahan gaya kepada pendulum yang berakibat pendulum
dapat berosilasi dengan frekwensi yang kecil sehingga getaran berfrekwensi
rendah tersebut akan dapat direkam pada kertas.
Dahulu,
seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini
seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf
menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis
gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun
gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau
horizontal.
2. Seismometer
Vertical
Seismograf vertical, yaitu
seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertical. Seismometer
ini menggunakan sebuah beban, pegas dan sebuah pena. Beban digantungkan pada
sebuah pegas dengan ujung pegas yang lain tergantung pada sebuah tempat. Ketika
terjadi getaran atau gempa, maka pegas akan segera meregang atau memendek dan
beban akan bergerak karena mempertahankan keadaan inersia/kelebaman akibat
bergerak pegas tersebut. Dibagian bawahnya ada alat seperti pena untuk
menggambarkan grafik getaran yang terjadi pada sebuah kertas.
Seismograf
modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas
sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang
menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer. Pada
perangkat pendeteksi getaran modern menggunakan sensor elektronik, amplifier,
dan perangkat untuk merekam data yang didapat. Seismometer modern terdiri dari
sebuah pegas, sebuah bebanyang pada bagian luarnya dililit kumparan, rangkaian
amplifier dan perangkat untuk melihat grafik yang dihasilkan (seperti
osiloskop). Prinsip kerjanya ketika getaran terjadi makan beban akan bergerak,
akibat gerakan tersebut akan terjadi perubahan fluks magnet yang dihasilakan
arus melalui kumparan untuk menuju ke amplifier. Oleh amplifier sinyal yang
dihasilkan akan diperkurat dan akan direkam pada sebuah alat seperti osiloskop.
H. Membaca Seismogram
Hasil catatan seismograf disebut seismogram. Bila terjadi gempa, getaran seismic pertama yang ditangkap adalah gelombang primer (P) karena kecepatan rambatnya lebih tinggi. Beberapa saat kemudian datang gelombang sekunder (S) yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dan yang terakhir adalah gelombang pangjang (L) atau gelombang permukaan karena kecepatan rambatnya paling rendah. Pada seismogram, ketiga getaran ini dapat dibedakan dengan mudah karena ketiganya memiliki ciri atau karakteristik yang berlainan.
Pada seismogram, gelombang primer (P) tercatat pada fase pertama dan selang beberapa waktu kemudian datang gelombang fase ke dua, yaitu gelombang sekunder (S). selisih waktu pencatatan gelombang primer dan sekunder tersebut dapat digunakan untuk menghitung jarak episentrum. Dengan diketahuinya jarak episentrum dari beberapa stasiun pencatat gempa (minimal 3 stasiun) dapat digunakan untuk menentukan lokasi episentrum. Beberapa cara untuk mengetahui lokasi episentrum adalah:
1. Dengan menggunakan hasil pencatatan
seismograf. Yaitu satu seismograf vertical, satu horizontal yang berarah
utara-selatan, dan satu lagi seismograf yang berarah timur-barat. Dengan tiga
seismograf ini akan ditemukan letak episentrum.
2. Dengan menggunakan tiga tempat yang
terletak dalam satu homoseista. Ketiga tempat yang terletak dalam satu
homosesita itu dihubungkan, kemudian ditarik garis sumbu pada garis yang
menghubungkan tempat-tempat pencatatan.
3. Dengan menggunakan tiga tempat yang
mencatat jarak episentrum. Cara ini dicari dengan rumus Laska, yaitu:
Jarak episentrum dengan
stasiun pencatat gempa = [(S-P)-1] X 1 megameter
S-P = selisih waktu pencatatan
gelombang primer dengan gelombang sekunder, dalam satuan menit.
Misalnya :
Kota X mencatat jarak episentrum
5000 km
Kota Y mencatat jarak episentrum
7000 km
Kota Z mencatat jarak episentrum
4000 km
Dengan data tiga episentrum di tiga kota, kemudian kita ambil peta yang sesuai skalanya. Letak apisentrum akan didapat dari
perpotongan ketiga lingkaran.
I. Klasifikasi Pengukuran Gempa
Ketika
terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena
kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder
yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang
permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah.
Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk
seismogram.
Seismograf
menggunakan dua klasifikasi yang berbeda untuk mengukur gelombang
seismik yang dihasilkan gempa, yaitu besaran gempa (Magnitude) dan intensitas gempa (Intencity). Kedua
klasifikasi pengukuran ini menggunakan skala pengukuran yang berbeda pula. Ada
beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Skala
Mercalli, Omori, Cancani, dan skala Richter. Berdasarkan skala-skala ini orang
dapat mengenali kekuatan gempa yang pada akhirnya berguna untuk
mengantisipasinya seperti desain konstruksi bangunan dan jalan raya. Skala
Richter digunakan untuk menggambarkan besaran gempa sedangkan Skala
Mercalli digunakan untuk menunjukkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa
terhadap tanah, gedung, dan manusia.
1. Klasifikasi Besaran Gempa Menggunakan Skala Richter
Pada
1935, seorang Geophysics
Amerika bernama Charles
Francis Richter (1900-1985) bersama dengan Geophysics
lain bernama Beno Gutenberg
(1889-1960) mengembangkan skala yang pada prinsipnya dapat membandingkan semua seismogram
sehingga mendapatkan gambaran tremors
kekuatan yang serupa. Skala tersebut bernama Skala
Richter dan sampai sekarang diakui sebagai standar umum
skala kekuatan gempa. Skala
Richter untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang disebut dengan magnitude (M).
Skala
Richter dirancang dengan logaritma, yang berarti bahwa setiap langkah menunjukkan
kekuatan yang 10 kali lebih hebat dari para pendahulunya. 5 Skala
Richter menunjukkan benturan keras, yang 10 kali lebih kuat dari 4 Skala
Richter dan 100 kali lebih kuat dari 3 Skala
Richter. Perhitungan ini sering disebut sebagai Skala
Richter terbuka, karena tidak beroperasi tanpa batas atas. Ukuran Skala
Richter dapat dilihat pada tabel berikut:
Ukuran Skala
Richter
|
Keterangan
|
1,0 - 3,0
|
Tidak diberi
label oleh manusia.
|
3,0 - 3,9
|
Dirasakan oleh
masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu gantung mulai goyang.
|
4,0 - 4,9
|
Terasa sekali
getarannya. Jendela bergetar, permukaan air beriak-riak, daun pintu
terbuka-tutup sendiri.
|
5,0 - 5,9
|
Sangat sulit
untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding yang lemah runtuh, dan
permukaan air di daratan terbentuk gelombang air.
|
6,0 - 6,9
|
Batu runtuh
bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah,
retakkan di dalam tanah. Dapat
menimbulkan kerusakan pada fisik dan menimbulkan korban jiwa manusia pada
radius sampai 100 kilometer.
|
7,0 - 7,9
|
Pada skala ini termasuk gempa bumi besar. Dapat
menyebabkan kerusakan serius pada daerah yang lebih luas. Tanah longsor,
jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan tetap,
keretakan besar di tanah, rel kereta api rusak. Terjadi kerusakan total di
daerah gempa.
|
8,0 - …
|
Gempa bumi besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius di
beberapa daerah dalam radius seratus kilometer dari wilayah gempa.
|
2. Klasifikasi Intensitas Gempa Menggunakan Skala Mercalli
Sebelum ditemukannya alat-alat
pencatat getaran gempa,
satu-satunya cara untuk mengukur besarnya gempa adalah dengan jalan pengamatan langsung oleh manusia. Untuk
memudahkan pengamatan tersebut, dibuatlah daftar-daftar yang mengklasifikasikan
besarnya gempa, berdasarkan
derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa
terhadap bangunan-bangunan. Skala daftar derajat kerusakan ini dinyatakan dalam
angka Romawi (I, II, III, ….). Skala ini pada umumnya digunakan untuk
pengamatan oleh orang-orang yang sudah berpengalaman untuk memperkirakan
tingkat intensitas suatu gempa.
Derajat kerusakan akibat gempa yang sama dengan ukuran yang
terdapat dalam daftar yang dipakai untuk menyatakan intensitas suatu gempa. Intensitas yang dilaporkan
untuk suatu gempa adalah
intensitas maksimum yang disebabkan oleh aktivitas gempa pada suatu lokasi. Intensitas ini sering juga disebut
sebagai intensitas lokal. Intensitas lokal berhubungan langsung dengan
percepatan tanah maksimum yang terjadi akibat gempa. Dengan demikian intensitas lokal gempa akan berhubungan pula dengan besar kecilnya kerusakan yang
terjadi pada bangunan-bangunan disuatu lokasi.
Daftar
skala intensitas, pertama kali dikembangkan oleh Rossi dari Italia dan Forrel
dari Swiss. Skala ini, merujuk pada nilai I sampai X, yang untuk pertama
kalinya digunakan untuk melaporkan gempa
San Fransisco yang terjadi pada tahun 1906. Pada tahun 1902 seorang seimolog
dan vulkanolog dari Italia bernama Giuseppe Mercalli (1850-1914) mengusulkan
skala intensitas dari I sampai dengan XII. Ia mengklasifikasi skala
intensitas gempa bumi dan pengaruhnya terhadap manusia, bangunan (gedung), dan
alam (tanah). Klasifikasi tersebut bernama Skala Mercalli yang ditentukan berdasarkan kerusakan akibat gempa dan
wawancara kepada para korban, sehingga bersifat sangat subyektif. Pada tahun
1931, Harry O. Wood dan Frank Neumann memodifikasi skala Mercalli ini, dan
disebut skala Modified Mercalli
Intensity (MMI Scale) untuk mengukur intensitas gempa yang terjadi di California,
Amerika.
Skala MMI
mempunyai 12 tingkatan intesitas gempa
(I s/d XII). Setiap tingkatan intensitas didefinisikan berdasarkan pengaruh gempa yang didapat dari pengamatan,
seperti goncangan tanah, dan kerusakan dari struktur bangunan seperti gedung, jalan, dan
jembatan. Tingkat intensitas I sampai VI, digunakan untuk mendeskripsikan apa
yang dilihat dan dirasakan orang selama terjadinya gempa ringan dan gempa sedang.
Sedangkan tingkat intensitas VII sampai dengan XII digunakan untuk
mendeskripsikan kerusakan pada struktur bangunan selama terjadinya gempa
kuat. Klasifikasi intensitas gempa dengan Skala Mercalli dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 1. Skala Intensitas Modified
Mercalli (MMI Scale)
Ukuran
|
Keterangan
|
I
|
Tidak terasa oleh manusia, direkam hanya oleh seismograf.
|
II
|
Getaran hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat
gempa.
|
III
|
Getaran dirasakan oleh beberapa orang. Benda-benda yang
bergantung benggoyang dan bergetar ringan.
|
IV
|
Getaran akan dirasakan oleh banyak orang seperti truk
lewat. Porselin dan barang pecah belah berkerincing dan pintu berderak.
|
V
|
Binatang merasa kesulitan dan ketakutan. Bangunan mulai
bergoyang. Banyak orang akan bangun dari tidurnya. Getaran terasa oleh orang
di luar gedung. Benda-benda tidak stabil di atas meja. Pintu bergerak
tertutup dan terbuka.
|
VI
|
Benda-benda mulai berjatuhan dari rak, getaran dirasakan
oleh semua orang banyak orang takut dan keluar rumah, berjalan kaki sulit, kaca
jendela pecah, meja dan kursi bergerak.
|
VII
|
Banyak orang cemas, keretakan pada dinding dan jalan,
sulit berdiri, getaran terasa oleh pengendara mobil dan motor, genteng di
atap terlepas.
|
VIII
|
Pergeseran barang-barang dirumah, pengemudi mobil terganggu,
tembok bangunan retak.
|
IX
|
Kepanikan meluas, tanah longsor, banyak atap dan dinding
yang roboh pipa dalam tanah putus.
|
X
|
Banyak bangunan rusak, lebar keretakan di dalam tanah
mencapai hingga 1 meter. Sebagian konstruksi portal dan temboknya rusak beserta
pondasinya. Tanggul dan bendungan rusak berat. Rel kereta api bengkok sedikit.
Banyak terjadi tanah lonsor.
|
XI
|
Keretakan dalam tanah makin melebar, banyak tanah longsor
dan batu yang jatuh. Rel kereta api rusak berat. Pipa-pipa di dalam tanah
rusak.
|
XII
|
Hampir sebagian besar bangunan hancur (rusak total),
permukaan tanah perubahan menjadi radikal. Barang-banrang terlempar ke udara.
|
Di dunia, setiap tahunnya terjadi
rata-rata satu gempa dengan
tingkat intensitas X sampai XII, 10 sampai 20 gempa dengan intensitas VII sampai IX, dan lebih dari 500 gempa dengan intensitas I sampai VI.
Setiap tahun terjadi hampir 100000 gempa
tetapi tidak dicatat manusia, oleh karena itu gempa-gempa ini
tidak diklasifikasikan di dalam skala MMI. Gempa dengan intensitas II dan III pada skala MMI dapat dianggap
setara dengan gempa dengan
magnitude M=3 sampai M=4 pada Skala Richter. Gempa dengan intensitas XI dan III pada skala MMI dapat dianggap
setara dengan gempa dengan
magnitude M=8 sampai M=9 pada Skala Richter.
Hal-hal yang dapat menyebabkan
banyaknya kerusakan dari bangunan pada saat terjadi gempa adalah, desain dari konstruksi bangunan, jarak lokasi bangunan
dari pusat gempa, dan kondisi lapisan permukaan tanah dimana bangunan tersebut
didirikan. Desain dari konstruksi bangunan yang berbeda, akan
memiliki daya tahan terhadap gempa yang berbeda pula, serta semakin jauh lokasi
bangunan dari pusat gempa, semakin sedikit kerusakan yang akan terjadi.
Demikian juga pengaruh dari kondisi tanah dasar dimana bangunan didirikan, akan
menyebabkan perbedaan pada tingkat kerusakan yang dapat terjadi. Pada lokasi
dimana lapisannya merupakan tanah lunak, gempa akan menyebabkan bangunan
bergoncang lebih keras dibandingkan jika lapisan tanahnya merupakan tanah
lunak. Bangunan-bangunan yang didirikan di atas lapisan tanah lunak akan mengalami
kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan bangunan-bangunan yang didirikan
di atas lapisan tanah keras.
Dari penjelasan mengenai tingkat
kerusakan bangunan yang dapat terjadi akibat gempa, terlihat bahwa penentuan dari nilai Skala Mercalli sangat
bersifat subjektif karena beberapa hal sebagai berikut:
1.
Tergantung
pada jarak epicenter sampai tempat yang dimaksud.
2.
Keadaan
geologi setempat.
3.
Kualitas
dari bangunan-bangunan setempat di lokasi terjadinya gempa.
4.
Pengamatan
manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan panik akibat kekacauan yang biasanya
terjadi pada saat gempa,
Skala Mercalli
tidak dapat digunakan secara ilmiah seperti Skala Richter. Karena skala ini bersifat subjektif, maka untuk
suatu kerusakan yang diakibatkan oleh gempa,
pengamatan yang dilakukan oleh beberapa orang akan mempunyai pendapat yang
berbeda mengenai tingkat kerusakan yang terjadi.
J. Alarm gempa
Alarm ini
berfungsi untuk memberikan peringatan adanya getaran (gempa) bumi. Cara
kerjanya yaitu dengan mendeteksi kedatangan gelombang
seismik P-Wave sebelum kedatangan S-Wave dan Surface Wave (Q-Wave dan
R-Wave) di mana gelombang tersebut bersifat berbahaya dan merusak. Sistem alarm
dengan speaker
otomatis yang bersuara sangat nyaring mampu membangunkan orang yang sedang
tidur sehingga dapat segera menyelamatkan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Yeti
Nuryantini, Ade. 2007. Gempa Bumi,
Bandung: Karya Putra Darwati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar