BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Orang
yang mampu berkomunikasi dengan baik memiliki kehidupan pribadi yang bahagia,
sebab dapat mempengaruhi orang. Paling tidak, dapat mengalihkan idenya kepada
orang lain. Sebagian besar orang demikian menerima tanggapan positif terhadap
permintaannya dibandingkan dengan orang yang memiliki komunikasi yang buruk.
Peneliti mengungkapkan bahwa 85% kepuasan pelanggan berasal dari hubungan baik
yang merupakan hasil dari komunikasi yang baik (Hendarin). Oleh karena itu komunikasi
efektif dianggap sebagai elemen penting untuk keberhasilan
suatu organisasi. Bagaimana mungkin orang lain bisa menangkap ide kita kalau
kita tidak dapat mengungkapkannya kepada orang lain dengan baik.
Komunikasi
yang efektif dalam organisasi menjadi hal sangat penting, seperti halnya aliran
darah bagi suatu organisasi, dan miskomunikasi memberi kontribusi yang dapat
disamakan dengan rusaknya sistem peredaran darah dalam lebih dari satu
organisasi. Komunikasi menjadi faktor terpenting bagi organisasi dalam
mendapatkan informasi. Muhammad (2009) menyebutkan bahwa dengan adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan begitu pula
sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau
berantakan. Tanpa komunikasi yang efektif di antara berbagai pihak, pola
hubungan yang kita sebut organisasi tidak akan melayani kebutuhan seseorang
dengan baik.
Kegagalan
dalam organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi yang
dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Seperti yang dikatakan Luthans
(2006) bahwa komunikasi yang tidak efektif adalah akar utama permasalahan dalam
organisasi. Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan anggota menjadi faktor
penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi. Pemimpin organisasi sebagai
leader memiliki peran penting dalam berkomunikasi dengan anggota. Untuk itu
dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi peningkatan komunikasi yang
efektif antara pemimpin dan anggota dalam sebuah organisasi.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah
komunikasi yang tidak efektif dari seorang pemimpin organisasi mempengaruhi
kinerja anggota dalam mencapai tujuan organisasi?
2. Bagaimanakah
strategi agar mampu melakukan komunikasi yang baik, komunikasi yang dua arah,
komunikasi yang efektif, sehingga target informasi yang harus disampaikan
ataupun diserap sesuai dengan harapan?
3. Bagaimana
strategi komunikasi organisasi dari pimpinan ke anggota (downward communication)?
4. Bagaimana
Strategi Komunikasi dari Anggota ke Pimpinan (Upward Communication)?
C.
Tujuan
Dari latar belakang dan
rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi
pentingnya komunikasi yang efektif dari seorang pemimpin organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi.
2. Mengetahui
strategi agar mampu melakukan komunikasi yang baik, komunikasi yang dua arah,
komunikasi yang efektif, sehingga target informasi yang harus disampaikan
ataupun diserap sesuai dengan harapan.
3. Mengetahui
strategi komunikasi organisasi dari pimpinan ke anggota (downward communication).
4. Mengetahui
strategi komunikasi dari anggota ke pimpinan (Upward Communication).
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Organisasi
Keberadaan
organisasi sebenarnya setua sejarah peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang
hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama. Namun, tidak semua orang sadar bahwa mereka sebenarnya telah
berorganisasi. Berkembangnya kesadaran mengenai pentingnya organisasi bagi
setiap orang sebenarnya melalui perjalanan yang amat lamban dibandingkan dengan
peradaban manusia itu sendiri. Karena baru dalam beberapa dasawarsa terakhir
orang mulai cenderung untuk melakukan studi tentang organisasi beserta
perilakunya secara mendalam.
Winugroho
mendefinisikan Organisasi sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan
bekerjasama untuk merealisasikan tujuan bersama. Berdasarkan definisi tadi
jelaslah bahwa dalam suatu organisasi minimum mengandung 3 elemen yang saling
berhubungan. Ketiga elemen tersebut yaitu sekelompok orang, interaksi dan kerja
sama sertan tujuan bersama.
Salah
satu cirri utama dari suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang
menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan
kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk
menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.
Ciri
yang kedua adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang
tersebut saling mengadakan hubungan timbal balik, saling memberi dan menerima,
dan juga saling bekerja sama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud,
sasaran, dan tujuan.
Ciri
yang ketiga adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok
orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama tersebut diarahkan pada suatu
titik tertentu, yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan. Setiap
organisasi memiliki tujuan yang telah dirumuskan secara bersama-sama. Tujuan
bersama yang hendak direalisasikan tersebut dapat merupakan tujuan jangka
panjang maupun tujuan jangka pendek. Mungkin juga tujuan yang pencapaiannya
secara rutin maupun tujuan yang pencapaiannya secara berkala saja.
Oleh
karena itu, organisasi dikatakan sebagai wadah berarti suatu tempat orang
berinteraksi dan bekerja sama. Sedangkan organisasi dikatakan sebagai alat
berarti sebagai alat untuk merealisasikan tujuan bersama di antara orang yang
berinteraksi dan bekerja sama tersebut. Selain itu, organisasi dapat diartikan
dalam arti dinamis maupun dalam arti statis. Organisasi dalam arti dinamis
adalah suatu proses penetapan dan pembagian kerja yang akan dilakukan, pimpinan
tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggung jawab, serta penetapan hubungan di
antara elemen organisasi. Dengan demikian, orang yang bergabung dalam
organisasi tersebut dapat bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama
secara efisien dan efektif.
Organisasi
dalam arti statis adalah suatu bagan atau struktur yang berwujud dan bergerak
demi tercapainya tujuan bersama, dalam istilah lain sering disebut sebagai
struktur atau tata raga organisasi. Jadi, struktur organisasi adalah suatu
manifestasi/perwujudan organisasi yang menunjukkan hubungan antara fungsi
otoritas dan tanggung jawab yang saling berinteraksi dari orang yang diberi
tugas dan tanggung jawab atas setiap aktivitas. Struktur organisasi dapat
dipandang sebagai desain yang terpadu dan utuh yang menunjukkan hubungan fungsi
dari masing-masing orang yang terikat didalamnya. Jadi, organisasi dalam arti
dinamis lebih cenderung disebut organisasi sebagai suatu wadah.
B.
Komunikasi
Secara
etimologis komunikasi berasal
dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah
kata depan yang artinya dengan, atau
bersama dengan, dan kata units,
sebuah kata bilangan yang
berarti satu. Dua kata tersebut
membentuk kata Benda communio, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan communion,
yang berarti kebersamaan,
persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk bercommunio diperlukan adanya usaha
dan kerja, maka kata itu dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan sese orang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan
orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran, berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan,
percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan (Hardjana dalam Lestari dan Maliki, 2006).
Komunikasi
merupakan proses penyampaian gagasan seseorang kepada orang lain. Komunikasi
juga sebagai penggerak untuk menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh
manusia. Komunikasi juga dapat menciptakan suatu tempat menyimpan ide bersama,
memperkuat perasaan kebersamaan dengan tukar menukar berita dan mengubah
pemikiran menjadi tindakan, yang menggambarkan setiap emosi dan kebutuhan mulai
dari usaha mempertahankan hidup yang paling sederhana sampai dengan usaha
manusia yang sangat ilmiah.
Selain
itu juga dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk
berinteraksi antar individu maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan
dapat mencegah konflik. Di sisi lain, komunikasi juga dibutuhkan oleh setiap
Negara untuk saling berhubungan dengan Negara lain (hubungan bilateral).
Di
awal dikatakan bahwa organisasi merupakan wadah orang berinteraksi dan bekerja
sama. Tentu saja dalam berinteraksi, orang-orang yang terlibat dalam organisasi
tersebut melakukan komunikasi. Jika komunikasi yang terbentuk tidak efektif,
tentu saja tujuan organisasi tersebut tidak optimal.
C.
Hambatan
dalam Komunikasi
Hendrian mengungkapkan beberapa hambatan
dalam berkomunikasi. Hambatan tersebut yaitu:
1. Hambatan
organisasional
a. Tingkatan
hierarki
Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya
berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus
melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tempat tujuan dan cenderung berkurang ketepatannya.
b. Wewenang
pemimpin
Banyak pimpinan merasa bahwa mereka tidak
dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat
membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak anggota menghindari situasi
dimana mereka harus mengungkapkan informasi yang dapat membuat mereka dalam
kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan antara pimpinan
dan anggota.
c. Spesialisasi
Cenderung memisahkan orang-orang, bahkan bila
mereka bekerja saling berdekatan. Perbedaan fungsi, kepentingan dan
istilah-istilah pekerjaan dapat membuat orang-orang merasa bahwa mereka hidup
dalam dunia yang berbeda. Akibatnya dapat menghalangi perasaan memasyarakat,
membuat sulit memahami, dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.
2.
Hambatan antar pribadi
a. Persepsi
selektif
Merupakan
pengharapan yang mengarahkan seseorang untuk melihat atau mendengar kejadian,
orang, objek, atau situasi adalah sesuatu yang dia ingin lihat atau dengar.
b. Status
atau kedudukan
Kecenderungan
untuk menilai, mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar karakteristik
pengirim (sumber), terutamanya kredibilitasnya.
c. Keadaan
membela diri
Mengakibatkan
ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan sebaliknya,
meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain.
d. Pendengaran
lemah
Berbagai
kebiasaan sehubungan dengan pendengaran lemah meliputi.
1) Mendengar
hanya permukaannya saja
2) Memberikan
pengaruh, melalui baik perkataan atau tanda-tanda
3) Menunjukkan
kebosanan atau kejengkelan
4) Mendengar
dengan tidak aktif
e. Ketidaktepatan
penggunaan bahasa
Contoh,
perintah pemimpin untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam,
satu hari atau satu minggu. Di samping itu, bahasa-bahasa nonverbal yang tidak
konsisten, seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya.
3. Strategi Komunikasi Organisasi dari Pimpinan
ke Anggota (Downward Communication)
Gibson dalam Syasyikirana mengungkapkan bahwa dalam strategi komunikasi perlu
adanya rasa saling saling percaya yang diciptakan antara komunikator dan
komunikan. Kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi tidak akan
berhasil. Tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat komunikasi.
Sebelum
melancarkan proses komunikasi, hal yang harus dilakukan adalah mempelajari
siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi pimpinan. Adapun hal-hal yang perlu
diketahui dari komunikan adalah kerangka referensi dan situasi serta kondisi
mereka.
Tiap
individu memiliki karakter yang berbeda-beda oleh karena itu perlakuan saat
memberikan informasi atau pesan juga berbeda-beda. Hal tersebut berlaku bila
akan mengomunikasikan secara personal, namun bila secara serentak biasanya
diumumkan saat rapat mingguan setiap hari Sabtu atau saat rapat kecil yang
berbeda-beda setiap timnya.
Unsur selanjutnya yang menjadi
penting adalah bagaimana mengemas pesan atau instruksi tersebut agar ditanggapi
oleh komunikan. Pengemasan
pesan akan mempengaruhi penerimaan pesan itu sendiri oleh komunikan, dalam hal
ini adalah anggota. Pada dasarnya sistem komunikasi ke bawah mengandalkan
berbagai jenis media cetak dan oral untuk menyebarkan informasi. Beberapa
contoh media tertulis menurut Luthans (2006) berupa buku panduan organisasi,
buku petunjuk, majalah, koran, dan surat yang dikirim ke rumah atau dibagikan
dalam pekerjaan, item papan pengumuman, poster, dan display informasi; dan
laporan standar, deskripsi prosedur, dan memo.
4.
Strategi
Komunikasi dari Anggota ke Pimpinan (Upward
Communication)
Komunikasi ke atas merupakan sumber
informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi
ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat anggota mengenai pimpinan,
mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman-temannya yang sama bekerja dan
mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi
perlu memprogramnya.
Komunikasi ke atas merupakan sumber
informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi
ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat anggota mengenai pimpinan,
mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman-temannya yang sama bekerja dan
mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi
perlu memprogramnya.
Namun, terkadang komunikasi ke atas
lebih sulit dibandingkan komunikasi ke bawah. Hal tersebut dikemukakan Sharma
(Pace & Faules, 2005). Ada empat alasan yang mendasari mengapa komunikasi
ke atas terlihat amat sulit. Pertama, adanya kecenderungan pegawai
menyembunyikan pikiran mereka. Kedua, pegawai cenderung melihat pimpinan tidak
akan tertarik dengan masalah yang sedang mereka hadapi. Selanjutnya, seringkali
pimpinan tidak berhasil memberi penghargaan kepada pegawai yang telah melakukan
komunikasi ke atas. Terakhir, adanya perasaan bahwa pimpinan tidak dapat
dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
Anggota merasa dirinya tidak
memiliki kuasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pimpinan. Kalaupun ada, itupun
adalah sesuatu yang mereka terima dari sesama karyawan. Anggota organisasi
merasa kesulitan untuk berkomunikasi ke atas karena alasan adanya perasaan
bahwa pimpinan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang
disampaikan pegawai.
Menurut penelitian sebelumnya (Muhammad
2009), ada lima hal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas. Dua di
antaranya adalah, pesan haruslah mendukung kebijaksanaan yang baru dan pesan
memiliki daya tarik untuk kemajuan organisasi ke depannya. Permasalahan yang
menjadi poin penting dalam hal ini adalah bagaimana anggota mengemas pesan jika
nyatanya komunikasi ke atas dirasa sangat sulit. Riza menyatakan bahwa dia
selalu mengkomunikasikan pesan langsung kepada komunikasi yang menangani pesan
itu secara langsung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Muhammad (2009)
bahawa komunikasi ke atas akan lebih efektif jika komunikasi itu langsung
kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Permasalahan
1.
Pentingnya
Komunikasi yang Efektif dari Pemimpin Organisasi
Komunikasi
dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin harus memiliki
wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab, berani dalam mengambil keputusan,
dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik. Karena
komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana
bawahannya tersebut akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan.
Sehingga seorang pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan
gagasan/ide tersebut. Namun, terkadang pemimpin sebuah organisasi tidak dapat
berkomunikasi secara efektif. Apakah komunikasi yang tidak efektif dari seorang
pemimpin organisasi mempengaruhi kinerja anggota dalam mencapai tujuan
organisasi?
2.
Strategi
Komunikasi yang Efektif
Secara garis besar, komunikasi dapat dibedakan
antara komunikasi verbal dan non-verbal. Di antara jenis komunikasi non-verbal
adalah komunikasi tertulis. Di kehidupan nyata kita kering menemukan
orang-orang yang gagap dalam menyampaikan ide-idenya secara lisan, namun mampu
penyampaian secara tertulis baik berupa proposal penelitian dan menyusun
laporan penelitian.
Sebagaimana
sering dikatakan, komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah
informasi. Namun, tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik.
Bagaimanakah caranya agar kita mampu melakukan komunikasi yang baik, komunikasi
yang dua arah, komunikasi yang efektif, sehingga target informasi yang harus
disampaikan ataupun diserap sesuai dengan harapan?
3.
Strategi
Komunikasi Organisasi dari Pimpinan ke Anggota (Downward Communication)
Kegagalan dalam
organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi yang
dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Komunikasi yang tidak efektif
adalah akar utama permasalahan dalam organisasi. Komunikasi yang efektif antara
pimpinan dan anggota menjadi faktor penting bagi pencapaian tujuan suatu
organisasi. Pemimpin organisasi sebagai leader memiliki peran penting dalam
komunikasi. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi
komunikasi organisasi dari pimpinan ke anggota.
4.
Strategi
Komunikasi dari Anggota ke Pimpinan (Upward
Communication)
Komunikasi
ke atas lebih sulit dibandingkan komunikasi ke bawah. Ada empat alasan yang
mendasari mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit. Pertama, adanya
kecenderungan pegawai menyembunyikan pikiran mereka. Kedua, pegawai cenderung
melihat pimpinan tidak akan tertarik dengan masalah yang sedang mereka hadapi.
Selanjutnya, seringkali pimpinan tidak berhasil memberi penghargaan kepada
pegawai yang telah melakukan komunikasi ke atas. Terakhir, adanya perasaan
bahwa pimpinan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang
disampaikan pegawai.
Anggota merasa dirinya tidak memiliki kuasa untuk
menyampaikan sesuatu kepada pimpinan. Kalaupun ada, itupun adalah sesuatu yang
mereka terima dari sesama karyawan. Anggota organisasi merasa kesulitan untuk
berkomunikasi ke atas karena alasan adanya perasaan bahwa pimpinan tidak dapat
dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai. Jadi masalah
yang ingin dibahas adalah mengenai strategi komunikasi dari anggota ke
pimpinan.
B.
Upaya
Optimalisasi
1.
Pentingnya
Komunikasi yang Efektif dari Seorang Pemimpin Organisasi
Kepemimpinan
yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan dan
kemampuan menjalankan fungi komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang
baik dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan
seorang pemimpin dalam memimpin untuk mempengaruhi bawahan. Keyakinan dan kepercayaan
hanya dapat terbentuk apabila pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis
antara pimpinan dengan para bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi
dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi.
Komunikasi yang
efektif dari seorang pemimpin sangatlah penting karena akan mempengaruhi
kinerja anggota dalam mencapai tujuan organisasi, hal ini dikarenakan tiga
alasan utama, yaitu:
a. Komunikasi
menyediakan saluran umum untuk proses manajemen, yaitu merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan.
b. Keterampilan
komunikasi yang efektif dapat membuat pemimpin menggunakan berbagai bakat yang
tersedia dalam dunia multibudaya dari organisasi.
c. Kenyataan
bahwa pemimpin banyak menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi. Jarang sekali
kita menjumpai pemimpin sendirian di mejanya berpikir, membuat rencana, atau
mempertimbangkan berbagai alternatif.
d. Pemimpin
merupakan ujung tombak pencapaian visi dan misi suatu organisasi. Jika pemimpin
tidak dapat berkomunikasi dengan efektif maka akan terjadi kekacauan.
2.
Strategi
Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi
efektif dapat dilakukan oleh setiap orang. Jika ada yang merasa tidak mampu,
hal ini lebih karena masalah kebiasaan saja. Melatih orang berkomunikasi
sederhana secara efektif bisa dilakukan dengan langsung pada prakteknya.
Walaupun sepintas sepele, hal ini dapat membantu setiap individu untuk mencapai
sebuah kesuksesan baik di dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan
karirnya.
Untuk dapat melakukan komunikasi efektif,
sebuah sumber menyatakan ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan yaitu menganalisa,
menyalahkan, menghakimi, menasehati, dan menginterogasi.
Yang
tak kalah pentingnya dalam melakukan komunikasi efektif adalah keterampilan
mendengarkan dan bertanya. Dalam proses berkomunikasi, seseorang harus mampu
mendengarkan dan memahaminya dengan baik. Kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang saling memiliki keterkaitan dan mengarah pada suatu
solusi. Sehingga tujuan utama dalam komunikasi yang efektif adalah sebuah win-win
solution. Tak ada satupun orang yang mau disalahkan. Inilah konsep dasar
dari komunikasi efektif.
Tak
elok rasanya bila dalam berkomunikasi, satu pihak terus-terusan berbicara,
sementara pihak lainnya terus-terusan mendengarkan. Sehingga tidak terjadi
komunikasi dua arah. Komunikasi efektif atau dalam beberapa kasus sering
diartikan sebagai diplomasi, perlu dilakukan untuk dapat membangun sebuah
kesamaan keinginan dari sebuah informasi yang disajikan. Sehingga tujuan yang
ingin diraih dapat dicapai secara bersama-sama.
Ketika
anda ingin berkomunikasi dengan orang lain, lakukanlah dengan efektif. Dalam
kondisi apapun disarankan agar anda selalu dapat melakukan komunikasi secara
efektif. Contoh sederhana, lihatlah orang yang akan diajak bicara sudah siap
atau belum menerima informasi atau pertanyaan dari kita. Kalau belum, tunggulah
dulu sampai benar-benar dia siap. Dengan berkomunikasi efektif kita dapat
menunjukan kepribadian yang berkarakter positif dan membuka diri untuk selalu
tumbuh dan berkembang menuju kesuksesan secara bersama-sama.
Perbedaan
antara komunikasi efektif dan tidak efektif dapat dilacak sampai seberapa jauh
pihak-pihak yang berkomunikasi menangani empat aspek proses komunikasi:
1. Perbedaan
persepsi
Ini adalah salah satu hambatan komunikasi
yang umum dijumpai. Orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan dan
pengalaman berbeda sering menerima fenomena sama dari perspektif yang berbeda.
Seandainya seorang supervisor baru memuji seorang karyawan atas kerja yang
efisisen dan bermutu tinggi. Supervisor itu benar-benar menghargai usaha
karyawan tadi dan pada saat yang sama ingin mendorong karyawan yang lain untuk
meniru contoh tersebut. Akan tetapi, orang lain mungkin menganggap karyawan
tadi membedakan diri untuk dipuji sebagai tanda dia telah menjilat pimpinan.
Mereka mungkin bereaksi dengan menggoda atau menunjukkan permusuhan secara
terbuka. Persepsi individu mengenai komunikasi yang sama dapat berbeda secara
radikal.
Cara untuk mengatasi perbedaan persepsi
adalah pesan harus dijelaskan sehingga dapat dipahami oleh penerima yang
mempunyai pandangan dan pengalaman berbeda. Kalau mungkin, kita harus
mempelajari mengenai latar belakang mereka yang akan berkomunikasi dengan kita.
2. Emosi
Reaksi emosional marah, cinta, mempertahankan
pendapat, benci, cemburu, takut, malu, dapat mempengaruhi cara kita memahami
pesan orang lain dan cara kita mempengaruhi orang lain dengan pesan kita
sendiri.
Pendekatan terbaik untuk berhubungan dengan
emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan mencoba
untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
3. Ketidakkonsistenan
antara komunikasi verbal dan non-verbal
Banyak yang berpendapat bahwa bahasa lisan
dan tertulis sebagai medium utama komunikasi, tetapi pesan yang kita kirimkan
dan kita terima amat dipengaruhi oleh faktor nonverbal seperti gerakan tubuh,
pakaian, jarak berdiri antar orang yang berbicara, postur, gerakan anggota
badan, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan badan. Bahkan pesan yang amat
sederhana seperti “Selamat pagi”, dapat di sampaikan dengan maksud berbeda-beda
dengan komunikasi nonverbal.
Kunci untuk menghilangkan ketidakkonsistenan
dalam komunikasi adalah mewaspadainya dan berjaga-jaga agar tidak mengirimkan
pesan palsu. Komunikasi nonverbal harus selaras dengan pesan verbal.
4. Kepercayaan
Seorang penerima mempercayai atau mencurigai
suatu pesan pada umunya merupakan fungsi kredibilitas dari pengririm dalam
pikiran penerima. Kredibilitas pengirim dipengaruhi oleh lingkungan dalam
konteks dia mengirirmkan pesan.
Pada umumnya, kredibilitasseorang pemimpin
akan tinggi kalau dia dianggap oleh orang lain berpengetahuan luas, dapat
dipercaya, dan tulus menyangkut kesejahteraan lain. Kredibilitas merupakan
hasil dari proses jangka panjang yang mana kejujuran seseorang, keadilan, dan
maksud baik dikenal oleh orang lain.
Seorang pemimpin
dituntut untuk menguasai komunikasi verbal secara efektif. Untuk itu maka
sebaiknya menyadari kelemahannya dan berusaha menutupi kekurangannya dengan
mengupayakan diri memperbaiki diri. Usaha yang dapat dilakukan adalah mempraktikkan kemahiran bicaranya di pantai dan berpidato
di sana. Dia keluarkan suaranya sekeras-kerasnya melawan suara ombak. Tentu
saja, dengan seringnya berlatih demikian, maka pada saat menghadapi audiens
atau lawan bicara yang sebenarnya dia tidak mendapat kesulitan lagi.
Usaha kedua yang dapat dilakukan adalah
mengikuti training mengenai
komunikasi. Seperti disebutkan di atas, keterampilan dalam berkomunikasi secara
efektif dapat dipelajari dan dikuasai dengan latihan rutin dan berkesinambungan
secara terus menerus. Untuk itu, saat ini ada lembaga yang menyelenggarakan
training, khusus melatih pesertanya dalam keterampilan berkomunikasi efektif.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menciptakan suatu komunikasi yang efektif.
1. Ketahui mitra bicara (Audience)
Kita
harus sangat sadar dengan siapa kita bicara, apakah dengan orang tua, anak-anak,
laki-laki atau perempuan, status sosialnya seperti apa pangkat, jabatan dan
semacamnya petani, pengusaha, guru, kyai, dan lain-lain. Dengan mengetahui audience
kita, kita harus cerdik dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan
informasi atau buah fikiran kita. Artinya, bahasa yang dipakai harus sesuai
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audience kita. Berbicara dengan
orang dewasa tentu akan sangat berbeda dengan berbicara kepada ana-kanak.
Berbicara
dengan atasan tentu akan berbeda berbicara pada bawahan atau teman sederajat.
Pengetahuan mitra bicara kitapun harus diperhatikan. Informasi yang disampaikan
mungkin saja bukan hal yang baru bagi mitra kita, tetapi kalau penyampaiannya
dengan menggunakan jargon-jargon atau istilah-istilah yang tidak dipahami oleh
mitra, informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak dapat dipahami.
Jadi, dengan memperhatikan mitra bicara kita, kita akan dapat menyesuaikan diri
dalam berkomunikasi dengannya.
2.
Ketahui tujuan
Tujuan
kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi,
tentu komunikasi kita bersifat pengumuman. Tetapi bila kita bermaksud membeli
atau menjual barang komunikasi kita akan bersifat negosiasi. Lain pula cara
kita berkomunikasi apabila tujuan kita untuk menghibur, membujuk, atau sekedar basa-basi.
3.
Perhatikan
Konteks
Konteks
disini bisa berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi. Pada saat berkomunikasi,
konteks sangat berperan dalam memperjelas informasi yang disampaikan.
Formalitas dalam konteks tertentu juga dapat mempengaruhi cara berkomunikasi
seseorang. Gaya komunikasi atasan dan bawahan di lingkungan dunia kerja, bahkan
komunikasi antar sesama atasan maupun sesama bawahan pasti berbeda. Apabila
orang-orang ini bertemu di luar kantor
gaya komunikasi diantara mereka akan sangat lain dengan gaya pada saat mereka
berada di kantor. Mengirim bunga kepada orang yang berulang tahun atau kepada
orang yang kita kasihi, akan berbeda maknanya bila disampaikan kepada orang
yang sedang berduka. Bahkan jenis bunga yang disampaikanpun membawa pesan atau kesan
tersendiri.
4. Pelajari Kultur
Kultur
atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga perlu diperhatikan
dalam berkomunikasi.
5.
Pahami Bahasa.
Bahasa
menunjukkan
bangsa artinya bahasa dapat menjadi identitas suatu bangsa. Dengan memahami
bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami
bahasa di sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang dipakai oleh
mitra bicara kita. Yang lebih penting adalah memahami gaya orang lain
berbahasa. Untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam berkomunikasi,
gunakanlah kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami. Kalimat panjang dan
kompleks seringkali mengaburkan makna. Kepiawaian dalam menggunakan kalimat-kalimat
yang sederhana dan tepat dalam berbahasa akan sangat mempengaruhi efektifitas
komunikasi kita.
3.
Strategi
Komunikasi Organisasi dari Pimpinan ke Anggota (Downward Communication)
Gibson dalam Syasyikirana mengungkapkan bahwa dalam strategi komunikasi perlu
adanya rasa saling saling percaya yang diciptakan antara komunikator dan
komunikan. Kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi tidak akan
berhasil. Tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat komunikasi.
Sebelum
melancarkan proses komunikasi, hal yang harus dilakukan adalah mempelajari
siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi pimpinan. Adapun hal-hal yang perlu
diketahui dari komunikan adalah kerangka referensi dan situasi serta kondisi mereka.
Tiap
individu memiliki karakter yang berbeda-beda oleh karena itu perlakuan saat
memberikan informasi atau pesan juga berbeda-beda. Hal tersebut berlaku bila
akan mengomunikasikan secara personal, namun bila secara serentak biasanya
diumumkan saat rapat mingguan setiap hari Sabtu atau saat rapat kecil yang
berbeda-beda setiap timnya.
Unsur selanjutnya yang menjadi
penting adalah bagaimana mengemas pesan atau instruksi tersebut agar ditanggapi
oleh komunikan. Pengemasan
pesan akan mempengaruhi penerimaan pesan itu sendiri oleh komunikan, dalam hal
ini adalah anggota. Pada dasarnya sistem komunikasi ke bawah mengandalkan
berbagai jenis media cetak dan oral untuk menyebarkan informasi. Beberapa
contoh media tertulis menurut Luthans (2006) berupa buku panduan organisasi,
buku petunjuk, majalah, koran, dan surat yang dikirim ke rumah atau dibagikan
dalam pekerjaan, item papan pengumuman, poster, dan display informasi; dan
laporan standar, deskripsi prosedur, dan memo.
Informasi dari
pimpinan ke anggota dalam organisasi biasanya mengandalkan komunikasi secara
langsung dan tatap muka, biasanya dilakukan pada saat rapat mingguan dan rapat
kecil setiap tim. Komunikasi secara lisan secara langsung yang dilakukan
pimpinan dirasa sangat penting untuk dilakukan. Karena komunikasi lisan secara
tatap muka akan mempengaruhi sikap dan perilaku anggota.
Bentuk oral communication yang biasa dilakukan berupa rapat dan koordinasi
secara personal. Setiap minggu rutin dilaksanakan rapat yang membahas mengenai
banyak hal termasuk evaluasi kinerja. Menciptakan suasana rapat yang santai,
menurut membuat pesan atau informasi yang mau disampaikan menjadi lebih
efektif.
Agar tidak bosan dengan rapat yang
begitu-begitu saja, sesekali suasana rapat dirubah. Terkadang rapat dapat
dilakukan di luar kantor sambil makan atau bahkan dilakukan di salah satu rumah
anggota rapat. Selain untuk menjadikan pikiran fresh kembali, kekompakan dan silaturahmi antar karyawan menjadi
lebih erat.
Selain menggunakan komunikasi oral
atau lisan, sering dilakukan menggunakan metode komunikasi tulisan yang juga
di-mix dengan gambar. Sesuai dengan
hasil penelitian Pace dan Faules (2006) yang menunjukkan metode lisan diikuti
tulisan yang paling efektif.
Komunikasi yang
dilakukan dari pimpinan ke anggota, selain mengandalkan komunikasi langsung
juga mengandalkan media, baik elektronik, cetak, maupun majalah dinding untuk
mengkomunikasikan informasi yang ada. Namun, media digunakan sebagai pengulang
(redundancy/repeatation) dari komunikasi lisan yang telah dilakukan. Redundancy (repeatation) adalah cara mempengaruhi komunikan dengan jalan
mengulang-ulang pesan kepada komunikan. Dengan teknik ini komunikan akan lebih
memperhatikan pesan itu daripada pesan yang tidak diulang.
Ada beberapa macam media yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan dari pimpinan ke anggota. Yakni, job description,
hand book, map, papan pengumuman, surat tertulis, dan memo. Untuk
mencapai keseragaman, efesiensi dan efektivitas kerja sesuai yang diharapkan
organisasi dapat menggunakan media job description yang mengatur
pembagian kerja masing-masing karyawan yang meliputi wewenang dan tugas yang
harus dikerjakan.
Selain itu, sebuah organisasi juga dapat
menyediakan handbook sebagai buku pedoman atau panduan bagi anggota.
Selain itu penggunaan map yang berisikan info-info penting mengenai tugas
anggota. Oleh karena itu kehilangan map sama saja kehilangan informasi penting.
Selain berfungsi sebagai media penyalur informasi-informasi penting, map juga berfungsi
untuk menciptakan suasana akrab. Di dalam map bisa berisikan candaan-candaan
lucu sebagai motivasi anggota organisasi, bahkan dapat juga gosip-gosip terbaru
di dalam organisasi tersebut.
Sebaiknya map dapat menarik perhatian karyawan.
Dari segi bahasa hingga layout juga dibuat semenarik mungkin. Wilbur Schramm
mengemukakan apa yang disebut dengan Availability (mudahnya diperoleh) dan Contrast (kontras) kedua hal ini adalah menyangkut dengan
penggunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan
medium (Arifin,
1994).
Metode tulisan yang digunakan dalam
menginformasikan pesan dapat juga berbentuk surat. Biasanya penyampaian pesan
dengan cara ini menyangkut persoalan kinerja individu atau bisa juga berupa
pemberitahuan sesuatu yang bersifat rahasia.
Pesan tertulis lainnya yang bersifat personal
adalah memo. Biasanya pimpinan akan membuat memo yang ditempelkan di meja
anggota yang diberikan instruksi. Isi memo biasanya bersifat individual yang
hanya berisikan instruksi pekerjaan satu orang saja, bukan bersifat umum.
Informasi yang bersifat umum biasanya ditempelkan di papan informasi dan map.
Selain
budaya yang ada di dalam organisasi, pimpinan juga tidak boleh melupakan budaya
eksternal yang sedang berkembang, termasuk perkembangan teknologi informasi.
Dewasa ini, budaya berkomunikasi sangat mengapresiasi komunikasi verbal yang
terintegrasi dengan teknologi informasi. Jejaring sosial merupakan teknologi
komunikasi terkini yang sudah melekat pada generasi muda. Penyampaian
informasi tidak bisa lepas menggunakan media sebagai sarana untuk menyebarkan
informasi ke anggota. Terlebih penggunaan jejaring sosial (twitter) dan
fasilitas chat room seperti Line, BBM,
dan Whatsapp. Media elektronik berupa SMS, telepon hingga email, jejaring
sosial seperti twitter serta chat room
di BBM dan line memang tidak bisa ditinggalkan. Dengan menggunakan media-media
tersebut proses komunikasi dapat menjadi lebih mudah dan cepat.
4.
Strategi
Komunikasi dari Anggota ke Pimpinan (Upward
Communication)
Cara penyampaian pesan dari anggota
ke pimpinan pun berbeda dengan cara penyampaian pesan yang dilakukan pimpinan
ke anggota. Bila, pimpinan menggunakan media sebagai teknik redundancy atau pengulang dari informasi
sebelumnya, anggota justru jarang menggunakan media untuk berinteraksi dengan
pimpinan. Kalaupun ada itu juga untuk bertanya, bukan untuk mengulang informasi
yang diberikan anggota ke pimpinan.
Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Planty dan Machaver (Pace & Faules 2005) bahwa metode yang
paling efektif dari komunikasi ke atas adalah kontak tatap muka sehari-hari dan
percakapan di antara pemimpin dan anggota. Komunikasi tatap muka yang dilakukan
anggota paling sering terjadi pada saat rapat mingguan maupun rapat tim. Rapat
memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah, baik dari pimpinan ke anggota
maupun anggota ke pimpinan.
Berdasarkan media yang dipakai oleh
anggota untuk mengkomunikasikan pesan ke pimpinan juga tidak sebanyak seperti
informasi yang diberikan pimpinan ke anggota. Sebab, anggota lebih banyak
menggunakan komunikasi oral secara tatap langsung. Meskipun demikian tidak
menutup kemungkinan kesempatan anggota untuk berkomunikasi melalui media,
seperti line, wattsap, dan twitter,
Biasanya anggota organisasi jarang
menggunakan media untuk mengkomunikasikan sesuatu pada pimpinan. Sebagai
contoh, papan informasi yang ada sebenarnya bukan hanya diperuntukkan untuk
pimpinan saja, namun pihak anggota pun dapat ikut serta untuk menempelkan
informasi di sana. Namun sejauh ini hanya pihak pimpinan saja yang menuliskan
pesan atau informasi di papan informasi.
Selain itu, untuk teknik penyampaian
pesannya, anggota lebih sering menggunakan metode
canalizing, yakni suatu cara yang
dilakukan oleh komunikator dengan mengetahui terlebih dahulu tentang
referensi/pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki komunikannya, kemudian
komunikator menyusun pesan dan metode yang sesuai dengan itu. Agar komunikan
dapat menerima pesan yang disampaikan komunikator dan kemudian perlahan-lahan
komunikator merubah pola pikir dan sikap komunikan pada arah yang dikehendaki
komunikator. Dengan merencanakan pesan sebelum diutarakan ke pimpinan
akan membawa dampak yang baik. Misalnya, dalam mengkomunikasikan ide-ide.
Komunikasi ke atas adalah feedback dari adanya komunikasi ke
bawah. Dengan adanya komunikasi ke atas pimpinan dapat memperkuat peralatan
untuk merekam ide-ide dan bantuan dari anggotanya. Hal ini membantu pimpinan
memperoleh jawaban yang lebih baik mengenai masalah-masalah mereka dan tanggung
jawab mereka. Dengan terbukanya komunikasi ke atas, pimpinan dapat membantu
arus dan penerimaan komunikasi ke bawah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi
yang efektif dari seorang pemimpin sangatlah penting karena akan mempengaruhi
kinerja anggota dalam mencapai tujuan organisasi karena pemimpin merupakan
ujung tombak pencapaian visi dan misi suatu organisasi. Jika pemimpin tidak
dapat berkomunikasi dengan efektif maka akan terjadi kekacauan.
2.
Seorang pemimpin dalam organisasi harus dapat
berkomunikasi dengan baik. Untuk itu pemimpin tidak boleh menganalisa,
menyalahkan, menghakimi, menasehati, dan menginterogasi. Selain itu juga
seorang pemimpin harus menguasai keterampilan mendengarkan dan bertanya dan
mengupayakan komunikasi dua arah. Seorang
pemimpin harus menyadari kelemahannya dalam komunikasi dan berusaha menutupi
kekurangannya dengan mengupayakan diri memperbaiki diri dengan berlatih. Strategi
dalam membangun komunikasi efektif: ketahui mitra bicara (audience), ketahui
tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
3. Strategi komunikasi yang dilakukan atasan kepada pihak
bawahan dalam mengkomunikasikan pesan pada pembuatan rubrik polling, ada
beberapa kesimpulan. Pertama, saat memberikan informasi atau pesan yang
meliputi instruksi tugas pimpinan menggunakan teknik redundancy, yaitu mengulang pesan yang telah disampaikan. Selain
itu, dalam menyalurkan pesannya pihak pemimpin dapat menggabungkan komunikasi
formal dan informal sekaligus. Pemimpin juga dapat menggunakan sejumlah media
untuk melancarkan komunikasi dengan bawahan, yakni melipuri media secara lisan,
gambar dan tulisan. Media lisan secara langsung yang digunakan berupa rapat
mingguan dan rapat per tim. Sedangkan media lisan secara tak langsung
menggunakan telepon genggam. Pimpinan dapat menggabungkan media lisan dengan
media tulisan dan gambar. Yaitu, berupa job description, hand book, map, papan
pengumuman, surat tertulis, dan memo.
4.
Sedangkan strategi
komunikasi yang dilakukan pihak bawahan kepada pihak atasan dalam
mengkomunikasikan pesan pada pembuatan rubrik polling, ada beberapa
kesimpulan.dalam mengkomunikasikan pesan pada pembuatan rubrik polling. Pertama,
bawahan mengandalkan komunikasi lisan secara langsung dan menggunakan teknik canalizing. Yakni suatu cara yang dilakukan oleh komunikator
dengan mengetahui terlebih dahulu referensi/pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki komunikannya, kemudian komunikator menyusun pesan dan metode yang
sesuai dengan itu. Agar komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan
komunikator dan kemudian perlahan-lahan komunikator merubah pola pikir dan
sikap komunikan pada arah yang dikehendaki komunikator.
B. Saran
Komunikasi yang
efektif sangat mempengaruhi pencapaian visi dan misi suatu organisasi. Untuk
itu, kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 1994, Strategi Komunikasi, CV Amrico, Bandung.
Hendarin, Dikdik. Komunikasi Efektif
Mengantarkan Kita Kepada Kesuksesan. [tersedia on line] bandung.lan.go.id.
diakses Selasa, 9 September 2014.
Lestari dan Maliki,
2006. Komunikasi yang Efektif Modul Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III. Lembaga Administrasi Negara-Republik Indonesia. [tersedia
on line] diklat.jogjaprov.go.id. diakses Selasa, 9 September 2014.
Luthans, Fred. 2006, Organizational Behavior, Mc Graw-Hill,
New York.
Muhammad, Arni. 2009, Komunikasi Organisasi, 11th edn, Bumi Aksara, Jakarta.
Pace, R. Wayne & Faules,
Don, F. 2005, Komunikasi Organisasi:
Strategi Mengingkatkan Kinerja Perusahaan, 4th edn, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Syasyikirana, Wisyesa. Strategi Komunikasi
Organisasi antara Pimpinan dan Anggota Pasca Restrukturisasi Manajemen (Studi
Kasus pada DetEksi Jawa Pos). [tersedia on line] journal.unair.ac.id. diakses
Selasa, 9 September 2014.
Winugroho, Agung. Komunikasi Efektif Guna
Meningkatkan Kinerja Organisasi. [tersedia on line] asm.ariyanti.ac.id. diakses
Selasa, 9 September 2014.
Terima Kasih Atas Berbagi Ilmunya dan Sukses Terus untuk Kerja dan Keluarganya
BalasHapusRebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
BalasHapushingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009