Senin, 15 September 2014

Menjaga Pandangan dalam Ilmu Kedokteran



dakwatuna.com Ghaddul bashar adalah menundukkan atau menjaga pandangan, sehingga pandangan tertuju ke tanah, tidak diangkat ke atas. Maksudnya adalah menghindarkan pandangan dari menikmati wanita yang bukan mahram beserta perhiasan-perhiasannya. Sehingga terhindarkan dari pandangan yang menjadi sumber godaan bagi seorang laki-laki. Sebagaimana diperintahkan kepada laki-laki, ghaddul bashar juga diperintahkan kepada perempuan.
Aturan dari Allah swt. ini tentu didukung kebenaran secara ilmiah. Berikut temuan para ahli kedokteran yang mendukung kebenaran aturan Allah swt. ini.
Dalam perkembangannya, manusia melewati berbagai tahapan.
  1. Masa anak-anak usia dini (Pre- Emotional Sexuality Stage)
  2. Masa anak-anak akhir atau pubertas (Adolescent Intersexuality Period). Yaitu antara umur 7-9 sampai 15-17. Dalam masa ini, pertumbuhan otak belum memungkinkannya membedakan ketertarikan dengan lawan jenis. Sehingga dalam masa ini, sangat mungkin seorang anak menyukai sesama jenisnya jika memang ada hal-hal yang merangsang ketertarikan seksualnya.
Oleh karena itu ada sebuah hadits yang mengatakan:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka untuk melaksanakan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun. Kemudian pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Hal itu karena seorang anak baru akan mempunyai ketertarikan seksual saat mereka berusia sepuluh tahun. Sehingga ketika menginjak usia tersebut, tempat tidur mereka harus dipisah dari tempat tidur anak yang lain.
3. Masa kedewasaan seksual (Adult Sexuality Stage). Dalam masa ini, jaringan otak sudah bisa membedakan ketertarikan seksual berlainan jenis. Sehingga jika mendapat ransangan, ketertarikan seksual seorang anak pada masa ini akan terarah kepada lawan jenis.
Hubungan antara Indera dan Perilaku Seksual
Indera mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi perilaku seksual. Melalui sebuah penelitian, dapat diketahui bahwa peran masing-masing indera berbeda antara satu jenis makhluk hidup dengan yang lainnya.
  1. Indera penciuman lebih berperan pada tikus dalam menerima rangsangan.
  2. Indera pendengaran lebih dominan untuk rangsangan seksual pada burung
  3. Sedangkan manusia, rangsangan lebih besar diterima dengan indera penglihatan
Bagaimana proses rangsangan terjadi?
  1. Berbagai penelitian sepakat bahwa faktor-faktor eksternal yang melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman adalah yang berperan dalam membangkitkan rangsangan, lalu membuat perubahan-perubahan psikologis, dan mengeluarkan hormon-hormon yang memacu sebuah prilaku seksual.
  2. Banyak juga penelitian menyebutkan bahwa orang laki-laki lebih kuat terangsang dengan pemandangan yang sensual daripada wanita. Demikian juga dengan kadar darah yang terpompa menuju otak, dan kerja jaringan otak yang berkaitan dengan masalah seksual. Berkaitan dengan masalah ini, laki-laki juga mempunyai jaringan yang tidak dimiliki oleh perempuan. Dari pemaparan ini, kita menjadi paham mengapa Allah swt. mendahulukan laki-laki ketika memerintahkan ghaddul basher.
Kerja Jaringan Otak di Saat Proses Rangsangan Terjadi?
Ada lima wilayah yang langsung bekerja saat seorang laki-laki melihat pemandangan yang sensual:
  1. Inferior Temporal Region. Wilayah ini adalah yang bertugas menerjemahkan dan memahami sebuah gambar yang baru ditangkapnya dan dialirkan ke otak. Wilayah bekerja pada tahap pertama sebuah rangsangan, yaitu begitu mata menangkap sebuah pemandangan sensual dan memahaminya, atau yang sering disebut dengan Perceptive-Cognitive Component of Sexual Phenomena.
  2. Right Orbitofrontal Cortex. Wilayah ini bertanggung jawab melakukan reaksi dan dorongan, atau sering disebut dengan Emotional and Motivational Phenomena.
  3. Left Anterior Cingulate Cortex. Yaitu wilayah yang bertanggung jawab melakukan penerimaan pertama secara psikologis pada organ syaraf bawah sadar, dan juga penerimaan secara emosional terhadap rangsangan seksual.
  4. Right Insula. Yaitu yang berhubungan dengan persepsi terhadap perubahan-perubahan psikologis, yang berbarengan dengan rangsangan seksual, misalnya berupa degub jantung yang kencang dan ketegangan pada alat vital. Hal ini sering disebut dengan perception subjective.
  5. The Right Caudate Nucleus. Inilah yang menentukan apakah rangsangan ini akan diikuti dengan tindakan seksual atau tidak.
Oleh karena itu, proses rangsangan seksual pada dasarnya berjumlah empat tahapan, yaitu: pemahaman – motivasi – penerimaan fisik dan psikis – persiapan fisik dan psikis. Setelah empat tahapan ini dilewati, maka tinggal pelaksanaan, apakah rangsangan itu diikuti dengan tindakan seksual atau tidak. Tahapan kelimama itu yang disebut dalam bahasa hadits dengan istilah:
وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Artinya: “Dan kemaluan bisa melaksanakan hal itu atau pun tidak melaksanakannya.”
Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa setiap proses di atas memiliki wilayah tersendiri pada otak. Semuanya dimulai dari proses pertama dan bagian pertama. Bagian ini akan mengirimkan sinyal yang melemahkan kerja semua bagian lain di otak, selain bagian-bagian yang berkaitan dengan rangsangan seksual. Dengan kata lain, begitu indera mata, atau pendengaran, atau penciuman menangkap rangsangan seksual, kerja semua bagian di otak melemah. Dengan melemahnya bagian tersebut, sangat memungkinkan bagian-bagian lain untuk menuntaskan prosesnya sampai terjadi sebuah tindakan seksual. Jika proses penerimaan indera-indera terhadap rangsangan diputus, maka akan terputus pula terjadinya rangsangan, sehingga pada akhirnya tidak terjadi aktifitas seksual. Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah saw. bahwa jika memandang objek seksual haram dengan tidak sengaja, kita diperintahkan untuk mengalihkan pandangan ke arah lain.
Peran Hormon
Hormon kejantanan, Testosteran, sangat berperan dalam menimbulkan perilaku seksual. Bahkan jika kadarnya berlebih, bisa membuat seseorang berubah brutal, misalnya dengan cara memperkosa. Pemerkosaan terjadi jika tidak ditemukan penyaluran bagi libido yang ditimbulkan dari pemandangan yang merangsang. Karena saat memandang sesuatu yang merangsang kadar hormon ini meningkat dengan sangat drastis. Dan aktifitas pusat-pusat kendali seksual dalam otak akan seimbang dengan kadar produksi hormon ini. Namun hormon Testosteron dan juga Estrogen akan berperan dalam terjadinya aktifitas seksual hanya jika ada rangsangan pemandangan porno. Semakin kuat rangsangan yang diterima, akan semakin besar juga produksi hormon ini, dan pada akhirnya akan semakin cepat juga dorongan untuk melakukan aktifitas seksual. (msa/dakwatuna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar