dakwatuna.com Ghaddul bashar
adalah menundukkan atau menjaga pandangan, sehingga pandangan tertuju ke tanah,
tidak diangkat ke atas. Maksudnya adalah menghindarkan pandangan dari menikmati
wanita yang bukan mahram beserta perhiasan-perhiasannya. Sehingga terhindarkan
dari pandangan yang menjadi sumber godaan bagi seorang laki-laki. Sebagaimana
diperintahkan kepada laki-laki, ghaddul bashar juga diperintahkan kepada
perempuan.
Aturan dari Allah swt. ini tentu
didukung kebenaran secara ilmiah. Berikut temuan para ahli kedokteran yang mendukung
kebenaran aturan Allah swt. ini.
Dalam perkembangannya, manusia melewati
berbagai tahapan.
- Masa anak-anak usia dini (Pre- Emotional Sexuality Stage)
- Masa anak-anak akhir atau pubertas (Adolescent Intersexuality Period). Yaitu antara umur 7-9 sampai 15-17. Dalam masa ini, pertumbuhan otak belum memungkinkannya membedakan ketertarikan dengan lawan jenis. Sehingga dalam masa ini, sangat mungkin seorang anak menyukai sesama jenisnya jika memang ada hal-hal yang merangsang ketertarikan seksualnya.
Oleh karena itu ada sebuah hadits yang
mengatakan:
مُرُوا
أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ
عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya: “Perintahkanlah anak-anak
kalian untuk melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah
mereka untuk melaksanakan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun. Kemudian
pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Hal itu karena seorang anak baru akan
mempunyai ketertarikan seksual saat mereka berusia sepuluh tahun. Sehingga
ketika menginjak usia tersebut, tempat tidur mereka harus dipisah dari tempat
tidur anak yang lain.
3. Masa kedewasaan seksual (Adult
Sexuality Stage). Dalam masa ini, jaringan otak sudah bisa membedakan
ketertarikan seksual berlainan jenis. Sehingga jika mendapat ransangan,
ketertarikan seksual seorang anak pada masa ini akan terarah kepada lawan
jenis.
Hubungan antara Indera dan Perilaku
Seksual
Indera mempunyai peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi perilaku seksual. Melalui sebuah penelitian, dapat diketahui
bahwa peran masing-masing indera berbeda antara satu jenis makhluk hidup dengan
yang lainnya.
- Indera penciuman lebih berperan pada tikus dalam menerima rangsangan.
- Indera pendengaran lebih dominan untuk rangsangan seksual pada burung
- Sedangkan manusia, rangsangan lebih besar diterima dengan indera penglihatan
Bagaimana proses rangsangan terjadi?
- Berbagai penelitian sepakat bahwa faktor-faktor eksternal yang melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman adalah yang berperan dalam membangkitkan rangsangan, lalu membuat perubahan-perubahan psikologis, dan mengeluarkan hormon-hormon yang memacu sebuah prilaku seksual.
- Banyak juga penelitian menyebutkan bahwa orang laki-laki lebih kuat terangsang dengan pemandangan yang sensual daripada wanita. Demikian juga dengan kadar darah yang terpompa menuju otak, dan kerja jaringan otak yang berkaitan dengan masalah seksual. Berkaitan dengan masalah ini, laki-laki juga mempunyai jaringan yang tidak dimiliki oleh perempuan. Dari pemaparan ini, kita menjadi paham mengapa Allah swt. mendahulukan laki-laki ketika memerintahkan ghaddul basher.
Kerja Jaringan Otak di Saat Proses
Rangsangan Terjadi?
Ada lima wilayah yang langsung bekerja
saat seorang laki-laki melihat pemandangan yang sensual:
- Inferior Temporal Region. Wilayah ini adalah yang bertugas menerjemahkan dan memahami sebuah gambar yang baru ditangkapnya dan dialirkan ke otak. Wilayah bekerja pada tahap pertama sebuah rangsangan, yaitu begitu mata menangkap sebuah pemandangan sensual dan memahaminya, atau yang sering disebut dengan Perceptive-Cognitive Component of Sexual Phenomena.
- Right Orbitofrontal Cortex. Wilayah ini bertanggung jawab melakukan reaksi dan dorongan, atau sering disebut dengan Emotional and Motivational Phenomena.
- Left Anterior Cingulate Cortex. Yaitu wilayah yang bertanggung jawab melakukan penerimaan pertama secara psikologis pada organ syaraf bawah sadar, dan juga penerimaan secara emosional terhadap rangsangan seksual.
- Right Insula. Yaitu yang berhubungan dengan persepsi terhadap perubahan-perubahan psikologis, yang berbarengan dengan rangsangan seksual, misalnya berupa degub jantung yang kencang dan ketegangan pada alat vital. Hal ini sering disebut dengan perception subjective.
- The Right Caudate Nucleus. Inilah yang menentukan apakah rangsangan ini akan diikuti dengan tindakan seksual atau tidak.
Oleh karena itu, proses rangsangan
seksual pada dasarnya berjumlah empat tahapan, yaitu: pemahaman – motivasi –
penerimaan fisik dan psikis – persiapan fisik dan psikis. Setelah empat tahapan
ini dilewati, maka tinggal pelaksanaan, apakah rangsangan itu diikuti dengan
tindakan seksual atau tidak. Tahapan kelimama itu yang disebut dalam bahasa
hadits dengan istilah:
وَيُصَدِّقُ
ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Artinya: “Dan kemaluan bisa melaksanakan
hal itu atau pun tidak melaksanakannya.”
Dari paparan di atas, dapat diketahui
bahwa setiap proses di atas memiliki wilayah tersendiri pada otak. Semuanya
dimulai dari proses pertama dan bagian pertama. Bagian ini akan mengirimkan
sinyal yang melemahkan kerja semua bagian lain di otak, selain bagian-bagian
yang berkaitan dengan rangsangan seksual. Dengan kata lain, begitu indera mata,
atau pendengaran, atau penciuman menangkap rangsangan seksual, kerja semua
bagian di otak melemah. Dengan melemahnya bagian tersebut, sangat memungkinkan
bagian-bagian lain untuk menuntaskan prosesnya sampai terjadi sebuah tindakan
seksual. Jika proses penerimaan indera-indera terhadap rangsangan diputus, maka
akan terputus pula terjadinya rangsangan, sehingga pada akhirnya tidak terjadi
aktifitas seksual. Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah saw. bahwa jika
memandang objek seksual haram dengan tidak sengaja, kita diperintahkan untuk
mengalihkan pandangan ke arah lain.
Peran Hormon
Hormon kejantanan, Testosteran, sangat
berperan dalam menimbulkan perilaku seksual. Bahkan jika kadarnya berlebih,
bisa membuat seseorang berubah brutal, misalnya dengan cara memperkosa.
Pemerkosaan terjadi jika tidak ditemukan penyaluran bagi libido yang
ditimbulkan dari pemandangan yang merangsang. Karena saat memandang sesuatu
yang merangsang kadar hormon ini meningkat dengan sangat drastis. Dan aktifitas
pusat-pusat kendali seksual dalam otak akan seimbang dengan kadar produksi
hormon ini. Namun hormon Testosteron dan juga Estrogen akan berperan dalam
terjadinya aktifitas seksual hanya jika ada rangsangan pemandangan porno.
Semakin kuat rangsangan yang diterima, akan semakin besar juga produksi hormon
ini, dan pada akhirnya akan semakin cepat juga dorongan untuk melakukan
aktifitas seksual. (msa/dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar